Paul Pogba

Paul Pogba dan Marcus Rashford Tuntut Keadilan untuk George Floyd

2 Juni 2020 7:24 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pogba pada laga melawan Leicester. Foto: Carl Recine/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Pogba pada laga melawan Leicester. Foto: Carl Recine/Reuters
ADVERTISEMENT
Paul Pogba dan Marcus Rashford mengutuk ketidakadilan struktural yang menewaskan George Floyd.
ADVERTISEMENT
Floyd, yang merupakan seorang African-American, tewas karena lehernya ditindih lutut seorang polisi Minneapolis bernama Derek Chauvin pada Senin (25/5/2020).
Dalam unggahannya di media sosial, Pogba menyatakan bahwa ia muak dengan perkara-perkara rasial yang menjadi alasan ketidakadilan bagi orang-orang kulit hitam.
"Dalam beberapa hari terakhir saya memikirkan cara untuk mengekspresikan perasaan saya atas apa yang terjadi di Minneapolis. Saya merasakan kemarahan, kepiluan, kebencian, kegeraman, luka, dan kesedihan," tutur Pogba.
Marcus Rashford dalam pertandingan melawan Partizan di Liga Europa 2019/20. Foto: AFP/Oli Scarff
Rashford menyuarakan hal serupa. Ia mengungkapkan kekecewaannya atas ketidakadilan yang masih saja dialami orang-orang kulit hitam.
"Teman-teman, saya tahu kalian belum mendengar apa pun dari saya sejak beberapa hari lalu. Saya berusaha mencerna apa yang terjadi di dunia ini," tulis Rashford.
ADVERTISEMENT
"Ketika saya berharap orang-orang bisa berjalan dan bekerja bersama, serta bersatu, kita semua malah tambah terpecah-belah. Orang-orang terluka dan butuh jawaban."
"Orang-orang kulit hitam berharga. Kultur dan komunitas orang-orang kulit hitam berharga. Kami berharga," tegasnya.
Perayaan gol dari Paul Pogba dan Anthony Martial. Foto: Reuters/Peter Powell
Rashford juga turut bicara tentang sanksi yang bisa saja diterima oleh rekannya di Timnas Inggris, Jadon Sancho.
Penggawa Borussia Dortmund ini merayakan salah satu golnya di laga melawan Paderborn, Senin (1/6/2020), dengan menunjukkan kalimat Justice for George Floyd di kausnya.
Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) dikabarkan akan menyelidiki sejumlah selebrasi yang dilakukan Sancho dan beberapa pemain Bundesliga lainnya.
Merespons rencana itu, Rashford meyakini bahwa seluruh pesepak bola tidak boleh takut untuk menyuarakan apa yang mereka percayai. Sebagai pesepak bola, Sancho dan Rashford seharusnya memiliki suara yang lebih lantang untuk menyerukan apa-apa yang tidak terkatakan minoritas.
ADVERTISEMENT
Jika Pogba dan Rashford marah atas kekerasan tersebut, itu bukan karena mereka ikut-ikutan tanpa memahami konteks. Tubian tindak rasialisme berulang kali menghajar Pogba dan Rashford.
Pogba, contohnya. Ia pernah diganjar ejekan rasial karena gagal mencetak gol penalti bagi Manchester United saat bertanding melawan Wolverhampton Wanderers.
Pun Rashford yang tergabung dengan Timnas Inggris. Entah sudah berapa kali dia mendengar hinaan-hinaan rasial yang ditujukan kepada timnya.
"Duka mendalam untuk George dan seluruh orang kulit hitam setiap hari berhadapan dengan rasialisme, entah itu di sepak bola, pekerjaan, sekolah, di mana pun," tulis Pogba.
Para pemain Inggris merayakan gol ke gawang Bulgaria. Foto: REUTERS/Anton Uzunov
"Rasialisme harus dihentikan, sekali dan untuk selamanya! Bukan besok atau lusa, tetapi sekarang juga!"
"Para pelaku tindak rasial tidak bisa ditoleransi. Saya tidak bisa dan tidak akan menoleransi mereka. Kita semua tidak akan menoleransi. Rasialisme adalah kebodohan, kasih adalah kecerdasan," tegas Pogba.
ADVERTISEMENT
Para penggawa Liverpool mengambil langkah serupa. Diinisiasi oleh Virgil van Dijk dan Georginio Wijnaldum, skuat Liverpool berlutut bersama-sama sebagai tanda protes atas ketidakadilan yang menimpa orang-orang kulit hitam.
Foto yang memperlihatkan aksi itu pertama kali terlihat di akun Instagram pribadi Jordan Henderson. Belakangan para pemain dan klub melakukan hal yang sama di akun masing-masing.
Chelsea tidak ketinggalan. Klub asal London ini mengeluarkan pernyataan resmi yang mendeklarasikan perlawanan mereka terhadap rasialisme.
Rasialisme datang dalam dua sisi kepada Chelsea. Sejumlah pemain mereka, seperti Antonio Ruediger dan Tammy Abraham, pernah menjadi korban rasialisme.
Di sisi lain, Chelsea menghukum suporter mereka dengan larangan datang ke stadion seumur hidup karena kedapatan melontarkan ejekan rasial kepada Son Heung-min ketika Tottenham bertandang ke Stamford Bridge.
ADVERTISEMENT
"Sebagai klub, kami berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi dan kami bergabung dengan mereka yang menuntut keadilan, kesetaraan, dan perubahan fundamental. Cukup, rasialisme tidak boleh ada lagi. Kita kuat karena bersatu," bunyi pernyataan resmi Chelsea.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten