Mari Belajar dari Mental Baja Asnawi Mangkualam

6 Februari 2021 19:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain PSM, Asnawi Mangkualam, berduel dengan pemain FC Kaya pada laga AFC Cup 2020. Foto: Wahyu Putro A./ANTARA
zoom-in-whitePerbesar
Pemain PSM, Asnawi Mangkualam, berduel dengan pemain FC Kaya pada laga AFC Cup 2020. Foto: Wahyu Putro A./ANTARA
ADVERTISEMENT
Kata orang, susah meninggalkan zona nyaman. Saat semua sudah dalam genggaman, siapa yang mau melepas?
ADVERTISEMENT
Namun tidak buat Asnawi Mangkualam Bahar. Pesepak bola asal Makassar ini berani untuk mendobrak pintu yang menyenangkan itu.
Asnawi paham, apa yang sudah didapatkannya belum tentu didapatkan di tempat yang baru. Tapi, pilihannya untuk merantau ke Korea Selatan sudah bulat.
Terkini, Asnawi sudah resmi menjadi bagian dari Ansan Greeners FC, kontestan divisi dua Liga Korea Selatan. Bukan perkara mudah buat Asnawi sampai menjejak Negeri Ginseng.
Namun, siapa sangka bahwa keinginan ini sudah mendarah daging sejak 4 tahun lalu. Saking kuatnya keinginan Asnawi, ia sampai rela potong gaji demi bisa berseragam Ansan Greeners--pilihan yang jarang diambil oleh pesepak bola profesional kini.
Mental bajanya juga membuat Asnawi yakin bisa berbicara di klub anyarnya itu. Ia yakin seiring dengan proses, perlahan kesempatan masuk ke tim utama akan terbuka.
ADVERTISEMENT
Lantas, mengapa Asnawi sampai mau mengorbankan banyak hal untuk bisa berkiprah di luar negeri? Simak perbincangan dengan bek 21 tahun itu dalam wawancara virtual pada Sabtu (6/2).
Bisa diceritakan bagaimana proses kepindahan ke Korea Selatan?
Awalnya itu dari Gabriel Budi, agen saya. Dia menghubungi Ansan terus masukin nama saya ke list Ansan.
Setelah denger kabar saya ke Korea, asisten pelatih di Timnas U-23, Yoo Jae-hoon, sempat berkomunikasi dengan saya via Whatsapp dan dia bilang: Kalau kamu serius, Coach Shin Tee-yong akan bantu kamu di Korea Selatan untuk bantu adaptasi. Karena di sana teman-teman dia banyak yang akan membantu kamu.
Setelah Ansan bicara dengan Coach Shin, pihak Ansan ngasih jawaban yang positif untuk tanda tangan kontrak dengan saya dengan [durasi] kontrak satu tahun, bermain di tim utama, dan jika berprestasi, saya bisa menambah durasi kerja sama.
Shin Tae-yong memimpin latihan Timnas U-19 di Kroasia. Foto: PSSI
Shin Tae-yong punya andil di proses perpindahan kamu, apakah jadi beban?
ADVERTISEMENT
Justru sebaliknya, saya pengin menunjukkan kepada Coach Shin. Terlebih saya itu bercita-cita ingin membuktikan diri karena di Korea Selatan atau Jepang, orang-orang [pesepak bola] Indonesia itu sangat diremehkan.
Saya pengin stigma itu terbantahkan. Itu yang jadi motivasi saya dan untuk itu kalau bisa saya berprestasi di sini agar ada pemain Indonesia main di klub-klub Asia.
Apa wejangan Shin Tae-yong kepada kamu?
Tetap jadi diri sendiri. Bermainlah dengan gayamu sendiri. Tapi di sana fisik mesti kuat karena intensitas latihan di tinggi.
Setelah resmi bergabung dengan Ansan Greeners, apa target selanjutnya?
Saya bersyukur bisa bergabung dengan Ansan. Ini bisa dibilang batu loncatan [karier sepak bola] saya. Kalau sesuai dengan target dan tahapan, saya ingin tahun depan ke divisi teratas Liga Korea Selatan dan setelahnya saya ingin ke Eropa.
Pemain PSM Makassar Asnawi Mangkualam (kiri) berusaha melewati pemain Becamex Binh Duong pada pertandingan leg kedua semi final piala AFC zona ASEAN di Stadion Pakansari, Bogor. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Terkait dengan kontrak, kamu sebenarnya kan masih terikat dengan PSM Makassar dan belakangan ada klausul jika kembali ke Indonesia harus memperkuat PSM. Bisa dijelaskan terkait hal itu?
ADVERTISEMENT
Sebetulnya memang saya masih ada kontrak satu tahun lagi. Tapi, manajemen PSM tak menahan dan malah mendukung penuh saya buat menimba ilmu di luar negeri. Ada kesempatan seperti ini malahan mereka mendukung sekali.
Nah, soal klausul kontrak, begini. Ketika saya selesai di Ansan bukan berarti saya otomatis pulang ke PSM. Tidak. Saya tetap diizinkan bergabung dengan klub-klub di luar negeri nantinya.
Hanya, katakanlah, saat pulang dan [saya memilih] berkarier di Indonesia lagi, PSM akan jadi klub saya. Tapi, ini bisa dibicarakan lagi, kok.
Ada juga kabar berembus tentang nilai kontrak kamu di Ansan Greeners yang lebih rendah daripada saat membela PSM. Apakah betul?
Ya. Kalau soal nilai [kontrak] di PSM dan di [bandingkan dengan di] Ansan memang turun. Tapi, yang saya pikirkan bukan masalah harga, tapi kesempatannya. Sangat berharga buat saya.
ADVERTISEMENT
Sejak masuk klub profesional, saya sudah tunggu momen seperti ini yaitu dapatkan kesempatan main di luar. Sudah lama saya nantikan main di luar negeri. Harga itu nomor dua yang penting saya bisa main di luar negeri.
Pemain PSM Makassar Asnawi Mangkualam berebut bola dengan pemain Shan United pada pertandingan lanjutan Grup H Piala AFC di Stadion Madya GBK, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Selain Ansan, apakah ada tawaran klub luar negeri lainnya?
Ada. Tapi saya tak bisa sampaikan klubnya.
Saat ini kamu sudah tiba di Korea Selatan, apa saja kegiatannya?
Saya tiba 4 hari lalu dan saya menjalani isolasi mandiri. Menurut aturan saya harus menjalani isolasi diri 10 hari lagi.
Di sini semua saya lakukan di kamar. Mulai dari memasak, membaca buku, menonton televisi dan berolahraga menjaga fisik.
Fasilitas apa saja yang diberikan klub?
Pertama setiba saya di sini saya menjalani tes swab dan Alhamdulillah hasilnya negatif. Tapi, sesuai ketentuan saya harus tetap isolasi.
ADVERTISEMENT
Lalu penginapan yang saya rasa cukup nyaman buat saya. Saya dibekali alat-alat olahraga, peralatan memasak, buku dan kamus untuk saya belajar.
***