Mari Menelisik Lebih Dalam Cara Kerja VAR

28 Mei 2019 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Review VAR di laga Nigeria vs Islandia. Foto: Reuters/Sergio Perez
zoom-in-whitePerbesar
Review VAR di laga Nigeria vs Islandia. Foto: Reuters/Sergio Perez
ADVERTISEMENT
Timnas Prancis mestinya hanya meraih hasil imbang 1-1 tatkala bersua Australia pada laga Grup C Piala Dunia 2018 lalu di Kazan Arena. Namun, satu momen berkaitan dengan keputusan wasit melalui Video Assistant Referee (VAR), berhasil membawa mereka meraih kemenangan.
ADVERTISEMENT
Kejadiannya bermula pada awal babak kedua, tepatnya pada menit ke-54. Saat itu, Antoine Griezmann yang berlari kencang, setelah menerima operan Paul Pogba, ditekel bek Australia, Joshua Risdon, di dalam kotak penalti. Griezmann langsung terpental, sebab sekilas, tekel tersebut memang cukup keras.
Melihat insiden tersebut, para pemain Prancis sontak mengangkat tangan. Beberapa langsung mendekati wasit dan menuntut hukuman penalti diberikan. Wasit utama yang bertugas saat itu, Andras Cunha, sayangnya bergeming. Hakim garis juga tak mengangkat bendera yang ia pegang.
Namun, tak lama, keputusan itu berubah. Sang wasit tampaknya ragu dengan keputusan awalnya. Ia lantas meminta para pemain yang berada di sekitarnya untuk diam sembari membenarkan posisi alat komunikasinya guna mendengar perkataan rekan-rekannya di sebuah ruangan yang di dalamnya berjejer beberapa monitor.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa waktu, wasit memberi isyarat penggunaan VAR lewat sebuah gerakan kedua tangan yang membentuk persegi di udara. Ia kemudian berlari kecil menuju sebuah layar di tepi lapangan, menyimak layar tersebut selama beberapa saat, dan mengulangnya beberapa kali.
Yang terjadi setelahnya: Keputusan sebelumnya berubah. Wasit menunjuk titik putih. Dan, penalti pun diberikan untuk Les Bleus.
Kapan dan Bagaimana VAR Digunakan?
VAR pada dasarnya berfungsi untuk membantu wasit dalam mengambil keputusan. Biasanya, hal ini dilakukan tatkala sang pengadil lapangan berada pada suatu insiden di mana ia merasa ragu dengan keputusan yang diambil.
Meski begitu, tak semua pelanggaran bisa diputuskan dengan bantuan teknologi termutakhir tersebut. Ada empat insiden khusus yang disebutkan oleh FIFA pada laman resmi mereka. Salah satu insiden tersebut adalah berkaitan dengan keputusan penalti, soal apakah itu layak diberikan atau tidak, sebagaimana yang diilustrasikan pada bagian awal.
ADVERTISEMENT
Selain penalti, insiden lain yang juga diperbolehkan untuk menggunakan VAR adalah berkaitan dengan gol, kartu merah langsung, dan kesalahan identitas.
Insiden yang berkaitan dengan gol, misalnya, berupa apakah terjadi pelanggaran terlebih dahulu (offside, pelanggaran akibat benturan, handball) sebelum gol terjadi serta keputusan apakah bola sudah melewati garis gawang atau belum.
Sementara, kartu merah langsung berkaitan dengan layak atau tidaknya kartu merah diberikan. Adapun kesalahan identitas berupa keputusan yang diambil saat wasit keliru memberi hukuman kepada seorang pemain.
Lantas, bagaimana prosedurnya?
Bila mengacu pada Piala Dunia 2018 lalu, penggunaan VAR pada setiap pertandingannya memiliki satu tim khusus yang terdiri dari beberapa orang.
Sebagian dari orang-orang tersebut bertugas sebagai penghubung komunikasi dengan wasit utama, sebagian sebagai asisten, sebagian lagi memilah video serta gambar dengan sudut terbaik untuk ditayangkan.
ADVERTISEMENT
VAR di Piala Dunia 2018. Foto: REUTERS / Sergei Karpukhin
Ketika salah satu dari empat insiden khusus yang sebelumnya disebutkan terjadi, asisten wasit VAR ini akan berkomunikasi dengan wasit utama. Mereka memberitahu sang wasit apakah ada sesuatu yang salah menyangkut insiden tertentu. Sebaliknya, wasit bisa pula bertanya langsung kepada tim tersebut soal insiden yang membuatnya ragu seperti penalti, misalnya, dan meminta saran.
Namun, bila tak cukup, wasit akan memberi isyarat VAR berupa gerakan tangan membentuk persegi. Isyarat ini menjadi penanda bahwa ia akan melihat sendiri tayangan ulang berisi insiden terkait di area khusus bernama Referee Review Area (RRA).
Area khusus tersebut terletak di pinggir lapangan pertandingan. Di sana, terdapat sebuah layar yang menyajikan tayangan insiden yang bersangkutan dari berbagai sudut secara detail. Tayangan pada layar inilah yang akan membantu wasit dalam menentukan keputusan.
ADVERTISEMENT
Peninjauan insiden melalui VAR ini sendiri bisa memakan waktu yang tak sedikit mengingat terkadang seorang wasit bisa melilhat layar pada VAR selama berulang-ulang. Terlebih, insiden yang ingin dilihat misalnya merupakan insiden yang terbilang rumit. Atas dasar inilah pertandingan terpaksa ditunda terlebih dahulu.
Nah, selama pertandingan ditunda, peninjauan VAR yang dilakukan wasit biasanya akan tayang di layar televisi yang menyiarkan pertandingan (juga monitor di beberapa sudut stadion jika ada). Penayangan ini berguna untuk membuat para penonton, baik yang menonton di layar televisi maupun yang hadir di stadion, paham apa yang sebenarnya tengah terjadi.
VAR hanya Membantu, Keputusan Tetap di Tangan Wasit
Menyangkut VAR, satu yang mesti dipahami ialah ia bukan penentu dalam setiap keputusan yang diambil. Sebaliknya, VAR hanya alat penunjang, sementara tim yang bekerja di baliknya sekadar memberi saran. Keputusan akhir tetap berada di tangan pengadil lapangan secara mutlak.
ADVERTISEMENT
Atas dasar inilah penggunaan VAR sejatinya tak akan secara penuh lepas dari berbagai kontroversi, terlebih bila tidak diiringi dengan peningkatan mutu wasit. Soal ini, pelatih Timnas Peru, Ricardo Gareca, pernah menyampaikan gagasan serupa.
"Sepak bola berhubungan erat dengan kesalahan dan saya tidak berpikir ini (VAR) akan menjadi sebuah solusi sempurna," ujar Gareca dilansir dari Reuters.
Bukan tanpa alasan Gareca berucap demikian. VAR memang mengurangi berbagai kesalahan, namun masih saja ada insiden di mana keputusan wasit yang sudah dibantu VAR terhitung keliru. Salah satu contoh berkaitan dengan hal tersebut adalah yang terjadi pada final Piala Dunia 2018 lalu. Pada laga yang mempertemukan Prancis dan Kroasia itu, wasit melalui bantuan VAR memberi Prancis hadiah penalti akibat handball yang dilakukan Ivan Perisic.
ADVERTISEMENT
Yang jadi masalah, handball Perisic itu terjadi karena dibelokkan Blaise Matuidi, pemain Prancis, dan posisinya tak berjauhan dengan Perisic. Dengan situasi seperti ini, handball tersebut tak seharusnya diganjar penalti sebab selain tak sengaja, handball dengan kondisi demikian termasuk salah satu dari empat kondisi handball yang tidak layak diberikan pelanggaran, sebagaimana yang dijelaskan dalam Laws of The Game FIFA pasal 12 tentang 'False and Missconduct'.
Wasit Nestor Pitana memutuskan melihat tayangan ulang VAR di laga Kroasia vs Prancis. Foto: REUTERS/Darren Staples
Nah, dari kasus ini terlihat bahwa VAR tidak akan serta-merta dapat menghilangkan segala kontroversi. Sebab, sekali lagi, wasitlah yang menjadi pengambil keputusan. Meski begitu, tak bisa dimungkiri bahwa kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi dapat dikurangi. Protes berlebihan yang cenderung barbar dari para pemain dan ofisial pun dapat direduksi.
ADVERTISEMENT
Presiden FIFA, Gianni Infantino, mengatakan tepat setelah Piala Dunia 2018 lalu berakhir, penggunaan VAR meningkatkan akurasi keputusan wasit. Dari yang awalnya hanya 93%, meningkat menjadi 99%.
Statistik itu jelas menunjukkan peningkatan, bahkan nyaris sempurna. Karena itu, menyusul keputusan dari rapat Komite Eksekutif (Exco), PSSI pun sepakat untuk menggunakan VAR di Liga 1 mulai musim ini.
Kini, akankah VAR akan membantu wasit di Liga 1, yang kerap dihujani kritik, menjadi lebih presisi dalam mengambil keputusan? Namun, sebelum sampai situ, ada baiknya berharap bahwa penggunaan VAR akan benar-benar terwujud alias tak sekadar wacana.