Piala Dunia 2002: Ketika Ronaldinho Menjadi Aktor Utama

6 Juni 2018 16:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Ronaldinho ke gawang Inggris. (Foto: Antonio Scorza/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Ronaldinho ke gawang Inggris. (Foto: Antonio Scorza/AFP)
ADVERTISEMENT
Ronaldinho punya segudang daya magis yang bisa menghipnotis banyak lawan. Tak terkecuali Inggris di Piala Dunia 2002.
ADVERTISEMENT
Luiz Felipe Scolari hanya pelatih kacangan. Sebelum menangani Brasil di Piala Dunia 2002, kariernya mentok di tim nasional dunia ketiga. Tak heran, sebelum ia memimpin di Piala Dunia 2002, tak sedikit yang menganggap bahwa ia bakal membuat nasib kembali suram.
Pendapat tersebut tak terbukti. Dalam uji tanding menjelang Piala Dunia 2002, Scolari mengembalikan falsafah Jogo Bonito. Ia berhasil memadukan teknik anak asuhannya dengan taktik yang ia punya.
Di balik usahanya mengembalikan Brasil, ia tetap menerima kritik. Keputusannya memanggil Kleberson dan Kaka untuk ikut serta di Piala Dunia 2002 dicaci banyak pihak. Bagi mereka, dua nama tersebut dianggap terlalu muda untuk ikut memajukan negara.
Selain pemanggilan Kleberson dan Kaka, Scolari juga dicela karena terus memainkan Ronaldinho di pos penyerang sayap kiri. Pasalnya, keberadaan pemain Paris Saint-Germain tersebut dianggap merusak jalan karier yang tengah dijalani oleh winger inti, Denilson.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, Scolari tahu bagaimana caranya mengembalikan kepercayaan orang banyak terhadapnya. Empat kemenangan, melesakkan 13 gol, dan hanya kebobolan tiga gol hingga 16 besar membuat ia kembali mendapatkan apresiasi.
Kemenangan atas Belgia membuat Brasil harus bertemu unggulan lain di perempat final: Inggris.
Jika Brasil ditakuti karena tajamnya lini depan, Inggris ditakuti karena kuatnya pertahanan. Klaim tersebut dibuktikan dengan kenyataan bahwa hanya Niclas Alexandersson yang bisa menjebol gawang mereka hingga babak 16 besar.
Di Shizuoka Stadium ECOPA, Shizuoka, Brasil dan Inggris berebut satu tiket ke semifinal. Melihat susunan pemain yang diumumkan satu jam sebelum pertandingan, mereka sama-sama memilih untuk tidak menurunkan tim terbaik.
Benar saja, Brasil benar-benar kesulitan. Kuartet Danny Mills, Sol Campbell, Rio Ferdinand, dan Ashley Cole yang diturunkan oleh pelatih Sven-Goran Eriksson benar-benar membuat trio Ronaldo, Rivaldo, dan Ronaldinho kelimpungan.
ADVERTISEMENT
Ronaldinho usai menjuarai Piala Dunia 2002. (Foto: Patrick Hertzog/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldinho usai menjuarai Piala Dunia 2002. (Foto: Patrick Hertzog/AFP)
Di menit ke-23, Inggris berhasil mencetak gol lebih dulu. Kegagalan Lucio mengantisipasi sepakan Emile Heskey membuat Michael Owen berhadapan satu lawan satu dengan Marcos. Tanpa kesulitan, ia melepaskan sepakan terarah yang berujung gol.
Berhasil mengerahkan segala daya untuk menyamakan kedudukan. Mulai dari menggunakan sepakan jarak jauh Roberto Carlos hingga menggunakan kombinasi Rivaldo dan Ronaldo untuk melepaskan sepakan tanpa gangguan.
Segala daya yang dicoba baru membuahkan hasil di pengujung babak pertama. Dimulai dari visi luar biasa Ronaldinho, Rivaldo tanpa kesulitan melepaskan sepakan lewat kaki kiri ke sisi kanan gawang David Seaman.
Gol tersebut membuat Scolari gembira bukan main. Bukan karena kepiawaian Rivaldo atau lambatnya respons Seaman, tapi soal Ronaldinho. Ia merasa panggung yang ia berikan kepada pemain bernomor punggung 11 tersebut sudah mulai dikuasai.
ADVERTISEMENT
Babak kedua dimulai oleh Brasil dengan euforia atas gol balasan. Alasan tersebut membuat permainan mereka di babak kedua berubah begitu drastis. Berbanding terbalik dengan Brasil, Inggris semakin sering melakukan kesalahan.
Sekitar empat menit setelah memasuki babak kedua, Kleberson mendapatkan bola. Namun, belum sempat melakukan sentuhan kedua, Paul Scholes menghajar kakinya. Ia terkapar dan tak bisa menyanggupi keinginan rekan setimnya untuk langsung berdiri.
Bola lantas diambil oleh Ronaldinho. Tak lama kemudian, ia melemparkan bola ke depan dan memastikannya supaya tak memantul terlalu jauh. Sembari menunggu bola berhenti bergerak dan kerumunan pemain terbentuk, ia mundur untuk melakukan ancang-ancang.
Dalam jarak kurang dari dua meter, Ronaldinho menyepak bola menggunakan kaki kanan bagian dalam. Entah apa yang ada di pikirannya saat itu, tapi keputusannya untuk menendang lewat gaya tersebut, manjur.
ADVERTISEMENT
Bola sepakan Ronaldinho tak bisa diprediksi. Setelah melengkung, bola menukik tajam. Seaman, yang sebelumnya berada di dekat kerumunan pemain, hanya bisa mundur dan memperhatikan bola yang masuk ke gawangnya.
Di detik pertama usai sepakan tersebut berbuah gol, semua terdiam. Begitu pula di detik kedua dan ketiga. Namun, di detik keempat, semua orang yang berlindung di balik nama ‘Brasil’ melompat kegirangan. Tak ada yang menyangkan bahwa sepakan tersebut berbuah gol.
Mural Ronaldinho di Rio de Janeiro. (Foto: Bruno Domingoz/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Mural Ronaldinho di Rio de Janeiro. (Foto: Bruno Domingoz/AFP)
Dalam wawancara kepada The Guardian, Mills berkata bahwa gol tersebut mengubah semuanya, termasuk keberuntungan. “Gol tersebut mengambil semua usaha yang kami lakukan. Apa yang kami lakukan hari itu, seakan tak berguna,” katanya.
Hal serupa juga diucapkan oleh Seaman. Dalam wawancara usai pertandingan, ia berkata bahwa gol tersebut ibarat takhayul. “Saya bertanggung jawab atas terjadinya gol tersebut. Namun, jujur, tendangan Ronaldinho berubah arah saat mendekati gawang.”
ADVERTISEMENT
Keputusan Ronaldinho langsung mencocor bola ke gawang inggris ini mendapatkan pujian. Gol ini seakan menghapus stigma lawas soal ketidakmampuannya menuliskan nama di papan skor.
Namun, di sisi lain, gol ini dimasukkan ke bab kesengajaan. Banyak yang mengatakan bahwa gol ini tak sengaja diciptakan oleh Ronaldinho, meski ia sendiri mengatakan bahwa gol ini memang berawal dari sebuah tendangan langsung ke arah gawang.
Sayang, tak ada apresiasi lebih untuk Ronaldinho usai mencetak gol spektakuler ini. Tekel kerasnya terhadap Mills, tujuh menit setelah menciptakan gol, membuatnya diberi kartu merah dan diingat karena sebuah permainan keras.
Pada akhirnya, kesempatan untuk menjadi tokoh protagonis yang diberikan oleh Scolari memang benar-benar dimaksimalkan oleh Ronaldinho dalam laga itu: menciptakan assist, mencetak gol indah, dan... mendapatkan kartu merah.
ADVERTISEMENT