Liga Champions: Atalanta Imbangi Man City, Tottenham Pesta Gol

7 November 2019 5:21 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kyle Walker, kiper dadakan Manchester City. Foto: Reuters/Carl Recine
zoom-in-whitePerbesar
Kyle Walker, kiper dadakan Manchester City. Foto: Reuters/Carl Recine
ADVERTISEMENT
Pep Guardiola datang ke San Siro, Milan, dengan mengusung misi kemenangan atas Atalanta di matchday keempat Liga Champions 2019/20.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, yang didapat Manchester City pada Kamis (7/11/2019) bukan kemenangan, tetapi drama.
City sempat unggul pada menit ketujuh berkat gol Raheem Sterling. Namun, Atalanta membalas pada menit 49 via gol Mario Pasalic.
Dramanya ada beberapa macam, mulai dari penalti gagal Gabriel Jesus hingga pengusiran Claudio Bravo di babak kedua. Yep, duel itu pada akhirnya tuntas dengan skor imbang 1-1.
Hasil imbang ini belum cukup untuk mengantar City ke babak 16 besar. City tetap jadi pemuncak sementara Grup C dengan torehan 10 poin. Namun, Shakhtar Donetsk dan Dinamo Zagreb yang masing-masing ada di posisi dua dan tiga dengan lima poin masih bisa mengancam.
Beruntung benar Guardiola memiliki anak asuh seperti Sterling. Gebrakannya pada menit ketujuh berhasil membawa City pada keunggulan 1-0. Jesus punya peran penting lewat kiriman umpan yang langsung direspons Sterling dengan tembakan mengarah gawang dari dalam kotak.
ADVERTISEMENT
Usai gol tersebut Atalanta merapatkan lini pertahanan dan gencar mematahkan serangan. Duet Rafael Toloi dan Jose Luis Palomino berperan krusial dalam membangun rangkaian manuver defensif Atalanta. Keduanya membukukan lima tekel sukses dari sembilan percobaan hingga menit 28.
Meski demikian, City tetap bisa mengancam. Tekanan lawan dibalas dengan penetrasi ke dalam kotak penalti. City cenderung memanfaatkan kedua sayap sebagai hulu serangan.
Laga Atalanta vs Manchester City. Foto: Reuters/Carl Recine
Upaya ini tidak sepenuhnya mengecewakan. Ancaman demi ancaman dibuat. Riyad Mahrez melepaskan tembakan mengarah gawang yang mengandalkan umpan Kevin De Bruyne.
Sterling belum puas menjadi antagonis bagi Atalanta. Di akhir menit 20-an, ia melepaskan tembakan yang sayangnya berhasil diblok oleh barisan pertahanan lawan. Pun dengan upaya Ilkay Guendogan yang melambung tipis di atas mistar gawang.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya sederhana. Hingga awal menit 30-an, masalah City adalah akurasi. Guardiola berkali-kali menunjukkan ekspresi kekesalannya dengan menghentak-hentakkan kaki di pinggir lapangan.
Oh, iya, City sebenarnya punya peluang besar untuk menambah keunggulan. Bagaimana tidak besar? Penalti, lho.
Handball Josip Ilicic di kotak penalti jadi penyebab. Sayangnya, Jesus yang menjadi eksekutor gagal total. Tembakannya melenceng ke kanan gawang Atalanta.
Keunggulan 1-0 yang dibawa City hingga babak pertama tuntas belum cukup hebat untuk menciutkan nyali Atalanta. Ini Italia, tanah mereka. Kalau lawan unggul, ya, dikejar.
Benar saja. Empat menit setelah babak kedua dimulai, Atalanta berhasil menyamakan kedudukan lewat gol Pasalic yang diinisiasi oleh assist Alejandro Gomez.
Keberhasilan menyamakan kedudukan membuat Atalanta kian tersulut. Mereka terus menampilkan sepak bola ofensif yang jadi ciri khas meski tak ada satu pun yang tepat sasaran hingga menit 75.
ADVERTISEMENT
City bukannya tak berusaha membangun serangan. Namun, tim tuan rumah melepaskan tekanan alot yang mempersulit skuat besutan Guardiola membangun serangan. Serangan City mati karena para inisiator serangan dibuat kerepotan sehingga kehilangan bola.
Dalam kurun ini mereka empat kali kehilangan bola. Guardiola berusaha memecah kebuntuan pada menit 72 dengan mengganti Jesus dengan Sergio Aguero. Namun, hasilnya belum tampak karena aliran bola ke garda terdepan masih pampat.
Mala buat City belum berhenti. Bayangkan, di menit 80 mereka kehilangan Bravo.
Sang kiper diusir keluar karena kedapatan melakukan pelanggaran, padahal ia baru saja masuk pada babak kedua menggantikan Ederson yang cedera. Guardiola tak bisa menyembunyikan kekecewaan dan kepanikannya di pinggir lapangan.
ADVERTISEMENT
Siapa yang menjadi pengganti Bravo? Kyle Walker. Tak perlu menjadi suporter City untuk ikut gugup.
Walker masuk dan Mahrez mesti ditarik. Tadinya, Fernandinho sudah beranjak ke luar lapangan. Ia mengira bahwa dialah yang bakal digantikan.
Drama belum selesai. Ribut-ribut di pinggir dan tengah lapangan masih terjadi. Walker tak kunjung masuk arena karena ia tak punya jersi kiper sehingga menggunakan kostum Bravo. Gian Piero Gasperini tersenyum geli di pinggir lapangan, Guardiola tambah gusar.
Manchester City vs Atalanta Foto: Reuters/Carl Recine
Oke. Walker sudah masuk. Tugas pertamanya adalah mengamankan tendangan bebas Ruslan Malinovsky. Hasilnya tak mengecewakan. Walker mampu mengamankan tembakan tersebut.
Tambahan waktu tujuh menit memberi kesempatan luas kepada kedua tim untuk saling menggempur. Guardiola tambah menggila di depan bench dengan menyuruh anak-anak asuhnya untuk tetap menyerang.
ADVERTISEMENT
Masa bodoh dengan kegilaan tadi. Menang jadi harga mati. Seven minutes in hell tak hanya menjadi milik para penggawa Atalanta. Itu juga menjadi milik Walker yang jadi kiper dadakan.
Meski demikian, laga tetap selesai dengan kedudukan imbang 1-1. Kawalan Walker memastikan tak ada lagi gol yang bersarang ke gawang City. Sheikh Mansour, naikkan gaji Walker.
Spurs Pesta Gol di Kandang Crvena Zvezda
Para penggawa Spurs merayakan kemenangan. Foto: REUTERS/Marko Djurica
Tottenham Hotspur punya kesempatan untuk merobek segala lembaran yang menampung kisah muram mereka di laga-laga sebelumnya. Kesempatan itu mengambil rupa matchday keempat Liga Champions 2019/20.
Spurs merengkuh peluang itu sedapat-dapatnya. Laga melawan Crvena Zvezda di Rajko Mitic Stadium pada Kamis (7/11/2019) dituntaskan dengan kemenangan 4-0.
ADVERTISEMENT
Keempat gol Spurs itu dicetak oleh Giovani Lo Celso (34'), Son Heung-Min (57, 61), dan Christian Eriksen (85').
Meski datang membawa misi kepalang penting, bukan berarti Spurs langsung tampil mempesona. Serangan mereka pampat dalam 20 menit pertama. Spurs memang berhasil memenangi penguasaan bola hingga 77,7% dalam kurun tersebut.
Laga Crvena Zvezda vs Tottenham Hotspur. Foto: REUTERS/Marko Djurica
Namun, penguasaan itu bukan dominasi yang menggebrak dan penuh ancaman. Angkat topi untuk lini tengah Crvena yang gigih memutus aliran bola. Tak heran dengan penguasaan bola yang sedominan itu Spurs cuma mampu membuat satu tembakan via Kane. Itu pun tidak tepat sasaran.
Satu kejadian kecil bisa mengubah arah angin. Kasus dalam pertandingan ini muncul usai kemelut di menit 34. Intinya, Spurs menggempur Crvena dengan ragam serangan di menit ini.
ADVERTISEMENT
Namun, jangan bayangkan fragmen-fragmen heroik muncul. Rangkaian Spurs itu malah terlihat kocak. Serangan pertama digagas oleh Harry Kane yang berhasil masuk dalam kotak penalti.
Nah, penggawa Timnas Inggris itu melepaskan tembakan yang berhasil diblok oleh pemain lawan. Beberapa saat sebelumnya, kiper Crvena juga berusaha menangkap bola.
Son tak tinggal diam. Ia menyambar bola dan berusaha membidik gawang. Berhasil? Belum. Bola justru diblok pemain lawan.
Bola liar lagi, dong! Dele Alli berusaha mengamankan bola dengan mengontrol lewat sundulan. Alih-alih bermuara pada tembakan ke arah gawang, bola malah dihentikan oleh pemain Crvena.
Akan tetapi, aksi defensif itu juga tak sempurna sehingga bola kembali liar. Giliran Tanguy Ndombele yang mengambil bola. Melihat kawan-kawannya gagal mencetak gol, ia agaknya tak mau bertaruh kepalang hebat. Toh, ada dua pemain lawan yang mencoba mengadang.
ADVERTISEMENT
Solusi paling logis yang ada di kepala Ndombele barangkali melepaskan umpan silang ke arah Kane yang ada di sisi kiri gawang lawan. Kane melepaskan tembakan ke arah gawang yang juga tidak berujung gol.
Entah sekesal apa para penggawa Spurs kala itu. Upaya mereka kandas berkali-kali.
Namun, pertunjukan belum beres. Karena kena mistar, bola pasti memantul. Lo Celso tak mau ketinggalan. Ia menyambut bola dan mengarahkan tepat ke arah gawang.
Untuk beberapa saat tak ada perayaan. Mauricio Pochettino yang ada di pinggir lapangan pun mesti melongok ke arah monitor dulu untuk memastikan bola benar-benar masuk ke gawang atau tidak. Wajahnya ragu betul, bahkan sampai anak-anak asuhnya merayakan gol karena sudah disahkan.
ADVERTISEMENT
Upayanya ribet, perayaannya garing. Ya, sudahlah, ya. Bagi para suporter Spurs, yang penting gol. Keunggulan 1-0 itu dibawa para pemain Spurs ke ruang ganti.
Spurs tambah berapi-api usai turun minum. Son menghentak dan membukukan dua gol. Yang pertama pada menit 57 dengan memanfaatkan assist Alli. Gol kedua lahir pada menit 61 dengan diawali umpan Danny Rose.
Pertahanan Crvena cenderung sloppy dalam kurun tersebut. Ketertinggalan 0-1 membuat mereka memasang pertaruhan tak aman dengan menerapkan garis pertahanan tinggi.
Pesta Spurs belum tuntas. Eriksen membawa Spurs pada keunggulan 4-0 dengan memanfaatkan assist Ryan Sessegnon lima menit sebelum waktu normal tuntas.
Torehan itu menjadi yang terakhir di laga ini. Spurs menutup duel dengan kemenangan 4-0 dan menyandang status sebagai runner up sementara Grup B.
ADVERTISEMENT
Belum, mereka belum aman. Kemenangan ini memang membuat mereka mengoleksi tujuh poin. Akan tetapi, Crvena yang ada di posisi tiga dengan tiga poin masih bisa menyalip.