news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Newcastle United + Steve Bruce = Resep Menuju Kehancuran

18 Juli 2019 17:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Steve Bruce memimpin latihan Newcastle United di Shanghai, China. Foto: Dok. Newcastle Utd
zoom-in-whitePerbesar
Steve Bruce memimpin latihan Newcastle United di Shanghai, China. Foto: Dok. Newcastle Utd
ADVERTISEMENT
Dari abu kembali menjadi abu. Dari Newcastle kembali ke Newcastle. Sejauh-jauhnya Steve Bruce melangkah, pada akhirnya hidup menuntunnya kembali ke rumah. Namun, kali ini dia harus mendapati rumah yang dia sayangi itu dalam kondisi reot, bahkan nyaris roboh.
ADVERTISEMENT
Belasan tahun silam, rumah Bruce itu masih terlihat begitu mewah. Tidak terlalu besar, memang, tetapi cukup sedap dipandang. Pemain-pemain hebat seperti Alan Shearer, Norberto Solano, Kieron Dyer, dan Shay Given masih berada di sana. Pada masa itu Bruce sudah pernah mendapat tawaran untuk melatih Newcastle United. Akan tetapi, tawaran itu dia tolak.
Bruce bukannya sombong. Justru sebaliknya. Dia menolak untuk pulang karena dia tidak mau menjadi orang yang melengserkan Sir Bobby Robson. Lagipula, kala itu dia sedang nyaman-nyamannya bersama Birmingham City. Jadi, Bruce memang punya alasan kuat untuk menolak panggilan tersebut.
Sebenarnya, menyebut Newcastle United sebagai rumah Bruce tidak terlalu tepat karena selama berkarier, baik sebagai pemain maupun pelatih, dia tidak pernah sama sekali bersinggungan dengan klub tersebut. Namun, Bruce lahir dan besar di sebuah desa yang letaknya tak jauh dari Newcastle. Di sepak bola, Newcastle adalah hal terdekat dengan rumah yang dimiliki olehnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemain, Bruce punya nama cukup besar. Dibeli dari Norwich City, Bruce lantas menjadi andalan Alex Ferguson untuk mengawal lini belakang Manchester United pada dekade 1980-an sampai 1990-an. Bruce bahkan menjadi kapten di sana dan berjasa besar, lewat gol sundulannya ke gawang Sheffield Wednesday, dalam mengantarkan United ke tangga juara Premier League edisi perdana.
Usia Bruce ketika itu sudah 33 tahun. Enam tahun kemudian dia pensiun bersama Sheffield United dan di sana pulalah dia mengawali karier sebagai pelatih. Selama dua puluh tahun, Bruce sudah pernah melatih sepuluh klub hingga akhirnya menerima pinangan Newcastle.
Karier Bruce sebagai pelatih tidaklah seindah kariernya sebagai pemain. Namun, bukan berarti dia tidak pernah mengalami masa-masa menyenangkan. Ambil contoh ketika melatih Birmingham City tadi. Rival sekota Aston Villa itu dibawanya promosi ke Premier League dan sanggup bertahan beberapa musim di sana.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, dia pindah ke Wigan Athletic dan di situ Bruce mampu membawa klub tersebut menembus babak final Piala FA. Lalu, ada pula masa-masa lumayan menyenangkan bersama Hull City pada awal dasawarsa 2010-an. Sama seperti saat di Birmingham, Bruce membawa Hull naik ke Premier League serta lolos ke kualifikasi Liga Europa.
Namun, ada pasang, ada pula surut. Bruce sendiri tidak imun dari kesalahan dan salah satu yang paling dia sesali adalah ketika menerima tawaran Aston Villa pada musim 2016/17. Saat itu Villa sedang berada dalam krisis keuangan dan kerap menunggak gaji. Meski Bruce berhasil membawa mereka ke playoff promosi Premier League, dia mengaku situasi di Villa hampir membuatnya pensiun dari sepak bola.
ADVERTISEMENT
Melompat tiga tahun ke depan, Bruce tampaknya telah membuat kesalahan lagi dengan bergabung ke Newcastle United. Dia boleh saja berkilah bahwa The Magpies adalah klub kampung halamannya sehingga tawaran mereka sulit sekali untuk ditolak. Namun, ada hal-hal yang membuat kepulangannya ini jadi terasa begitu sulit.
Rabu (17/7/2019) sore WIB, Newcastle United harus menelan kekalahan telak 0-4 dari Wolverhampton Wanderers dalam pertandingan Premier League Asia Trophy di China. Dari situ saja Bruce sebenarnya sudah bisa melihat betapa buruk kualitas skuat yang dimiliki The Toon Army. Itu berarti, pekerjaannya nanti bakal luar biasa berat.
Buruknya kualitas skuat Newcastle ini sama sekali bukan rahasia. Sudah sejak dua musim lalu hal ini senantiasa dikeluhkan oleh Rafael Benitez. Namun, kikirnya sang pemilik, Mike Ashley, membuat masalah-masalah di dalam skuat tidak pernah dibenahi. Karena alasan itulah Benitez akhirnya memilih untuk minggat.
ADVERTISEMENT
Bagi Newcastle, terutama Newcastle yang dimiliki oleh manusia seperti Ashley, pelatih macam Benitez bagaikan malaikat yang menurunkan mukjizat secara langsung dari langit. Semua yang dilakukan pria Spanyol itu, mulai dari organisasi tim dan aplikasi taktik serba pragmatis, membuat Newcastle mampu meraih prestasi di atas ekspektasi.
Di tengah segala keterbatasan, Benitez berhasil membawa Newcastle promosi ke Premier League dan bertahan selama dua musim. Namun, Benitez sendiri ogah bertahan kalau prestasi klub bakal mentok di situ-situ saja. Maka, mantan pelatih Liverpool itu pun memilih untuk tidak mempertahankan kontraknya dan hijrah ke China.
Benitez pun bukan satu-satunya sosok penting Newcastle yang pindah. Di bursa transfer ini mereka sudah kehilangan Salomon Rondon, Joselu, dan Ayoze Perez. Celakanya, manajemen klub belum bergerak seinci pun untuk mendatangkan pemain baru.
ADVERTISEMENT
Kepergian Benitez memang jadi faktor tersendiri di balik terhambatnya manuver di bursa transfer. Manajemen tak mau mencari pemain sebelum mendapatkan pelatih pengganti. Maka, proses pencarian pelatih pun diprioritaskan.
Sialnya, mencari pelatih yang sudi datang ke Newcastle bukan perkara mudah. Buruknya situasi manajemen klub sama sekali bukan rahasia. Sehingga, meskipun perwakilan Newcastle sudah berkeliling Eropa untuk mencari suksesor Benitez, hasil yang didapat nihil.
Sempat muncul nama eks pelatih Lyon, Bruno Genesio, sebagai kandidat. Akan tetapi, seperti dijelaskan agen super Pini Zahavi, nama Genesio bisa muncul karena dia adalah pilihan konsorsium Uni Emirat Arab yang kabarnya sempat akan membeli klub dari tangan Ashley. Karena Ashley akhirnya enggan menjual, perlahan nama Genesio pun lenyap dari peredaran.
ADVERTISEMENT
Newcastle pun terus mencari, mencari, dan mencari. Sampai akhirnya, di upayanya yang kesebelas, mereka menemukan peminat dalam diri Bruce. Ya, menurut klaim Sky Sports, pria 58 tahun itu adalah pilihan kesebelas Newcastle. Sebegitu sulitnya, memang, bagi mereka untuk menemukan pelatih yang cukup sinting untuk diajak ke Saint James' Park.
Setelah Bruce bersedia, Newcastle pun segera mengumumkannya sebagai pelatih baru. Namun, tak lama setelah pengumuman keluar, klub yang dilatih Bruce musim lalu, Sheffield Wednesday, tidak terima. Mereka pun mengancam akan menyeret Newcastle ke meja hijau.
Bruce baru jadi pelatih Wednesday pada Januari lalu. Kepindahan itu terjadi setelah Bruce pergi dari Aston Villa setengah tahun sebelumnya. Dengan kata lain, Wednesday memberi Bruce pekerjaan ketika dia tengah menganggur. Wednesday bahkan mau menunggu ketika Bruce harus menjalani operasi lutut terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Namun, Bruce kemudian pergi begitu saja. Wednesday pun menganggap bahwa Newcastle telah melakukan pendekatan ilegal kepada Bruce. Selain itu, kompensasi 2 juta pounds yang dibayarkan juga dirasa kurang karena Wednesday menghargai Bruce di angka 5 juta pounds.
Tidak sampai di situ saja masalah Bruce di Newcastle. Sebagai mantan pelatih Sunderland, dia pun disambut dengan makian oleh para suporter. Status Bruce sebagai akamsi semakin membuat keruh suasana. Bruce sudah dianggap sebagai pengkhianat dan para suporter tidak mau lagi menerimanya.
Kemudian, ada pula reputasi Bruce sebagai pelatih kolot yang membuatnya dipandang sebelah mata. Bruce adalah pelatih tradisional Inggris yang tidak punya pengetahuan taktikal sebaik Benitez. Ini akan menjadi masalah besar karena Newcastle tidak bisa mengandalkan kualitas individual untuk meraih hasil optimal.
ADVERTISEMENT
Bruce pun, selain itu, sudah lama tidak berkiprah di Premier League. Terakhir kali dia berkompetisi di sini adalah pada saat menangani Hull. Selebihnya, dia selalu berkubang di Championship. Mengingat perkembangan Premier League yang begitu pesat, gegar budaya bisa jadi problem bagi Bruce.
Dengan demikian, keputusan Newcastle untuk menunjuk Bruce ini sebenarnya merupakan imbas dari bobroknya kompetensi manajemen klub, terutama Ashley sebagai pemilik. Mereka tidak punya visi yang jelas dan ketika ada visi pun mereka tidak bisa mengeksekusinya karena Ashley adalah sosok kikir. Singkat kata, perkawinan Newcastle dengan Bruce ini boleh jadi merupakan resep menuju kehancuran.