Origi Berpikir Anti-Mainstream, Memilih Bertahan di Liverpool

25 Juli 2019 15:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Divock Origi mengecup trofi Liga Champions. Foto: AFP/Oscar Del Pozo
zoom-in-whitePerbesar
Divock Origi mengecup trofi Liga Champions. Foto: AFP/Oscar Del Pozo
ADVERTISEMENT
Tahun depan adalah tahunnya Piala Eropa. Maka, penting bagi setiap pesepak bola bermain secara reguler di level klub demi mendapatkan panggilan timnas dan mentas di turnamen tersebut.
ADVERTISEMENT
Romelu Lukaku adalah salah satunya. Karena menit bermainnya tergerus sejak Ole Gunnar Solskjaer menangani Manchester United, dia coba memperbaiki peruntungannya via bursa transfer musim panas 2019. Dan, Inter Milan digadang-gadang sebagai destinasinya.
Kompetitor Lukaku di lini depan Timnas Belgia, Divock Origi, semestinya mengambil langkah serupa. Ingat, dia cuma ban serep lini depan Liverpool dan cuma turun 763 menit di lintas ajang musim lalu.
Kendati demikian, Origi adalah sosok anti-mainstream. Alih-alih mencari klub dengan jaminan tim inti, pemain 24 tahun itu malah memilih menetap di Liverpool. Ya, per 10 Juni 2019 lalu, Origi telah meneken kontrak jangka panjang yang tak disebutkan durasinya.
"Saya cuma duduk, lalu berpikir bahwa saya ingin bertahan dan membantu tim ini," tutur Origi, dilansir oleh BBC.
ADVERTISEMENT
"Saya merasa baik-baik saja. Saya hanya perlu mempertahankan performa dan mengetahui kesempatan segera datang. Menurut saya, tim ini bisa meraih capaian spesial.
"Penting untuk memblok distraksi dari luar dan fokus ke hal-hal diperlukan. Anda memang tak bisa merasa yakin 100% dalam sepak bola dan jalan yang diambil bisa saja berubah, tetapi inilah pilihan saya," ujarnya.
Ketetapan Origi bukanlah merepresentasikan sikap pasrah. Dia justru merasa yakin bisa unjuk gigi meski lebih sering menghangatkan bangku cadangan Liverpool.
Pengalaman musim 2018/19 menjadi referensi Origi. Walaupun cuma menjadi pelapis trisula Mohamed Salah, Roberto Firmino, serta Sadio Mane, dia membuktikan bahwa dirinya tetap layak dicintai Liverpudlians.
Origi cetak gol pertama untuk Liverpool di laga melawan Barcelona. Foto: Reuters/Carl Recine
Gol-gol penting kerap lahir dari pemain berpostur 185 sentimeter itu. Ambil contoh lesakannya yang memenangkan Liverpool atas Everton di Premier League atau dwigol yang mewarnai comeback timnya atas Barcelona di semifinal Liga Champions.
ADVERTISEMENT
"Banyak hal terjadi dalam setahun terakhir dan itu merupakan kenangan indah. Menjuarai Liga Champions adalah impian masa kecil seorang bocah, maka kesuksesan tersebut berdampak besar terhadap karier pemain," ujar Origi.
"Saya menuntaskan musim lalu dan sangat bagus dan merasakan firasat bagus saat berlatih. Semua bakal bergantung ke saya untuk membuktikan diri di lapangan," tuturnya.
Menarik untuk menantikan dampak dari keputusan Origi ke depannya, terutama menyoal persaingan di lini depan Timnas Belgia. Apakah dengan lakon super-sub cukup untuk mengantarkan Origi ke Piala Eropa? Atau, jangan-jangan dia tergusur oleh nama lain macam Michy Batshuayi, Dries Mertens, atau Christian Benteke.