Menyelami Esensi Fernandinho untuk Manchester City

10 Februari 2019 15:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fernandinho, sosok penting untuk lini tengah City. Foto: Andrew Yates/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Fernandinho, sosok penting untuk lini tengah City. Foto: Andrew Yates/Reuters
ADVERTISEMENT
"Jika tidak ada 15 operan yang dilakukan sebelumnya, transisi antara menyerang dan bertahan tidak mungkin berjalan dengan baik. Mustahil."
ADVERTISEMENT
Demikian Pep Guardiola pernah mencurahkan filosofi permainannya. Ujaran yang cukup merepresentasikan betapa distribusi bola, keseimbangan, dan transisi jadi pondasi utama dalam sistem juego de posicion yang diusungnya.
Dibedah secara gamblang, jalur serangan City terdiri dari tiga bagian utama. Aymeric Laporte jadi pembuka distribusi di lini paling belakang--peran yang musim sebelumnya dipegang Nicolas Otamendi. Berlanjut ke Fernandinho, lalu ke David Silva serta Kevin De Bruyne, baru kemudian disebar ke trisula lini depan City.
Makanya Guardiola selalu membutuhkan figur pemain yang mampu mengolah bola dan juga mengalirkan bola. Jangankan pemain, untuk seorang penjaga gawang sekalipun ia juga punya standar yang sama. Jadi, wajar kalau para gelandangnya punya tugas yang kompleks.
ADVERTISEMENT
De Bruyne, Silva, serta Bernardo Silva jadi pemain yang memegang peranan penting dalam urusan ini. Ngomong-ngomong soal vitalitas area sentral, tak ada yang bisa menggeser posisi Fernandinho.
Bila De Bruyne, Silva, dan Bernardo lebih berurusan dengan serangan, Fernandinho-lah yang terkait erat dengan pertahanan serta tentang bagaimana City memulai sebuah serangan.
Andalan City, Fernandinho. Foto: Reuters/Carl Recine
Visi bermain mumpuni De Bruyne dan duo Silva tak perlu diragukan lagi. Akan tetapi, mereka tak begitu mahir dalam melakukan aksi bertahan. Itulah mengapa posisi Fernandinho sulit tergantikan. Terhitung cuma Ilkay Guendogan yang menjadi alternatif lain.
Namun, Guendogan bukan seorang gelandang bertahan murni. Jangankan gelandang tengah, seorang gelandang bertahan alami saja tak semuanya mampu mengemban tugas sebagai holding midfielder.
ADVERTISEMENT
Holding midfielder, seperti Fernandinho, dituntut untuk mampu mendistribusikan bola dengan baik. Meski, ya, tetap mengerjakan tugas seorang gelandang klasik: Melindungi back-four dan memutus serangan lawan melalui tekel serta intersep.
Well, Guardiola paling tidak harus memiliki seorang holding midfielder dalam skuatnya. Di Barcelona ia punya Sergio Busquets. Sementara di Bayern Muenchen, Xabi Alonso yang jadi tumpuannya.
Setali tiga uang dengan City yang juga mengerahkan aksi masif saat menyerang. Simak saat City dalam mode ofensif, sepasang full-back mereka bakal aktif naik dalam membantu serangan.
Di sinilah Fernandinho memainkan perannya. Ia bergerak untuk memperkuat lini belakang, bersama sepasang bek sentral. Dengan begitu, City tak perlu khawatir saat menerapkan garis pertahanan tinggi.
ADVERTISEMENT
Bila mereka kehilangan penguasaan bola, maka Fernandino yang bertugas untuk memangkas serangan lawan sedini mungkin. Jadi tak heran bila pemain yang diboyong dari Shakhtar Donetsk itu jadi penggawa reguler yang paling aktif dalam melancarkan aksi bertahan. Menurut Who Scored, rata-rata tekelnya menyentuh angka 2, sedangkan untuk intersep mencapai 1,4.
Sementara untuk urusan umpan, Fernandinho menjadi yang tersibuk kedua dengan rata-rata 76 umpan di tiap pertandingan, hanya kalah dari Laporte yang menjadi pemasok paling awal dalam rantai distribusi City.
See? Sampai di sini cukup dipahami betapa kompleksnya peran Fernandinho sebagai holding midfielder.
Para pemain City merayakan gol Fernandinho. Foto: Reuters/Jason Cairnduff
Nyatanya, City kesulitan saat Fernandinho absen. Toleh saja bagaimana rapuhnya mereka kala pemain berusia 33 tahun itu absen lantaran cedera paha pada 15 Desember silam. Buntutnya, City takluk 2-3 dari Crystal Palace (22/12/2018) dan 2-1 dari Leicester City empat hari berselang. Alasannya, ya, karena tak pemain yang bisa menggantikan peran Fernandinho sebagai holding midfielder.
ADVERTISEMENT
Menariknya, Fernandinho malah cukup fasih bermain di posisi lain apabila dibutuhkan. Ia sempat diturunkan sebagai bek sentral saat mengandaskan Arsenal pekan lalu, meski tak rutin berdiri sejajar dengan Otamendi sebagai bek tengah.
Well, dalam mode bertahan, posisinya memang sejajar dengan bek asal Argentina itu. Namun, saat proses build-up serangan, ia maju ke depan membantu Guendogan yang berposisi sebagai gelandang bertahan dalam formasi dasar. Sementara Otamendi membangun garis vertikal bersama Kyle Walker dan Laporte di lini paling belakang.
Keberadaan dua gelandang bertahan itu diterapkan Guardiola sebagai jalan tengah atas dua hal. Pertama, ia tetap butuh kehadiran Fernandinho sebagai distrubutor kedua setelah Laporte atau Otamendi dari barisan pertahanan. Kedua, karena sepasang gelandang dibutuhkan untuk mengebiri distribusi bola Arsenal ke lini depan. Sebab, bakal menjadi petaka bila penyerang cepat macam Pierre-Emerick Aubameyang dan Alexandre Lacazette mendapat suplai bola.
ADVERTISEMENT
Keputusannya terbukti moncer. Arsenal hanya mampu mengukir 4 umpan kunci, tak genap sepertiga torehan City. Gol semata wayang The Gunners juga lahir dari situasi sepak pojok. Artinya, Arsenal memang kesulitan untuk menembus benteng pertahanan City via open-play.
Tentu saja Fernandinho bakal memegang peranan pokok saat menjamu Chelsea pada Minggu (10/2). Tipikal permainan pasukan Maurizio Sarri itu tak jauh berbeda dengan Arsenal yang mengandalkan sisi sayap sebagai senjatanya. Jangan lupakan bila kekalahan yang ditelan City pada perjumpaan pertama tercipta lewat skema long ball yang jadi senjata Eden Hazard dan kolega.
Kala itu Sarri mengusung skema lebih defensif ketimbang biasanya--mengutus anak asuhnya untuk bermain lebih dalam, tak terkecuali trio lini depan mereka: Hazard, Willian, dan Pedro Rodriguez. Adalah David Luiz jadi pion untuk memaksimalkan skema tersebut.
ADVERTISEMENT
Tercatat ada 9 umpan panjang dilepaskan oleh pemain berambut kriwil itu sepanjang pertandingan, tertinggi di antara rekan-rekan setimnya. Gol pertama yang dicetak Chlelsea juga diawali dari aksinya sebelum sukses diolah Hazard dan diakhiri oleh N'Golo Kante.
***
Fernandinho (kanan) sulit ditembus. Foto: Reuters/Eddie Keogh
Lalu, peran seperti apa yang akan dimainkan Fernandinho pada laga melawan Chelsea?
Nah, ini yang akan jadi daya tariknya. Tentang bagaimana Guardiola akan memakai Fernandinho. Sebagai holding midfielder reguler seperti biasanya atau menjadi bek sentral siluman sebagaimana yang diterapkanya saat berhadapan dengan Arsenal.
Meski kecil persentase untuk diterapkan, langkah yang kedua itu lebih bijak demi mengantisipasi lini kedua Chelsea yang oportunis. Selain Kante, masih ada Jorginho dan Mateo Kovacic/Ross Barkley yang bisa memanfaatkan second ball menjadi peluang atau bahkan gol. Terlebih lagi, kini The Blues punya pemain nomor 9 anyar, Gonzalo Higuain, yang bakal memperkaya opsi serangan mereka nantinya.
ADVERTISEMENT
So, menurunkan Ferandinho menjadi bek sentral lagi serta memainkan Guendogan (juga), akan memperkecil potensi Chelsea untuk memaksimalkan long ball yang kemungkinan bakal kembali mereka terapkan.
Karena cara paling ampuh untuk meredam serangan cepat adalah keseimbangan lini tengah, tentang transisi yang rapi dari menyerang ke bertahan. Tak lain tak bukan, Fernandinho-lah yang jadi jawabannya.