Mari Bicara soal Pertahanan Manchester City yang Bobrok Itu

7 Oktober 2019 17:38 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
City saat berhadapan dengan Watford. Foto: REUTERS/Toby Melville
zoom-in-whitePerbesar
City saat berhadapan dengan Watford. Foto: REUTERS/Toby Melville
ADVERTISEMENT
Manchester City terjungkal di pekan kedelapan Premier League 2019/20, Minggu (7/10/2019). Mereka keok 0-2 dari Wolverhampton Wanderers. Ironisnya, kekalahan itu terjadi di Etihad Stadium.
ADVERTISEMENT
Ya, bukan sekali ini saja City takluk. Mereka pernah tunduk dari Norwich City 2-3 di pekan kelima. Kian memalukan karena Norwich berstatus sebagai tim promosi di musim ini.
Penyerang Norwich City, Teemu Pukki, mencetak gol ke gawang Manchester City. Foto: Reuters/John Sibley
Hasil negatif itu menegaskan bahwa City memang tak sesuper dulu. Dari kuantitas gol, sih, masih oke. Mereka menjadi tim terproduktif di Premier League dengan rata-rata 3,4 gol per laga.
Namun, performa impresif itu tidak selaras dengan barisan pertahanan mereka. Sudah 9 gol yang bersarang ke gawang Ederson Moraes dalam 8 pertandingan. Rincinya, 1,125 gol per laga bila dirata-rata. Perlu diketahui, jumlah ini adalah yang terburuk sejak 2016/17.
Lebih rincinya lagi, rasio kebobolan City di pekan kedelapan musim lalu cuma menyentuh 0,375 per laga. Artinya, kini kemungkinan musuh-musuh City mencetak gol meningkat menjadi tiga kali lipat.
ADVERTISEMENT
Fernandinho, sosok penting untuk lini tengah City. Foto: Andrew Yates/Reuters
Badai cedera yang menerpa para bek sentral, Aymeric Laporte dan John Stones, bisa menjadi alasan logis. Langkah Pep Guardiola untuk memasang Fernandinho di pos bek tengah memang tepat. Toh, gelandang asal Brasil itu terbukti ampuh soal urusan memutus serangan.
Masalahnya, City tak punya pengganti yang sepadan di area sentral. Rodri yang baru direkrut dari Atletico Madrid memang aktif dalam melancarkan tekel. Namun, tidak untuk urusan intersep.
Menurut Whoscored, rata-rata intersep Rodri cuma mencapai 0,8 per laga --tak genap setengah dari Fernandinho yang menyentuh angka 1,8.
Kondisi ini ironis. Gelandang seperti Fernandinho punya makna penting dalam sistem juego de position yang diusung Pep. Selain menjembatani aliran bola dari belakang, ia berfungsi untuk meredam potensi serangan balik lawan.
ADVERTISEMENT
Betul, counter attack adalah metode yang paling kerap dipakai lawan-lawan City. Nuno Espirito Santo tahu betul soal itu. Tengok saja skema dua gol Adama Traore ke gawang The Citizens. Semuanya berawal dari skema serangan balik.
Hal itu cukup menjadi bukti atas buruknya langkah City dalam mengantisipasi counter attack. Menjadi masalah karena Rodri tercatat telah kehilangan penguasaan bola sebanyak 5 kali, tertinggi kedua setelah Raheem Sterling.
Rodri (kanan) harus tampil lebih impresif lagi. Foto: REUTERS/David Klein
Guardiola mesti buru-buru memutar otak untuk mengatasi problem pertahanannya. Pasalnya, kini City berjarak 8 angka dari Liverpool yang nangkring di puncak klasemen sementara.
Di pekan depan, Sergio Aguero cs. akan berhadapan dengan Crystal Palace, tim yang punya gaya bermain mirip dengan Wolves. Lagi pula, The Eagles punya pengalaman mengesankan saat bersua City. Palace sukses mempecundangi mereka 3-2 di Etihad pada musim 2018/19.
ADVERTISEMENT