Liga Champions: Chelsea dan Valencia Lolos, Ajax Tersingkir

11 Desember 2019 5:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain depan Chelsea, Willian (biru), berjuang melewati beberapa pemain Lille. Foto: Dylan Martinez/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Pemain depan Chelsea, Willian (biru), berjuang melewati beberapa pemain Lille. Foto: Dylan Martinez/Reuters
ADVERTISEMENT
Chelsea sukses mendapatkan hasil maksimal pada matchday terakhir fase grup Liga Champions. Bertanding melawan Lille, Rabu (11/12/2019) dini hari WIB, mereka menang 2-1 dan lolos ke fase gugur.
ADVERTISEMENT
Posisi Chelsea pada klasemen Grup H sebelum pertandingan ini sesungguhnya tidak terlalu menyenangkan. Dengan koleksi 8 poin, mereka tertahan di urutan ketiga klasemen, di bawah Valencia (8) dan Ajax (10).
Oleh karena itu, The Blues wajib menang. Hebatnya, tim besutan Frank Lampard itu berhasil menunjukkan bahwa mereka bermental baja. Bertanding di Stamford Bridge, Chelsea menang 2-1 atas Lille.
Gol-gol Chelsea dicetak oleh Tammy Abraham (19') dan Cesar Azpilicueta (35'), sementara gol Lille dicetak oleh striker yang pernah memperkuat Chelsea, Loic Remy (78').
Pada laga lain, Valencia sukses menundukkan Ajax 1-0 dan lolos bersama Chelsea ke fase gugur. Gol tunggal Valencia dicetak oleh Rodrigo pada menit ke-24.
Dengan demikian, Valencia (11 poin) lolos sebagai juara grup dengan didampingi oleh Chelsea (11 poin). Sementara itu, Ajax, yang berada di posisi ketiga di Grup H, gagal lolos. Tim asal Belanda itu kudu puas turun level ke Liga Europa. Ajax akan bermain pada babak 32 besar kompetisi tersebut.
ADVERTISEMENT
****
Pelatih Chelsea, Frank Lampard, menegaskan bahwa timnya mesti mencetak gol cepat pada pertandingan melawan Lille. Well, pada akhirnya Chelsea memang tidak mencetak gol cepat --dalam artian urung mencetak gol pada menit-menit awal--, tetapi mereka bisa unggul 2-0 ketika pertandingan berjalan setengah jam.
Lampard sendiri menurunkan formasi yang cukup seimbang. Para pemain cepat dan liat, seperti Tammy Abraham, Christian Pulisic, dan Willian, dipasang sebagai trisula lini depan. Sementara, para gelandang kokoh dan bisa menjadi penyeimbang semodel N'Golo Kante dan Jorginho dipasang di lini tengah. Kedua nama yang disebut terakhir ditemani oleh Mateo Kovacic.
Hasilnya tokcer: Chelsea mendominasi. Tidak hanya dari segi penguasaan bola, tetapi juga jumlah tembakan. Chelsea unggul 65:35 dari segi ball possession dan sukses melepaskan 20 percobaan untuk mencetak gol, dengan 9 di antaranya tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Lille, yang baru menorehkan 1 poin dari seluruh laga di fase grup Liga Champions musim ini menunjukkan mengapa mereka bisa menjadi bulan-bulanan. Selain pertahanan yang tampak bingung menghadapi kemampuan individu pemain Chelsea, Lille juga sulit untuk membangun permainan.
Formasi 4-1-4-1 yang dipasang oleh pelatih Christophe Galtier awalnya tampak menjanjikan untuk Lille. Mereka bertahan dengan kerapatan dan berulang kali meladeni pemain-pemain depan Chelsea dengan duel fisik.
Strategi tersebut membuat Chelsea sempat kesulitan untuk mengkreasikan peluang. Namun, The Blues akhirnya bisa membongkar pertahanan rapat Lille. Kuncinya dua: Lebih cepat melepaskan operan di final third dan pergerakan liat para pemain semodel Pulisic dan Willian.
Jika Willian lebih sering melakukan tusukan dari sisi kanan, Pulisic lebih serang bergerak di area tengah dan mengeksploitasi half-space sebelah kiri. Tidak jarang pula para pemain seperti Kovacic dan Kante melepaskan sepakan dari luar kotak penalti.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, Chelsea sukses membobol gawang Lille pada menit ke-19. Operan pendek Pulisic dilanjutkan dengan tusukan Willian dari sisi kanan. Willian kemudian melepaskan umpan tarik ke depan gawang Lille, yang lantas disambar dengan sontekan oleh Abraham.
Setelah sejumlah peluang lainnya, Chelsea menggandakan keunggulan via gol Azpilicueta pada menit ke-35. Kapten Chelsea itu menyambut sebuah sepak pojok dengan sundulan dan membawa 'Si Biru' mendapatkan keunggulan yang cukup nyaman saat turun minum.
Pada babak kedua, narasi pertandingan tidak banyak berubah. Hanya saja, Lille sempat mengejutkan ketika umpan tarik dari kiri diselesaikan dengan sepakan dari dalam kotak penalti oleh Loic Remy. Ini menunjukkan bahwa kendatipun punya lini serang agresif, lini pertahanan Chelsea masih rapuh dan acap meninggalkan ruang.
ADVERTISEMENT
Sejumlah kans dari Chelsea setelahnya tak berujung pada gol ketiga. Alhasil, skor 2-1 bertahan sampai laga selesai.
Pada pertandingan lainnya di Amsterdam ArenA, tuan rumah Ajax dipaksa bertekuk lutut 0-1 oleh tamunya, Valencia. Dominasi Ajax, yang memenangi penguasaan bola dan mencetak lebih banyak peluang, berujung nihil.
Tim besutan Erik ten Hag itu unggul penguasaan bola hingga 64% atas Valencia. Selain itu, mereka juga bisa menciptakan 17 attempts sepanjang laga. Sial buat Ajax, buruknya penyelesaian akhir membuat mereka hanya membuat 3 attempts on target saja. Valencia, di sisi lain, membuat 8 attempts dengan 3 berstatus on target.
Valencia, yang bisa bertahan dengan 6-7 pemain ketika Ajax melakukan serangan dari sisi sayap, akhirnya mencetak gol pada menit ke-24. Garis pertahanan tinggi Ajax mereka manfaatkan dengan sebuah umpan terobosan kepada Rodrigo. Alhasil, Rodrigo mendapatkan cukup banyak ruang sebelum melepaskan sebuah sepakan keras kaki kanan dan mencetak gol.
ADVERTISEMENT
Sampai ujung laga, usaha Ajax membongkar pertahanan Valencia tetap berujung kegagalan. Mereka berusaha dengan berbagai opsi, termasuk umpan silang, tetapi tetap berujung nihil. Alhasil, tiket fase gugur Liga Champions menjadi milik Valencia.