Manchester United yang Terkurung oleh Operan-operan Manchester City

12 November 2018 9:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi para pemain Manchester United saat Manchester City merayakan gol. (Foto: Jason Cairnduff/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi para pemain Manchester United saat Manchester City merayakan gol. (Foto: Jason Cairnduff/Reuters)
ADVERTISEMENT
Manchester United kalah segalanya dari Manchester City dalam pertandingan lanjutan Premier League di Stadion Etihad, Minggu (11/11/2018) malam WIB. Tidak cuma menyoal skor 3-1 untuk tim tuan rumah.
ADVERTISEMENT
Lihat saja statistik pertandingan terkait peluang. City menguasai 65 persen permainan dan mencatatkan 5 tembakan tepat sasaran dari 17 percobaan. Bandingkan dengan United yang cuma melepaskan 6 upaya dan cuma 1 di antaranya menuju target.
Otoritas permainan City memang mutlak. Karena menyoal operan (704) dan sentuhan (886), The Citizens juga unggul jauh dibandingkan United (556 sentuhan serta 380 umpan).
Selain itu, apa saja yang melatarbelakangi dominasi dan kemenangan City di pertandingan derbi semalam. Silakan.
Mengapa City Bisa Begitu Bebas Melancarkan Operan?
City mengalahkan United dengan mengurung sang rival tanpa memberikan jalan keluar. Itulah yang terlihat sepanjang 90 menit di Etihad.
Jalannya pertandingan secara keseluruhan sebetulnya bisa dilihat dalam 12 menit menit pertama, ketika United cuma melakukan 11 operan yang cuma 5 di antaranya menuju target, sementara City melepaskan 104 operan dengan akurasi 92%. Ya, begitu dominan City dalam memegang bola memang memaksa United menunggu di daerah sendiri.
ADVERTISEMENT
United tentu berharap merebut bola, kemudian melancarkan serangan kilat guna mengejutkan plus mematikan City. Kenyataannya tidak begitu karena untuk merebut bola saja, 'Iblis Merah' tidak mampu. Ini tak lepas dari pasifnya para pemain United dalam mode bertahan. Tak ada tekanan secara intens kepada para pemain City.
Alhasil, United terkurung di daerahnya sendiri. Mereka juga gugup lantaran lama sekali tak memegang bola. Sekali mereka mendapatkannya, bola kerap direbut, seperti yang terjadi terhadap Ander Herrera dan Nemanja Matic.
Marouane Fellaini diadang oleh Fernandinho saat Manchester United berhadapan dengan Manchester City di ajang Premier League 2018/19. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
zoom-in-whitePerbesar
Marouane Fellaini diadang oleh Fernandinho saat Manchester United berhadapan dengan Manchester City di ajang Premier League 2018/19. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
Situasi tersebut lantas menggerus kans United untuk menebar ancaman ke gawang City. Terlebih lagi, saat lini tengah mengarahkan bola ke Marcus Rashford dan Anthony Martial yang bermodalkan kecepatan, City sudah mengorganisasi transisi menyerang ke bertahan sedemikian rupa sehingga selalu mampu melakukan intersep.
ADVERTISEMENT
Rangkaian kegagalan masuk ke kotak penalti juga menjadi alasan United cuma melakukan 1 tembakan tepat sasaran selama 90 menit, itu pun melalui penalti Martial yang berbuah gol.
Peran Sentral Duo Silva
Faktor penting dominasi permainan City adalah kehadiran David Silva dan Bernardo Silva yang menemani Fernandinho sebagai trisula lini tengah. Menilik kontribusi operan duo Silva (50 dan 74) memang masih kalah dari Fernandinho, tetapi keduanya sangat aktif masuk ke kotak penalti sehingga City memiliki lima pemain dalam menyerang.
Lihat saja proses gol pertama. Saat City kekurangan orang di kotak karena Raheem Sterling melepaskan umpan silang di sisi kiri, David Silva masuk ke kotak penalti dan Bernardo Silva menunggu di tiang jauh. Kombinasi keduanya melahirkan gol pembuka.
ADVERTISEMENT
Begitu pula lesakan ketiga di pengujung laga. Bernardo Silva begitu jeli melihat Ilkay Guendogan yang berdiri bebas di kotak penalti. Bola lambung ke jantung pertahanan United lantas dikonversi pemilik nama terakhir menjadi gol.
Kekalahan United, Kekalahan Young-Shaw
Saat ada dua pemain City yang berjaya di Etihad, dua pemain United justru pantas disalahkan. Mereka adalah Ashley Young dan Luke Shaw yang mentas sebagai starter di posisi full-back.
Gol pertama jelas kesalahan Young dalam mengover sisi kanan. Begitu bebas Sterling meliuk-liuk sebelum mengirimkan bola ke tiang jauh yang kembali dipantulkan Bernardo Silva untuk disambar David Silva menjadi gol. Tak ada pula penjagaan ketat terhadap Bernardo dan tugas itu seharusnya diemban Shaw.
Sementara itu, gol ketiga tak lepas dari kegagalan Shaw. Pasalnya, Bernardo Silva mengirimkan umpan silang dari sisi kiri pertahanan United yang merupakan daerah operasi Shaw.
ADVERTISEMENT
Berbagai kegagalan Young dan Shaw memang tidak bisa disimpulkan sebagai kesalahan individu. Pasalnya, keduanya juga mendapatkan minim dukungan dari gelandang macam Jesse Lingard atau Ander Herrera. Padahal, seperti sudah dijelaskan di atas, City menyerang dengan lima pemain.
David Silva mencetak gol Manchester City ke gawang Manchester United. (Foto: Darren Staples/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
David Silva mencetak gol Manchester City ke gawang Manchester United. (Foto: Darren Staples/Reuters)
Kesalahan Tidak Cuma Milik Ederson
Oke, Ederson pantas disalahkan menyoal gol United lewat penalti Martial. Karena jelas sekali pelanggaran dilakukan penjaga gawang Timnas Brasil tersebut terhadap Romelu Lukaku.
Namun, David De Gea di bawah mistar United juga tak lepas dari kesalahan. Dia terlihat minim aksi saat terjadi kemelut di kotak penalti sebelum gol pertama terjadi.
Selain itu, coba perhatikan bagaimana proses gol kedua. Diawali oleh tendangan gawang De Gea yang terlalu deras sehingga bola sulit dikontrol oleh Lingard. Alhasil, City merebutnya dan cerita berlanjut dengan kombinasi antara Riyad Mahrez dan Sergio Aguero di kotak penalti.
ADVERTISEMENT