Mengingat Catatan Spesial di Copa Libertadores 2018

10 Desember 2018 9:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
River Plate juara Copa Libertadores 2018. (Foto: REUTERS/Paul Hanna)
zoom-in-whitePerbesar
River Plate juara Copa Libertadores 2018. (Foto: REUTERS/Paul Hanna)
ADVERTISEMENT
Tuntas sudah gelaran Copa Libertadores 2018. River Plate menutup kompetisi dengan mengumandangkan sorak-sorai kemenangan dan mengangkat trofi juara. Berlaga di kandang Real Madrid, Santiago Bernabeu, pada Senin (10/12/2018), River memastikan trofi juara itu jatuh ke tangan mereka berkat kemenangan 3-1 atas Boca Juniors. Torehan manis ini didapat berkat gol-gol yang dicetak oleh Lucas Pratto, Juan Quintero, dan Gonzalo Martinez. Sementara, gol Boca dicetak oleh Dario Benedetto.
ADVERTISEMENT
Drama menjadi tajuk utama final kompetisi antara klub-klub Amerika Selatan ini. Pasalnya, laga leg kedua sempat tertunda dan mengalami ketidakjelasan nasib. Semua bermula pada 25 November 2018, kala bus pemain Boca diserang oleh suporter River dalam perjalanan menuju Stadion El Monumental, tempat yang seharusnya menjadi venue final leg kedua.
Sempat terlunta-lunta, pada 30 November 2018 Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan (CONMEBOL) memutuskan laga pamungkas digelar di Madrid, tepatnya Bernabeu. Tak cukup sampai di situ, terhitung mulai 2019, laga puncak akan disusun menyerupai final Liga Champions yang digelar dalam satu leg di tempat netral.
Pada kenyataannya, final Copa Libertadores 2018 tidak hanya tentang partai puncak terakhir yang digelar dalam dua leg ataupun perlawanan sengit kedua tim yang memaksa laga berlanjut hingga babak extra time. Di dalamnya terdapat catatan-catatan menarik yang membikin laga ini tak kalah menyenangkan buat disaksikan bila dibandingkan dengan kompetisi-kompetisi level Eropa.
ADVERTISEMENT
1.Trofi Copa Libertadores Keempat untuk River Plate
Kemenangan di laga pamungkas memang perlu dirayakan sehebat-hebatnya. Apalagi, ini bukan laga yang mudah--terlebih, yang menjadi lawan adalah seteru seumur hidup. Boca memang unggul di babak pertama, tapi River juga yang menjadi juara.
Adalah Daniro Benedetto yang membawa Boca unggul berkat golnya di menit 44. Gol itu adalah torehan yang pantas buat Boca. Pasalnya, di sepanjang babak pertama merekalah yang tampil sebagai tim yang mengedepankan agresivitas serangan. Kondisi ini berkebalikan dengan River yang memimpin penguasaan bola, tapi melempem dalam serangan.
Namun, situasi berbalik di babak kedua. River mulai memperbaiki penampilan dan menuntaskan penyakit penguasaan bola yang sia-sia. Intensitas serangan ditingkatkan, gol dilahirkan. Adalah Pratto yang mempersembahkan gol penyama kedudukan untuk River. Kedudukan imbang 1-1 hingga waktu normal usai memaksa laga berlanjut hingga babak extra time. Di babak ini, gol Quintero dan Martinez memastikan River menyandang predikat sebagai yang terhebat di Amerika Selatan.
ADVERTISEMENT
Laga sengit khas Copa Libertadores, River Plate vs Boca Juniors. (Foto: REUTERS/Javier Barbancho)
zoom-in-whitePerbesar
Laga sengit khas Copa Libertadores, River Plate vs Boca Juniors. (Foto: REUTERS/Javier Barbancho)
Ini bukan pertama kalinya River mengangkat trofi juara Copa Libertadores. Sebelumnya, mereka mencatatkan diri sebagai kampiun sebanyak tiga kali. Gelar juara pertama kali direngkuh pada 1986. Kala itu, America de Cali yang menjadi lawan. Berbeda dengan gelaran tahun ini, di tahun 1986, River sudah unggul sejak leg pertama babak final. Di leg pertama, mereka menang 2-1, sementara di leg kedua, kemenangan 1-0 berhasil digenggam.
Trofi kedua menjadi milik River pada 1996. Laga final kembali mempertemukan River dengan America de Cali. Langkah River di partai final tahun ini tidak semulus pada 1986 karena di leg pertama, America-lah yang mengantongi kemenangan 1-0. Hanya, kemenangan leg pertama tinggal cerita bagi America. Di pertandingan pamungkas, River membalas kekalahan dengan menyabet kemenangan 2-0.
ADVERTISEMENT
Sementara, gelar ketiga hadir pada 2015. Berhadapan dengan wakil Meksiko, Tigres UANL, River hanya sanggup menutup leg perdana dengan skor kacamata. Beruntung, River menggila di leg kedua. Kemenangan 3-0 menjadi tiket yang mengantarkan mereka pada raihan trofi juara.
Menyoal gelar juara Copa Libertadores, hanya ada tiga tim yang mengungguli River soal kuantitasnya: Independiente del Valle yang mengoleksi tujuh trofi, Boca dengan enam trofi, dan Atletico Penarol yang menyegel lima trofi. Lalu, yang menjadi pertanyaan sampai di fase apakah kedua tim lain, Independiente dan Penarol, musim ini? Indepediente gugur di semifinal, sementara Penarol kandas di babak grup.
2. Rekor Lima Sekawan River Plate
Amerika Selatan adalah surganya sepak bola. Tapi, tidak semua pesepak bola memiliki kesempatan untuk merengkuh gelar Copa Libertadores lebih dari sekali, termasuk pemain-pemain River. Jonathan Maidana, Martinez, Rodrigo Mora, Camilio Mayada, dan Leonardo Ponzio menyegel pencapaian khusus seiring dengan keberhasilan River menjejak ke partai final. Hanya mereka yang dua kali menjadi juara Copa Libertadores bersama River. Adapun, kelimanya merupakan bagian dari skuat River di Libertadores edisi 2015.
ADVERTISEMENT
Keberadaan mereka di skuat hari ini bukan hanya tentang kebutuhan tim untuk memiliki pemain senior yang dapat mengangkat morel pemain. Di laga pamungkas ini saja, selain Martinez yang mencetak gol ketiga itu, Mayada menjadi salah satu aktor kunci bagi kemenangan River. Tanpa umpan yang berubah menjadi assist di extra time itu, tak akan ada gol pembalik kedudukan yang dicetak oleh Quintero.
3. Tembok Itu Bernama Franco Armani
Hanya karena seorang kiper berdiri sendiri di ujung lapangan, bukan berarti ia bukan sosok yang minim kontribusi. Franco Armani, kiper River itu, membuktikan bahwa ia bukan sosok yang bisa digantikan dengan mudah. Pengawalannya terhadap gawang River di Libertadores musim ini membuahkan torehan gemilang, ia mencatatkan tujuh nirbobol. Di final leg kedua ini saja, Armani membukukan tiga aksi penyelamatan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, ini bukan kali pertama Armani menorehkan catatan nirbobol di Libertadores. Pada 2016, saat masih membela Atletico Nasional, ia menyegel sembilan clean sheet. Torehannya ini pulalah yang mengantarkannya sebagai satu-satunya kiper yang lebih dari sekali menjuarai Libertadores dengan catatan nirbobol lebih dari tujuh kali. Rekor yang ribet, ya? Haha.
4. Petaka untuk Wilmar Barrios
Petaka di setiap laga bisa datang dalam banyak wujud. Kali ini, ia menghampiri penggawa Boca, Wilmar Barrios, dalam wujud kartu merah. Cerita muram ini terjadi pada menit 90'+1'. Kala itu, bola sedang dikuasai oleh penggawa River, Exequiel Palacios. Bermaksud merebut bola, Barrios justru diganjar kartu kuning kedua karena dinilai wasit menendang perut Palacios.
ADVERTISEMENT
Barrios menjadi pemain Boca kedua yang diganjar kartu merah di sepanjang mereka di final Copa Libertadores. Adalah Ruben Sune yang tercatat sebagai pemain Boca pertama yang diganjar kartu merah di partai puncak Copa Libertadores. Kartu merah itu didapatnya saat berlaga melawan Olimpia pada 1979. Yang menyedihkan bagi Barios, ini adalah kartu merah pertamanya sejak berstatus sebagai pemain Boca pada 2016.
5. Taji Benedetto dan Pratto
Adalah Benedetto yang membuka keunggulan bagi Boca di laga ini. Torehan Benedetto pada menit ke 44 itu diawali dengan keberhasilan Nahitan Nandez merebut bola dan meneruskannya kepada rekannya itu. Keberhasilan Benedetto mencetak gol juga diwarnai dengan aksi individunya melewati kepungan pemain-pemain River dengan aksi dribel. Sayangnya, keunggulan Boca tidak bertahan hingga laga tuntas. Di babak kedua, giliran Pratto yang membukukan gol untuk River dengan memanfaatkan assist Quintero.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari tim mana yang pada akhirnya menjadi juara, kedua gol ini membawa Benedetto dan Pratto sebagai pemain yang berhasil mencetak gol di kedua leg laga final Copa Libertadores. Di leg pertama, Benedetto dan Pratto juga berhasil mencetak gol yang mengantarkan laga berakhir imbang dengan skor 2-2.
Keberhasilan ini menjadi kedua kalinya di sepanjang sejarah Copa Libertadores. Catatan serupa terjadi pada final 1996 dalam pertandingan yang mempertemukan Boca Juniors dengan Santos FC. Di kubu Boca, Jose Sanfilippo yang membukukan catatan demikian. Sementara, Antonio Wilson Vieira Honorio atau yang lebih dikenal dengan sebutan Coutinho, yang menorehkan raihan tadi. Di tahun itu, Santos berhasil mengalahkan Boca dan merengkuh gelar Copa Libertadores kedua mereka.
ADVERTISEMENT