Melawan Crystal Palace, Man City Bisa Terjungkal Lagi

18 Oktober 2019 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Striker City, Raheem Sterling, mendapatkan penjagaan ketat dari pemain Palace. Foto: Reuters/Carl Recine
zoom-in-whitePerbesar
Striker City, Raheem Sterling, mendapatkan penjagaan ketat dari pemain Palace. Foto: Reuters/Carl Recine
ADVERTISEMENT
Usai takluk 0-2 dari Wolverhampton Wanderers, Manchester City bakal menjalani laga sulit lainnya pada Sabtu (19/10/2019). Pada pekan ke-9 Premier League, pasukan Pep Guardiola itu bakal menghadapi Crystal Palace di Selhurst Park.
ADVERTISEMENT
Kami menyebutnya sulit untuk City karena kedua tim saat ini hanya berjarak dua poin. Saat ini City menduduki posisi kedua Premier League dengan 16 poin, sementara Palace berada di posisi ke-6. Meski begitu, Palace bakal menjalani laga ini dengan modal lebih baik daripada City.
Pada tiga pertandingan liga terakhir, hasil terburuk yang dipetik jagoan-jagoan Roy Hodgson itu ialah imbang 1-1 dengan Wolves pada pekan ke-6 Premier League. Artinya, dua pertandingan selanjutnya selalu berakhir dengan tiga poin untuk Palace.
Pada dua kemenangan tadi, Palace sudah membikin 4 gol dan hanya kebobolan sekali. Ini menandakan sistem 4-5-1 sudah berhasil mengeluarkan potensi terbaik tim berjuluk The Eagles tersebut. Namun, keseimbangan ini tak mendadak muncul begitu saja.
ADVERTISEMENT
Mari kita simak prosesnya...
Gary Cahill dan Martin Kelly, dua andalan di jatung pertahanan Crystal Palace. Foto: REUTERS/Eddie Keogh
Pada awal musim ini, James Tomkins ditandemkan dengan Mamadou Sakho di jantung pertahanan. Namun, karena keduanya absen akibat lain sebab, maka Hodgson kemudian menunjuk Gary Cahill dan Martin Kelly sebagai pengganti.
Siapa sangka, Palace makin bagus saat harus menjalankan taktik garis pertahanan rendah dengan kehadiran kedua pemain ini di pos bek tengah?
Karena kenyang pengalaman, Cahill tak kesulitan saat harus menjadi pemimpin di back-four. Sementara, Kelly merupakan full-back yang kemampuan bertahannya lebih menonjol daripada menyerang. Inilah yang membikin transisinya jadi tanpa hambatan.
Komposisi ini dilengkapi dengan James McArthur, yang jago memutus serangan lawan dalam peran gelandang bertahan. City pun harus betul-betul waspada, karena taktik garis pertahanan rendah masih menjadi momok mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam urusan menyerang, Palace betul-betul memaksimalkan Zaha. Berada di sayap kanan, eks pemain Manchester United itu diizinkan bebas bergerak ke mana saja. Dengan begitu, Zaha pun bisa meneror lawan dengan kemampuan dribelnya yang gemilang.
Zaha tentunya mendapatkan dukungan dari rekan-rekannya juga. Ada James McCarthy yang mengemban tugas sebagai playmaker dan Cheikhou Kouyate sebagai gelandang box-to-box. Hingga Jordan Ayew yang beroperasi sebagai false-nine.
Dalam urusan mencetak gol, Palace tak cuma punya satu rencana. Mulai dari mengandalkan kombinasi umpan pendek, hingga rajin melancarkan umpan lambung. Nah, cara terakhir ini masih menjadi 'musuh' yang belum bisa dikalahkan City musim ini.
Wilfred Zaha jadi pahlawan Palace. Foto: Reuters/Tony O'Brien
Akan tetapi, taktik dan hasil-hasil bagus Palace bukan satu-satunya hal yang harusnya dikhawatirkan City. Ada juga Faktor X, seperti kenyataan bahwa Palace merupakan tim yang memiliki tradisi mempecundangi juara bertahan Premier League.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini sudah berjalan sejak musim 2014/15. Tentu, pengecualian untuk Leicester City untuk musim 2016/17. Musim lalu, City sendiri takluk 2-3 dari Palace di Etihad Stadium.
Agar tak makin tertinggal dari Liverpool, City tentunya tak ingin catatan suram ini terulang. Masalahnya, dengan sejumlah krisis, bisakah City yang berbahaya itu kembali muncul? Ah... pasti Guardiola tengah pening-peningnya saat ini.