news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Potret 'The New Normal' lewat Bundesliga

18 Mei 2020 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang wanita mengenakan masker bertuliskan "Menunggu Union" dalam pertandingan Union Berlin vs Bayern Muenchen. Foto: AFP/Pool
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita mengenakan masker bertuliskan "Menunggu Union" dalam pertandingan Union Berlin vs Bayern Muenchen. Foto: AFP/Pool
ADVERTISEMENT
Bundesliga Jerman amat bangga dengan diri mereka sendiri. Kata mereka, sepak bola yang mereka suguhkan adalah sepak bola seperti yang semestinya.
ADVERTISEMENT
Kalau boleh jujur, itu tidak berlebihan. Sepak bola yang ada di Bundesliga memang punya banyak keunggulan, mulai dari perkara taktik sampai atmosfer pertandingan. Plus, ia bisa dinikmati dengan harga relatif terjangkau, tak seperti Premier League yang tiketnya membuat dompet menyalak.
Football as it's meant to be. Itulah slogan yang didengungkan Bundesliga untuk mempromosikan diri. Namun, ada yang hilang ketika kompetisi musim 2019/20 resmi dilanjutkan pada Sabtu (16/5/2020).
Pertandingan Eintracht Frankfurt vs Borussia Moenchengladbach digelar di Commerzbank-Arena yang kosong. Foto: AFP/Pool
Suporter, yang selama ini jadi salah satu daya tarik terbesar Bundesliga, untuk sementara harus lenyap dari pandangan. Tribune-tribune stadion yang begitu semarak kali ini harus dikosongkan karena semua orang masih harus menjaga jarak.
Pandemi virus corona menjadi biang keladi. Jerman memang terbilang cukup berhasil menangani wabah sehingga pemerintah pun membolehkan sepak bola kembali digelar. Akan tetapi, ada penyesuaian-penyesuaian yang mau tidak mau harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Kata orang, inilah kenormalan baru; new normal, di mana segalanya harus dijalankan sesuai kaidah kesehatan yang telah disusun untuk menekan penyebaran virus corona.
Meminjam istilah dari artikel editorial Deutsche Welle, sepak bola Bundesliga pun tak lagi menjadi sepak bola seperti yang semestinya, melainkan sepak bola yang mau tidak mau harus diterima. Football as it has to be, kata mereka.
Sepak bola adalah wujud kenormalan itu sendiri. Hanya wabah dan perang yang selama ini bisa membuat sepak bola tiada. Dalam kenormalan baru, sepak bola pun terpaksa bersalin rupa. Ia tetap ada, tetapi tidak sama.
Maka, ketika Erling Haaland mencetak gol perdana di lanjutan Bundesliga ini, dia tak mendapat pelukan. Sesuai protokol medis yang sudah disepakati, sentuhan harus dibuat seminimal mungkin. Pemuda Norwegia itu pun menari sendirian, disaksikan teman-temannya dari jarak yang dinilai aman.
Erling Haaland merayakan gol ke gawang Schalke dengan mematuhi physical distancing. Foto: Reuters/Pool
Biasanya, Revierderby selalu ramai. Tak pernah ada cerita tribune sepi dalam derbi ini. Namun, realitas tak memungkinkan situasi ideal itu terwujud. Tribune Signal Iduna Park, markas Borussia Dortmund, pun nyaris tak terisi.
ADVERTISEMENT
Wilayah tribune memang digunakan, tetapi cuma untuk para pemain cadangan. Mereka pun tidak duduk di bangku penonton, melainkan di kursi bench empuk yang sengaja dipindahkan supaya protokol social distancing (penjarakan sosial) bisa diterapkan.
Penjarakan sosial sendiri bukan cuma soal berapa meter kita berdiri dari kawan kita. Lebih dari itu, penjarakan sosial adalah cara untuk memastikan agar virus tidak melompat ke tubuh orang lain. Itulah mengapa, selain menjaga jarak, pemain-pemain Bundesliga di bangku cadangan tetap harus mengenakan masker.
Pemain-pemain cadangan Schalke menerapkan physical distancing, lengkap dengan masker, di bench Signal Iduna Park. Foto: Reuters/Pool
Tribune kosong tak cuma tampak di stadion milik Dortmund. Kandang Union Berlin yang biasanya penuh sesak itu pun tampak lengang. Bahkan, kita bisa melihat jelas cat yang terkelupas di besi-besi yang biasanya jadi tempat suporter berpegangan.
Pemain-pemain Bayern Muenchen menatap tribune kosong di Stadion An der Alter Foersterai. Foto: Reuters/Hannibal Hanschke
Supaya suasana tidak terlalu depresif, klub-klub Bundesliga pun memutar otak. Koeln, misalnya, berinisiatif untuk menutup kursi-kursi di tribune RheinEnergieStadion dengan jersi klub. Borussia Moenchengladbach, sementara itu, berencana mengisi tribune dengan potongan kardus bergambar wajah para suporter.
Jersi Koeln diletakkan di tribune RheinEnergieStadion untuk menjadi pengganti suporter yang tak diperbolehkan hadir. Foto: Reuters/Pool
Antisipasi penyebaran virus corona juga tampak dalam aktivitas sebelum dan sesudah pertandingan.
ADVERTISEMENT
Dalam sesi wawancara, misalnya, ada jarak sangat jauh antara jurnalis dan subjeknya. Mikrofon pun harus dibungkus plastik dan dilengkapi dengan tongkat panjang. Mirip dengan bagaimana suara latar ditangkap dan direkam dalam sebuah produksi film.
Direktur Olahraga Koeln, Horst Heldt, diwawancarai dari jarak aman sebelum pertandingan. Foto: Reuters/Pool
Tak lupa, segala perlengkapan pertandingan, termasuk bola, harus disterilisasi dengan disinfektan setiap kali selesai digunakan. Inilah kenormalan baru yang berhasil dijalankan oleh Bundesliga akhir pekan kemarin.
Bola Bundesliga disterilisasi usai pertandingan. Foto: Reuters/Pool
Lantas, bagaimana dengan para suporter? Apakah dengan tidak diperbolehkannya mereka masuk ke stadion, peran para fan jadi irelevan? Tidak juga. Sebaliknya, dalam kenormalan baru ini, suporter jadi terasa makin penting.
Di luar Stadion An der Alter Foerestrei, markas Union Berlin, tampak bagaimana seorang suporter tuan rumah masih rela datang meskipun tidak diperkenankan masuk. Dengan mengenakan seragam Union lengkap dari kaus sampai kaus kaki, suporter itu berdiri tegar di luar stadion.
Suporter Union Berlin mendukung tim kesayangannya dari luar stadion. Foto: AFP/Tobias Schwarz
Apa yang dilakukan suporter Union itu sebetulnya tidak bisa dibenarkan karena pemerintah sudah melarang mereka datang ke stadion. Namun, itulah rindu. Itulah cinta. Sebesar itulah arti Union Berlin bagi para pemujanya.
ADVERTISEMENT
Tentunya, tidak semua suporter bersikap demikian. Kebanyakan dari mereka menyaksikan pertandingan dari rumah. Sebagian lagi yang lebih beruntung bisa menikmati laga dari pub yang membatasi jumlah pengunjung sebagai wujud kepatuhan pada aturan penjarakan sosial.
Ditemani segelas bir, para suporter sepak bola itu bisa sedikit merasakan kenormalan lama yang terasa bak sudah berlalu selama bertahun-tahun. Setidaknya, dari sudut pandang ini, sepak bola masih terasa familiar meski samar-samar.
Suporter Union Berlin menyaksikan pertandingan timnya melawan Bayern Muenchen dari bar setempat. Foto: Reuters/Fabrizio Bensch
Bundesliga pekan ke-26 sendiri masih menyisakan satu pertandingan lagi. Selasa (19/5) dini hari WIB, Werder Bremen bakal menjamu Bayer Leverkusen. Pemandangan semi-apokaliptik itu pun dijamin bakal kembali terlihat.
Sepak bola yang semestinya, untuk sementara ini, memang belum bisa disaksikan. Akan tetapi, dengan berbagai penyesuaian, setidaknya Bundesliga mampu menjadi contoh bagi kompetisi-kompetisi lain yang sejauh ini masih ditangguhkan.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, semua akan tergantung situasi di negara masing-masing. Tidak ada jaminan apa yang bisa diterapkan di Bundesliga bisa pula diterapkan di tempat lain. Sebab, tak semua negara memiliki kemampuan dan kemauan seperti Jerman.
-----
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!