Piala Dunia 2018: Apakah Jepang Akan Jadi Cahaya Asia?

8 Juni 2018 20:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Jepang sebelum menghadapi Ghana. (Foto: Toru Hanai/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Jepang sebelum menghadapi Ghana. (Foto: Toru Hanai/Reuters)
ADVERTISEMENT
Apakah Jepang bisa menjadi andalan Benua Asia di Piala Dunia 2018? Bisa. Lalu, bagaimana caranya? Hanya Jepang yang tahu.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Jepang menuju Piala Dunia 2018 penuh lika-liku. Alberto Zaccheroni, pelatih yang gagal membawa Nippon lolos dari fase grup, hanya bertahan sebentar. Kekalahan di perempat final Piala Asia 2015 dari Uni Emirat Arab jadi sebabnya.
Sebagai pengganti, Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) melantik Vahid Halilhodzic. Bersama Halilhodzic, penampilan mereka sama sekali tak mengecewakan. Mereka bahkan mampu lolos ke Piala Dunia 2018 dengan mengalahkan dua kesebelasan kuat, Australia dan Irak.
Sayang, setelah itu, penampilan Jepang tak memuaskan. Dalam sembilan pertandingan resmi dan uji tanding, mereka hanya mampu memetik tiga kemenangan. Kritik yang diberikan kepada Halilhodzic juga semakin kencang karena ia tak menyertakan pemain yang berlaga di Eropa dan Amerika.
“Kami merasa aneh saat Honda, Kagawa, dan Okazaki tidak pernah dipanggil. Selain hasil, Jepang juga tak lagi pernah mencapai memenuhi rating televisi dan penonton stadion,” kata ketua JFA, Kozo Tashima. April 2018, JFA menjatuhkan vonis untuk Halilhodzic: pemecatan.
ADVERTISEMENT
Jepang menunjuk Akira Nishino sebagai pengganti Halilhodzic. Di tengan pelatih berusia 63 tahun ini, mereka menaruh sebuah harapan. Di saat pelatih asing tak lagi mampu memenuhi ekspektasi, apakah ini waktu yang tepat untuk memberikan tugas untuk nama lokal?
Banyak respons atas pelantikan Nishino. Banyak yang menganggap bahwa pengalaman kepelatihannya tak akan membuat Jepang maju. Di luar itu, ia juga dianggap jarang memberikan kepercayaan kepada pemain muda untuk bisa berada di lapangan.
Nishino enggan mendengar komentar tersebut. Baginya kemenangan lebih penting dibanding omong kosong-omong kosong tersebut. Apalagi di Piala Dunia 2018, mereka satu grup dengan kesebelasan yang memiliki kualitas tak jauh berbeda, Kolombia, Senegal, dan Polandia.
Keputusan Nishino diwujudkan dalam skuat yang disiapkan untuk Piala Dunia 2018. Dari 23 nama yang didaftarkan untuk Piala Dunia 2018, ia menyertakan 15 pemain yang berlaga di kompetisi Eropa dan Amerika.
ADVERTISEMENT
Ada 15 pemain yang berlaga di kompetisi Eropa dan Amerika yang dipanggil oleh Nishino. Meski tak semuanya berstatus tenar, 15 pemain ini adalah pemain yang benar-benar dibutuhkan oleh Nishino, termasuk untuk menciptakan sejarah di Piala Dunia.
Ideguchi Yosuke merayakan gol ke gawang Australia. (Foto: Reuters/Taro Hanai)
zoom-in-whitePerbesar
Ideguchi Yosuke merayakan gol ke gawang Australia. (Foto: Reuters/Taro Hanai)
Kunci utama Nishino memanggil Honda, Kagawa, dan Okazaki. Pemanggilan mereka diapresiasi oleh banyak pihak. Kedatangan mereka tak hanya membuat Jepang makin kuat, tapi memperbaiki mental pemain yang sempat menurun.
Dari tiga nama tersebut, satu yang diyakini bakal memberikan dampak besar adalah Keisuke Honda. Meski sempat diganggu cedera dan inkonsistensi, pemain Pachuca ini diprediksi bakal kembali menjadi kekuatan Jepang di Piala Dunia kali ini.
Mengapa Honda? Ia masih sama seperti yang dulu. Di usia yang telah memasuki 31 tahun, ia masih menunjukkan teknik bermain seperti beberapa tahun silam. Tendangan jarak jauh dan umpan-umpannya masih begitu akurat.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Honda tak akan menjadi tumpuan. Dalam uji tanding menghadapi Ghana, Jepang terlihat lebih kolektif. Saat menyerang Takashi Usami bahkan lebih diandalkan.
Melihat perjalanan Jepang setahun terakhir, Usami tampaknya bakal menjadi tumpuan. Delapan gol dari 28 pertandingan di 2.Bundesliga membuatnya akan menjadi poros saat mereka menekan lawan.
Keisuke Honda dan Shinji Kagawa berbincang. (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Keisuke Honda dan Shinji Kagawa berbincang. (Foto: AFP)
Ada juga Yoshida. Pengalamannya memperkuat Jepang di turnamen besar—ia telah bermain sejak 2010—sedikit meringankan beban Nishiro. 27 tekel dan 67 kemenangan duel dari 24 pertandingan di Premier League bersama Southampton memberikan sedikit kekuatan bagi lini belakang.
Harapan yang dibebankan kepada tiga pemain ini serupa dengan apa yang diberikan kepada pemain-pemain lain yang bermain di kompetisi Eropa, macam Makoto Hasebe hingga Hiroki Sakai. Pengalaman tersebut membuat mereka diberi ekspektasi lebih ketimbang yang lain.
ADVERTISEMENT
Ekspektasi yang diberikan kepada pemain-pemain tersebut coba dibantu oleh sistem Nishiro. Melihat relevansi gaya permainan Nishiro—yang identik dengan serangan balik cepat—dengan gaya bermain pemain-pemain Jepang, ada secuil optimisme di sana.
Nishiro tak bisa dinilai karena ia baru menjalani satu pertandingan di level internasional. Namun, dari sekian banyak prediksi, banyak yang mengatakan bahwa ia bisa membawa Jepang mengakhiri Piala Dunia 2018 di posisi yang lebih baik ketimbang sebelumnya.
Keberadaan pemain yang berlaga di kompetisi Eropa dan Amerika akan sangat membantu Jepang di Piala Dunia 2018. Melihat kenyataan tersebut, tak usah heran apabila mereka bisa melangkah jauh, termasuk meninggalkan wakil Asia lainnya.