Membangkitkan Persikota, si 'Bayi Ajaib' yang Tertidur Pulas

28 Juni 2019 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Skuat Persikota Tangerang Foto: Dok. Francis Yonga
zoom-in-whitePerbesar
Skuat Persikota Tangerang Foto: Dok. Francis Yonga
ADVERTISEMENT
1993. Kabupaten Tangerang mengalami pemekaran dengan salah satunya menjadi kota. Segala perbaikan dilakukan, termasuk mendirikan klub sepak bola bernama Persikota Tangerang pada setahun berselang. Sepak bola dilihat sebagai alat jitu untuk mempromosikan kota yang baru berdiri kala itu.
ADVERTISEMENT
Dengan identitas 'Biru-Kuning' pada seragamnya, jadilah Persikota mewakili Kota Tangerang di kompetisi sepak bola nasional. Akan tetapi, Persikota perlu menunggu waktu setahun untuk bisa berkiprah setelah mendapat restu di Kongres PSSI pada Desember 1995.
Meski menjadi tim baru, Persikota langsung melejit dan menggebrak belantika sepak bola nasional. Di sinilah kemudian julukan 'Bayi Ajaib' muncul untuk saudara kandung dari Persita Tangerang ini.
Harus merangkak dari Divisi II yang merupakan level terbawah kompetisi Tanah Air kala itu, tak menjadi masalah bagi Persikota. Karena di sana mereka bisa melatih mental dan kepercayaan diri.
Menjadi tim kuda hitam--karena baru saja terbentuk--Persikota justru mampu tampil mengesankan. Dengan mengusung kompetisi dua wilayah, Persikota bahkan sama sekali tak tersentuh kekalahan pada putaran pertama dan kedua.
ADVERTISEMENT
Dengan hasil itu, anak asuhan Andi Lala akhirnya sampai ke babak semifinal dan bersua Persipal Palu. Persikota mampu menumpaskan Persipal dengan skor 2-0 sehingga tiket final berada di genggaman. Di final, Persikota bersua Persiwangi Banyuwangi dan menang dengan skor 1-0.
Berhasil menjadi juara Divisi II membuat Persikota promosi ke Divisi I musim 1996. Dan, kali ini kegemilangan Persikota tak jua luntur. Masih bersama Andi Lala sebagai juru latihnya, Persikota keluar sebagai juara grup tengah dan masuk ke babak 10 besar.
Kiprah ciamik Persikota berlanjut. Tampil empat kali di babak 10 besar, tim kebanggaan Benteng Mania itu menang 2 kali, imbang sekali, dan sekali kalah. Karena itu mereka berhak lolos menuju fase semifinal. Di babak empat besar, Persikota bersua Perseden Denpasar yang keluar sebagai juara grup B.
ADVERTISEMENT
Kemenangan 1-0 ditorehkan Persikota sehingga mereka lolos ke babak final. Giliran PSIM Yogyakarta yang menjadi lawan di babak final. Kembali lagi, Persikota menunjukan bahwa mereka bukan tim sembarangan. PSIM ditumbangkan dengan skor 3-1 dan membuat Persikota melaju ke Divisi Utama.
Keberhasilan menjadi juara Divisi I Liga Indonesia bahkan masih membekas jelas di benak Francis Yonga. Gelar juara itu terasa begitu spesial bagi pria kelahiran Kamerun itu.
"Saya tidak akan lupa kenangan saat berseragam Persikota pada tahun 1996 ketika kami menjadi juara Divisi I. Karena itu merupakan musim pertama saya di Persikota dan pertama kali bermain di Liga Indonesia. Dan, kami langsung meraih gelar juara," ujar Yonga ketika dihubungi kumparanBOLA.
Francis Yonga saat membela Persikota Tangerang. Foto: Dok. Francis Yonga
ADVERTISEMENT
Berhasil promosi ke Divisi Utama, Sang Bayi terus memancarkan maginya. Pada musim pertamanya, Persikota sejatinya mampu finis di posisi ketiga Wilayah Tengah. Atas hasil itu, Persikota pun berhak melaju ke babak 8 besar. Sayangnya, kompetisi harus terhenti ketika itu menyusul kerusuhan besar yang melanda sejumlah kota.
Ketika kondisi telah kondusif, Liga Indonesia kembali dimulai pada musim 1999/2000. Lagi, si 'Bayi Ajaib' menghadirkan gebrakan. Tak tanggung-tanggung, Persikota berhasil melaju ke babak semifinal Divisi Utama.
Sebelumnya, Persikota yang diasuh Sutan Harhara lolos ke babak 8 besar dan berada satu grup dengan Persija Jakarta, Arema Malang, dan Pelita Jaya. Menempati posisi runner-up, Persikota melaju ke semifinal untuk menghadapi PKT Bontang. Sayang, pada laga yang berlangsung di Stadion Senayan (kini Gelora Bung Karno), Persikota kalah dengan skor 3-4.
ADVERTISEMENT
Gagal menembus final, si Bayi tampak perlahan mulai kehilangan keajaibannya. Tak ada lagi pencapaian fantastis yang mampu diraih. Petaka malahan lahir untuk Persikota pada musim 2007. Tak diizinkannya penggunaan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk klub sepak bola dengan status profesional menjadi sebab Persikota kolaps. Mulai saat itu, Persikota turun ke Divisi Utama sebelum akhirnya benar-benar vakum pada 2014.
"Terakhir ada di Divisi I, dan kami mulai kehabisan bensin dan terguncang, karena disetopnya APBD dari sumber pendanaan klub. Penggunaan APBD saat itu sedikit membuat klub-klub Indonesia saat itu terlena," ujar Sekretaris Tim Persikota, Ronny Suryanegara, ketika berbincang dengan kumparanBOLA di Jakarta.
"Vakumnya Persikota cukup unik, Persikota vakum bukan karena utang. Tapi karena memang mati begitu saja. Terlepas dari hubungan yang tidak harmonis dengan beberapa stakeholder seperti MUI (Majelis Ulama Indonesia) misalnya," tambah Ronny.
ADVERTISEMENT
Ya, pada 2012, MUI Kota Tangerang memang mengeluarkan fatwa yang merugikan klub sepak bola. Seringnya pendukung Persita dan Persikota ricuh, akhirnya membuat MUI mengeluarkan fatwa haram terhadap pertandingan sepak bola di Tangerang. Berkat itu, Persikota dan Persita menjadi musafir karena tak mendapat izin bermain di kandang sendiri.
Suasana terkini Stadion Benteng, bekas markas Persikota Tangerang. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Bertekad Menembus Liga 1
Vakum selama dua musim terakhir, Persikota kini mencoba untuk kembali bangkit pada 2016. Berawal dari semangat pemuda dan gerakan bertajuk 'Persikota Reborn', sang 'Bayi Ajaib' mencoba untuk kembali menancapkan namanya di kancah sepak bola nasional.
Dua tahun berselang, tekad Persikota untuk bangkit semakin menggebu seiring datangnya Ustaz Yusuf Mansur melalui bendera ISYM Management. ISYM kemudian memiliki 90 persen saham Persikota pada 2018 lalu, yang menyusut 10% pada musim ini.
ADVERTISEMENT
"Kami harus memulai Persikota dari sesuatu yang baru. Pertama-tama, kami harus menyatu dengan fanbase. Kami tahu klub bola tak bisa hidup tanpa fans sejati di dalamnya. Kalau bukan fans siapa lagi yang bisa menghidupkan klub," tutur Ronny.
"Titik balik dari Persikota adalah kami sadar bahwa Persikota adalah klub besar. Siapa pun tak bisa menghapuskan sejarah Persikota dari sepak bola Tanah Air. Terlalu banyak sejarah yang Persikota torehkan dari pelatih hingga pemain," tambahnya.
Membangkitkan sesuatu yang telah mati amatlah tidak mudah. Persikota butuh proses panjang untuk bisa kembali mencium bau rumput lapangan hijau. Untuk mendanai tim, suporter mereka bahkan rela patungan dan menggalang dana. Tak lupa sokongan tokoh-tokoh lokal menjadi tampuk bagi Persikota untuk bangkit.
ADVERTISEMENT
Persikota memang sangat peduli dengan kearifan lokal. Selain tokoh lokal sebagai penyandang dana, tim juga diisi oleh pemain-pemain asli Tangerang.
"Saya ingin klub ini milik masyarakat Kota Tangerang, semuanya terlibat dari hulu ke hilir. Karena masa jayanya Persikota didukung oleh ribuan orang yang hadir di Stadion Benteng Tangerang," ujar Ronny.
Bangunnya Persikota membuat mereka memiliki tujuan yang jauh. Infrastruktur yang sedang dibenahi, manajemen yang mulai transparan, ditambah penonton yang setia, membuat keyakinan Persikota untuk bangkit semakin membuncah.
Meski demikian, Persikota tak ingin bangkit secara instan. Sama seperti masa kelahirannya dahulu, Persikota saat ini juga kembali memulai segala sesuatunya dari bawah. Kini, mereka berlaga di Liga 3 Asosiasi Provinsi (Asprov) Banten atau level kompetisi terbawah Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Ketika ISYM Management masuk pada tahun lalu, sempat terbersit kekhawatiran akan hengkahnya Persikota ke kota lain seperti yang lazim terjadi belakangan ini. Akan tetapi, CEO ISYM, Indra Sjafri, kala itu berkomitmen bahwa Persikota tetap akan berada di Tangerang sekaligus tak akan membeli lisensi klub lain di level kompetisi yang lebih tinggi seperti di Liga 2 dan Liga 1.
“Persikota akan terus bangkit hingga bisa tampil di kompetisi level tertinggi yang ada di Indonesia. Dari analisa yang kami lakukan, kami berambisi tahun 2021 kami harus lolos ke Liga 1," kata Ronny.
"Kami mulai groundbreaking stadion tahun ini di Negalsari, Kota Tangerang. Kapasitas hingga 30.000 penonton, jadi kami berpikir dengan adanya stadion akan menaikkan daya tawar klub," tutur Ronny.
ADVERTISEMENT
Masa-masa emas Persikota Foto: Putri Sarah/kumparan
Tiga tahun lagi, keinginan Persikota untuk melesat ke Liga 1 mungkin saja terjadi. Dan, jika benar harapan itu terwujud, maka Persikota akan kembali mengulang pencapaian mereka pada masa-masa keemasan dahulu, yakni dengan terus promosi hingga level kompetisi tertinggi hanya dalam medio tiga tahun.
Lantas, mungkinkah Bayi Ajaib kembali menunjukkan keajaibannya? Menarik dinantikan.