Pratinjau: Kelemahan yang Bisa Menjadi Kekuatan Belgia

18 Juni 2018 16:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi gol Timnas Belgia ke gawang Kosta Rika. (Foto: Francois Walschaerts/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi gol Timnas Belgia ke gawang Kosta Rika. (Foto: Francois Walschaerts/Reuters)
ADVERTISEMENT
Ujian berjenjang bakal dihadapi Tim Nasional (Timnas) Belgia di Grup G Piala Dunia 2018. Lawan pertama adalah Panama, yang merupakan tim terlemah di grup ini, dalam laga di Fisht Olympic Stadium, Senin (18/6/2018) malam WIB.
ADVERTISEMENT
Untuk laga melawan Panama, Belgia tentu lebih diunggulkan mengacu tren kedua tim. Tim beralias De Rode Duivels merangkum catatan tidak terkalahkan sejak September 2016. Kurun ini, mereka sempat menahan sang juara Eropa, Portugal, dan mengalahkan Mesir dengan skor 3-0.
Berbanding terbalik dengan Panama. Pasukan Dario Gomez sempat menelan sejumlah hasil minor menjelang turnamen, seperti kekalahan 0-1 dari Norwegia, 0-6 dari Swiss, dan 0-1 dari Denmark.
Indikasi Belgia untuk meraup kemenangan atas Panama kian kuat melihat rekam jejak mereka di babak grup Piala Dunia. Dalam 9 laga terakhir, Eden Hazard dan kolega merangkum 4 kemenangan dan 5 hasil imbang.
Demi memenuhi prediksi akan tripoin perdana di turnamen ini, pelatih Roberto Martinez diyakini menurunkan komposisi terbaik dalam balutan formasi 3-4-2-1. Sudah sejak 2017, skema ini diusung oleh Belgia.
ADVERTISEMENT
Hanya Vincent Kompany yang dipastikan absen untuk laga pembuka. Jadi, komposisi tiga pemain belakang yang melindungi Thibaut Courtois bakal dihuni oleh Toby Alderweireld, Dedryck Boyata, dan Jan Vertonghen.
Adapun, kuartet lini tengah berisikan Yannick Carrasco, Axel Witsel, Kevin De Bruyne, dan Thomas Meunier. Di depannya, ada duet Dries Mertens-Eden Hazard sebagai penopang Romelu Lukaku, sang striker tunggal.
Meski berbuah rangkaian hasil positif, skema tiga bek milik Belgia diyakini masih menyisakan banyak kelemahan di pertahanan. Lubang-lubang tersebut harus segera ditutup Martinez supaya Belgia bisa melangkah maju.
Jadi, laga melawan Panama, selain untuk mengejar kemenangan, bisa dijadikan Martinez untuk mematangkan skemanya. Inilah momen paling pas mengingat dua lawan selanjutnya tergolong lebih tangguh, yakni Tunisia dan Inggris.
ADVERTISEMENT
Ketidakseimbangan Bek Sayap
Terlihat perbedaan karakter dari dua pemain sayap Belgia, Meunier di kanan dan Carrasco di kiri. Meunier lebih natural mengingat kaki kanan sebagai kaki terkuatnya, sementara Carrasco mengambil lakon inverted wing back karena dia bukanlah pemain kidal.
Dengan begitu, intensitas umpan silang bakal banyak datang dari sisi kanan. Itulah yang sering terlihat dalam rangkaian uji coba. Bola silang dari Meunier di kanan untuk Lukaku di kotak penalti.
Dalam build-up serangan dari kanan, Meunier turut terbantu oleh Alderweireld, yang memiliki naluri ball-playing, di posisi bek tengah kanan. Dan, ketika sisi kiri pertahanan lawan sudah terlalu padat untuk ditembus, Meunier kerap melepaskan umpan kepada Mertens sebagai third man alias pemain yang tak terkawal.
ADVERTISEMENT
Beda hal dengan Carrasco di sisi kiri. Alih-alih menyisir sisi lapangan, dia kerap menusuk ke tengah lapangan dan melakukan kombinasi dengan Lukaku atau Hazard.
Situasi tersebut membuat Carrasco kerap terlambat dalam transisi dari menyerang ke bertahan dan tugas Vertonghen lebih berat. Praktis, area di sisi kiri Belgia meruapakan titik paling ideal bagi lawan untuk melancarkan serangan balik
Belgia vs Portugal (Foto: Eric Vidal/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Belgia vs Portugal (Foto: Eric Vidal/Reuters)
Nah, melawan Panama yang bakal menerapkan lima bek sekaligus, daerah operasi Carrasco bisa menjadi kunci. Tusukannya ke tengah dan kombinasinya dengan pemain lain sangat diperlukan untuk membongkar pertahanan rapat.
Lubang di sisi kiri mungkin bisa diabaikan khusus laga ini saja. Sebab, Panama memang tidak memiliki pemain menonjol di lini serang.
ADVERTISEMENT
Dinamika Gelandang Tengah
Apabila lawannya adalah Meksiko yang memiliki serangan balik mematikan, Belgia patut merasa was-was. Sebab, tak ada perebut bola mumpuni di antara dua gelandang tengah mereka: De Bruyne dan Witsel.
De Bruyne dan Witsel memang bergerak sangat dinamis dalam build-up serangan sehingga sering kali menyisakan area kosong di depan tiga bek. Ini tentu menjadi area yang bisa dieksploitasi oleh tim-tim dengan permainan cepat.
Namun, lawannya kini cuma Panama. Membongkar pertahanan rapat kubu seberang, Belgia lebih memerlukan De Bruyne dan Witsel di area lawan.
Kegeniusan De Bruyne melepaskan operan ke Hazard dan Mertens, ketika salah satu di antara keduanya berdiri tidak terkawal, sangat dibutuhkan oleh Belgia. Apabila itu sukses, tinggal bagaimana keputusan Hazard dan Mertens, apakah mau melakukan dribel, kombinasi dengan pemain lain, tembakan langsung, atau servis kepada Lukaku.
ADVERTISEMENT
Momentum Lukaku
Betapa tajam Lukaku melihat performanya di babak kualifikasi. Dia hanya membutuhkan 8 pertandingan untuk mencetak 11 gol. Catatannya cuma kalah dari Robert Lewandowski (16) dan Cristiano Ronaldo (15).
Tak sedikit yang meragukan kemampuan Lukaku untuk melanjutkan produktivitasnya di putaran final. Maklum saja, torehan Lukaku di turmanen sesungguhnya kerap mengecewakan.
Selebrasi Romelu Lukaku mencetak gol untuk Belgia. (Foto: Francois Lenoir/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Romelu Lukaku mencetak gol untuk Belgia. (Foto: Francois Lenoir/Reuters)
Dalam 6 pertandingan fase grup turnamen besar, dia cuma mampu mencetak 2 gol. Bahkan, dalam babak grup Piala Dunia 2014, Lukaku gagal menuliskan namanya di papan skor.
Nah, momentum untuk mengubah catatan minor tersebut bisa didapatkan Lukaku saat melawan Panama. Pertahanan kubu lawan memang tidak terlalu solid. Mereka menderita 8 kemasukan dalam 3 laga teraktual melawan tim Eropa.
ADVERTISEMENT
Namun, kalau Lukaku gagal, Michy Batshuayi sudah mengintai posisinya. Dan, skenario Lukaku tergusur dari tim inti, seperti ketika Divock Origi mengambil alih tempatnya pada Piala Dunia 2014, pun terbuka lebar.