Piala Liga: De Bruyne Tak Paham Mengapa Man City Kalah dari Man United

30 Januari 2020 7:22 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Laga Man. City vs Man. United. Foto: REUTERS/Phil Noble
zoom-in-whitePerbesar
Laga Man. City vs Man. United. Foto: REUTERS/Phil Noble
ADVERTISEMENT
Kalau Manchester City tidak unggul agregat, bukan tidak mungkin mereka gagal melangkah ke final Piala Liga Inggris 2019/20. Toh, Manchester United yang menutup semifinal leg kedua pada Kamis (30/1/2020) dengan kemenangan 1-0. Nemanja Matic mencetak gol tunggal pada menit 35.
ADVERTISEMENT
Salah besar jika mengira City tidak berdaya di sepanjang laga. City berlaga seperti City. Penuh gebrakan, penuh kejutan, penuh tekanan. Dalam 30 menit pertama saja mereka sudah membuat sembilan percobaan, sedangkan United tidak sanggup menciptakan satu tembakan pun.
Mengutip laporan Whoscored, City sanggup membukukan 13 percobaan di sepanjang laga dengan empat di antaranya mengarah gawang. Kevin de Bruyne kesal dengan penampilan timnya sendiri. Menurut penggawa asal Belgia ini, City terlampau banyak buang-buang peluang.
"Saya belum bisa memahami mengapa kami kehilangan laga ini. Bagi saya, United tidak berhasil menciptakan satu peluang pun di pertandingan tadi. Saya pikir, kami terlalu ceroboh dan buang-buang peluang. Kami harus belajar dari pertandingan hari ini," jelas De Bruyne, dikutip dari laman resmi Manchester City.
Kevin de Bruyne di laga Man City vs Man United. Foto: REUTERS/Phil Noble EDITORIAL
Kegagalan City mencetak gol bukan semata-mata karena penyelesaian akhir yang buruk. Lini pertahanan Manchester United yang dikomandoi Harry Maguire tampil spesial di laga ini. Skuat asuhan Ole Gunnar Solskjaer itu membukukan 20 tekel sukses, 12 sapuan, dan 10 intersep di sepanjang pertandingan.
ADVERTISEMENT
Selain Maguire, Fred tampil impresif. Ia membukukan enam tekel sukses dan 22 kemenangan duel. Tak hanya itu. Fred juga sembilan kali merebut kembali penguasaan bola United. Ketiga jumlah itu menjadi yang terbanyak di antara seluruh pemain.
Kualitas Fred memberikan energi tersendiri di lini tengah United. Keberadaannya penting karena pada dasarnya City berusaha mengacaukan permainan United dengan mendominasi lini tengah.
Guardiola menempatkan Joao Cancelo dan Riyad Mahrez di tepi mengapit Rodrigo dan Ilkay Guendogan. Itu belum ditambah dengan De Bruyne dan Bernardo Silva yang bermain lebih floating untuk menjaga dominasi di lini tengah.
Para pemain Man City di laga melawan Man United. Foto: REUTERS/Phil Noble
City berusaha membangun serangan dengan menekan di lini tengah. Namun, Fred memutus serangan City dengan merebut kembali penguasaan bola. Sayangnya, peran Fred terhenti sampai di situ. Ia gagal menciptakan umpan kunci dari lini kedua.
ADVERTISEMENT
Persoalan serupa juga muncul pada Aaron Wan-Bissaka. Atribut defensif Wan-Bissaka menjanjikan. Ia membuat lima tekel sukses dan dua intersep.
Masalahnya, Wan-Bissaka seperti tidak berdaya ketika memegang bola. Tak ada serangan yang dibangunnya, padahal di sini ia berperan sebagai wing-back yang juga harus menjalankan fungsi ofensif.
Terlepas dari kekalahan di laga ini, City tetap berhak ke final berkat kemenangan agregat 3-2. Aston Villa menjadi lawan yang mesti mereka taklukkan pada 1 Maret 2020. Bagi De Bruyne, partai final tersebut adalah kesempatan emas bagi City untuk membayar penampilan buruk mereka di laga ini.
"Kalau kami menang di final tidak akan ada lagi orang yang membicarakan pertandingan ini. Kami akan bertarung habis-habisan untuk memenangi gelar juara. Tentu rasanya bakal benar-benar menyenangkan kalau kami bisa jadi kampiun," jelas De Bruyne.
ADVERTISEMENT