Menang 13-0 atas Thailand, Cara Timnas Wanita AS Ukir Sejarah

12 Juni 2019 12:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Wanita AS merayakan gol ke gawang Thailand. Foto: Lionel BONAVENTURE / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Wanita AS merayakan gol ke gawang Thailand. Foto: Lionel BONAVENTURE / AFP
ADVERTISEMENT
Ada tiga tipe pertandingan yang memuakkan bagi sebagian besar orang yang bertugas menulis laporan pertandingan.
ADVERTISEMENT
Pertama, pertandingan yang tuntas dengan kedudukan imbang 0-0. Penyebabnya, mereka mesti teliti betul menulis apa-apa saja yang membuat laga 90 menit itu--bahkan lebih--bisa tuntas tanpa gol sama sekali.
Kedua, pertandingan yang kedudukannya berubah di pengujung laga, apalagi di injury time. Memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan badan berita.
Namun, perubahan kedudukan di satu dua menit akhir tak jarang membuat seseorang mesti bergegas mengubah awalan dan akhiran laporan. Tambah membikin panik jika pertandingan itu partai penentuan--entah final ataupun kelolosan ke babak berikutnya.
Ketiga, pertandingan dengan gol yang kelewat banyak. Pertandingan macam ini serupa dengan pertandingan tipe pertama. Memaksa seseorang untuk mengeluarkan kreativitas terbaiknya dalam waktu mepet supaya dapat menulis laporan pertandingan yang lengkap, tapi tidak memusingkan, apalagi membosankan.
ADVERTISEMENT
Tobin Heath berduel melawan Rattikan Thongsombut di Piala Dunia Wanita 2019. Foto: Thomas SAMSON / AFP
Laga Timnas Wanita Amerika Serikat (AS) melawan Timnas Wanita Thailand di Piala Dunia Wanita 2019 adalah contoh pertandingan tipe ketiga tadi. Bagaimana tidak? Laga babak Grup F pada Rabu (12/6/2019) ini tuntas dengan kemenangan 13-0 untuk AS.
Yep, 13-0. Bukan tiga gol, bukan lima gol, tapi 13 gol.
Laga babak pertama berjalan dengan yaaah...normal lah. AS memang menutup paruh pertama dengan keunggulan 3-0 via gol Alex Morgan (12'), Rosemary Lavelle (20'), dan Lindsey Michelle Horan (32').
Keunggulan yang cukup berjarak, tapi masih wajar 'kan? Apalagi jika mengingat AS datang ke Prancis dengan status juara bertahan.
Rekam jejak mereka pun brilian. Gelar juara Piala Dunia Wanita 2015 itu tidak menjadi yang perdana sebab bila ditotal, mereka sudah tiga kali menjadi ratu sepak bola sejagat. Itu belum ditambah dengan empat medali emas Olimpiade.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan dari kita tadinya akan menyangka, kalaupun AS berhasil menambah gol dan Thailand tidak bisa membalas, paling banter, laga akan selesai dengan kedudukan 6-0. Wong di babak pertama tim asuhan Jill Ellis itu memang membukukan tiga gol.
Tapi, kawan, lapangan sepak bola acap menjadi salah satu tanah terbaik untuk melahirkan kejutan. Lapangan Stade Auguste-Delaune, Reims, mendapat kehormatan untuk menjadi ibu bagi kejutan tadi. Di babak kedua, AS menggila, mereka menghantam Thailand dengan 10 gol.
Bahkan, keran gol itu sudah terbuka lima menit setelah turun minum selesai. Adalah sang gelandang bertahan, Samantha Mewis, yang memaksa Sukanya Chor Charoenying memungut bola dari gawangnya sendiri untuk kali keempat.
Tambah membikin geleng-geleng kepala karena dalam kurun enam menit, AS sanggup membukukan empat gol. Tiga menit setelah gol Mewis, Morgan kembali memantik pekik girang di bench AS. Pada menit ke-54, Mewis kembali mencetak gol. Dua menit kemudian, Lavelle menjadi dalang dari segala keriuhan yang mencuat dari tribune suporter AS.
ADVERTISEMENT
Morgan bahkan sukses mengoleksi lima gol dalam laga ini. Setelah gol keduanya tadi, Morgan membobol gawang Thailand pada menit 74, 81, dan 87.
Yak, berarti sudah 10 gol, bukan? Tiga pemain lain yang mencatatkan namanya ke papan skor adalah kapten Megan Rapinoe (79'), Mallory Pugh (85'), dan Carli Lloyd (90+2').
Keberhasilan menutup duel dengan kemenangan 13-0 ini tak cuma mengganjar AS dengan tiga poin pertama, tapi juga rekor baru. Kemenangan ini tidak hanya terbesar di Piala Dunia Wanita, tapi juga Piala Dunia (Pria). Sebelumnya tidak pernah ada tim yang menang dengan margin 13 gol. Lucky number.
Bahkan Morgan menjadi pemain kedua yang mencetak lima gol di Piala Dunia Wanita. Mantan penggawa AS, Michelle Akers, menjadi pemain pertama yang melesakkan lima gol kala bertanding melawan Taiwan pada November 1991.
ADVERTISEMENT
"Kami datang ke pertandingan ini sambil membawa hasrat untuk membuktikan diri. Setiap gol di turnamen ini sama pentingnya dan tim ini akan tetap bekerja untuk memberikan yang terhebat," ujar Morgan, dilansir The Guardian.
Kemenangan besar ini tidak cuma mengganjar AS dengan rekor dan tepuk-tangan, tapi juga kritik. Kebanyakan kritik tersebut mempermasalahkan perayaan gol AS meski mereka sudah unggul jauh.
Tapi, selalu ada dua sisi untuk segala sesuatu, termasuk kemenangan. AS menyadari besar hal itu. Alih-alih ambil pusing, mereka tetap percaya bahwa kegigihan untuk tetap bermain trengginas tak peduli sebesar apa pun keunggulan yang mereka buat menjadi cara terbaik untuk memberikan tabik kepada lawan.
Pesta pora di Stade Auguste-Delaune, Reims. Foto: Lionel BONAVENTURE / AFP
Tidak ada satu tim pun yang datang ke Prancis dengan langkah ringan--termasuk Thailand. Siapa juga yang paham selain mereka sendiri sekeras apa upaya yang dilakukan untuk sampai ke pentas masyhur ini?
ADVERTISEMENT
Keberhasilan Thailand mencapai Piala Dunia edisi kedelapan membuktikan bahwa mereka negara yang hebat. Dan apa lagi yang lebih pantas diberikan kepada lawan yang hebat selain perlawanan sehebat-hebatnya?
"Cara kami menghormati lawan adalah dengan tidak mengendurkan permainan. Setiap lawan kami hadapi seserius mungkin. Kami mempersiapkan diri sama baiknya, tak peduli siapa yang menjadi lawan," jelas penggawa AS, Julie Ertz.
"Untuk setiap laga, kami memiliki laporan scouting. Kami berlatih dengan intens. Dan di setiap laga, tidak ada lawan yang bakal kami anggap remeh," tegas Ertz.
Kemenangan besar atas Thailand tidak menjadi epilog cerita perjalanan AS di Piala Dunia Wanita 2019. Lampu-lampu stadion sudah dimatikan, tepuk tangan sudah habis, dan sorak-sorai telah tuntas.
ADVERTISEMENT
Kini, yang menyala adalah lampu-lampu training ground. Yang terdengar adalah teriakan dan amukan pelatih yang membimbing di sepanjang sesi latihan--sampai laga berikutnya, walau tak ada yang tahu sampai kapan mereka meroket.