Penjelasan Sains di Balik Kegagalan Cristiano Ronaldo Cetak Gol Tendangan Bebas

6 Juli 2020 18:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cristiano Ronaldo, pemain Juventus. Foto: REUTERS/Massimo Pinca
zoom-in-whitePerbesar
Cristiano Ronaldo, pemain Juventus. Foto: REUTERS/Massimo Pinca
ADVERTISEMENT
Cristiano Ronaldo mungkin kini sedang selametan. Pasalnya, megabintang asal Portugal itu baru saja mengakhiri sebuah tren buruk kala membela Juventus di laga kontra Torino, Sabtu (4/7).
ADVERTISEMENT
Ya, usai 42 kali gagal mencetak gol via tendangan bebas langsung, Ronaldo akhirnya kembali berhasil melakukannya dalam laga pekan ke-30 Serie A itu. Dia sendiri mengaku lega akhirnya bisa melakukannya lagi.
Sebab, butuh waktu sekitar 2,5 tahun baginya untuk bisa menjebol gawang lawan lewat tendangan bebas. Kini, penantian itu telah usai. Lega, serasa pecah bisul.
Namun jika ditilik, mengapa pemain kelahiran Madeira itu bisa gagal sebanyak itu? Padahal, selama membela MU dan Real Madrid, juga Timnas Portugal, tendangan bebas adalah salah satu trademark-nya dalam mencetak gol.
Menurut data yang dipaparkan Eurosport, Cristiano Ronaldo mencetak gol tendangan bebas sebanyak 13 kali kala masih berseragam The Red Devils (2003-2009), 32 kali saat memperkuat Los Blancos (2009-2018), dan 9 kali ketika membela negaranya.
ADVERTISEMENT
Lalu, kok, tiba-tiba maginya itu seolah menghilang? Masih berdasarkan sumber yang sama, ternyata ada pemaparan dari sisi sains di balik itu.
Mari bandingkan Ronaldo dengan spesialis tendangan bebas lainnya, David Beckham dan Michel Platini, misalnya. Dua orang itu menendang dengan memfokuskan diri pada presisi (ketelitian) sudut gawang mereka incar.
Legenda Manchester United, David Beckham. Foto: gettyimages
Jika Ronaldo, dia memfokuskan tendangan bebasnya pada ketidakpastian arah bola (trajectory), sehingga kiper bakal kesulitan untuk mengantisipasinya. Di situ perbedaannya, sehingga tak heran jika kuda-kuda Beckham dan Ronaldo itu tampak berbeda.
Namun, Ronaldo tak puas dengan itu, lalu mengembangkan teknik baru pada 2011. Dia membuat tendangannya agar tak terlalu kencang (70-100 km/jam).
Gaya menendangnya diubah, yang tadinya menggunakan ujung kaki, lalu menjadi dengan bagian dalam kaki. Sampai di sini, tidak ada masalah.
Cristiano Ronaldo pernah jadi penendang bebas andal Real Madrid. Foto: GERARD JULIEN / AFP
Tidak pernah ada masalah dengan teknik menendang Ronaldo, masalahnya justru ada pada fisiknya. Sebelumnya, catat dulu, pada musim 2013/14, Ronaldo lima kali mencetak gol via tendangan bebas.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, tak pernah sampai empat gol per musim. Kenapa? Disinyalir, menurut Eurosport, ada hubungannya dengan cedera otot yang dialaminya kala itu.
Menengok Transfermarkt, ada periode pada musim 2013/14 bagi Ronaldo bermasalah pada ototnya: Sobek serat otot/muscle fiber tear (menepi selama 3-21 April 2014) dan muscular problems (menepi 8-21 Mei 2014).
Cristiano Ronaldo, pemain Juventus. Foto: REUTERS/Massimo Pinca
Masalah otot Ronaldo itu lalu berkombinasi dengan bertambahnya usia sang megabintang. Ya, pria yang kini berusia 35 tahun itu juga manusia biasa, bisa tambah tua, organ-organ tubuhnya pun bisa melemah secara alamiah.
Dengan begini, muncul asumsi, Ronaldo bisa saja kesulitan mengatur posisi berdirinya saat menendang. Kuda-kudanya menjadi tak sempurna dan sulit mengarahkan bola ke titik yang dia incar.
Jadi, kurang lebih, masalah fisik adalah salah satu faktor Ronaldo mengalami kegagalan demi kegagalan dalam usahanya mencetak gol.
ADVERTISEMENT
Apakah ada masalah lain? Bisa jadi, tetapi dalam konteks stori ini, kondisi fisik Ronaldo juga berpengaruh.
---
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.