Pratinjau Madrid vs Ajax: Menanti Tipu Daya Ten Hag

5 Maret 2019 14:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Frenkie de Jong berduel dengan Sergio Ramos, disaksikan Matthijs de Ligt. Foto: Reuters/Eva Plevier
zoom-in-whitePerbesar
Frenkie de Jong berduel dengan Sergio Ramos, disaksikan Matthijs de Ligt. Foto: Reuters/Eva Plevier
ADVERTISEMENT
Moral para pemain Real Madrid sedang jatuh-jatuhnya. Dua kekalahan menyesakkan mereka telan secara beruntun, masing-masing di pentas Copa del Rey dan La Liga. Seluruh kekalahan itu berasal dari Barcelona.
ADVERTISEMENT
Untuk ajang yang disebut pertama, Madrid kudu angkat koper lebih dini sekaligus memperpanjang kegagalan mereka dalam lima edisi terakhir. Sementara untuk La Liga, kekalahan itu membuat kans Madrid untuk meraih trofi makin tipis.
Dengan lebarnya margin Madrid dengan Barcelona sang pemuncak klasemen La Liga, 12 angka, praktis cuma Liga Champions yang jadi pegangan paling realistis saat ini. Namun, realistis bukan berarti mudah. Rabu (6/3/2019) dini hari WIB, El Real akan menjamu Ajax Amsterdam pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions.
Secara matamatis, Madrid lebih diunggulkan. Selain memiliki tabungan kemenangan 2-1 di leg pertama, tuah Santiago Bernabeu terbukti berulang kali melemahkan Ajax. Tiga lawatan terakhir selalu berakhir dengan kekalahan untuk raksasa Belanda itu. Lebih dari itu, peraih gelar Eredivise terbanyak tersebut cuma mampu mencetak sebiji gol dan 9 kali kemasukan.
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, Ajax dalam keadaan yang lebih sehat ketimbang Madrid. Setelah dipecundangi Casemiro dan kawan-kawan tengah bulan lalu, Ajax berhasil melibas tiga pertandingan beruntun--termasuk melumat Feyenoord Rotterdam 3-0 di semfinal Piala Belanda. Jauh lebih baik ketimbang Madrid yaang menelan 3 kekalahan dalam 4 pertandingan di lintas ajang.
Lagipula, Ajax berhasil merepotkan Madrid di pertemuan pertama lalu. Mereka sukses mengimbangi tim tamu dari persentase penguasan bola. Lebih-lebih urusan tembakan, Ajax berhasil melepaskan 19 upaya, lebih banyak dari Madrid yang cuma mengukir 13.
Selebrasi gol pemain-pemain Ajax di laga melawan AEK. Foto: Reuters/Costas Baltas
Oh, ya, de Godenzonen tercatat sukses melepaskan 7 tembakan tepat sasaran ke arah Thibaut Courtois. Sebagai perbandingan, jumlah tersebut dua kali lipat lebih banyak ketimbang kuantitas tembakan Barcelona di El Clasico akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Hal itu tak terlepas dari keputusaan Erik ten Hag untuk mengabaikan penyerang murni dalam komposisi skuatnya. Alih-alih memasang Kasper Dolberg atau Klass-Jan Huntelaar sebagai penyerang utama, mantan anak buah Pep Guardiola itu menurunkan Dusan Tadic di garda terdepan.
Akan tetapi, pada praktiknya mantan penggawa Southampton itu lebih kerap bergerak ke sisi kiri ketimbang ngepos di area sentral. Buktinya, ia juga menjadi pemain yang paling sering melepaskan umpan kunci sebanyak 5 kali.
Tadic dibantu David Neres dan juga Nicolas Tagliafico di tepi sayap. Itulah mengapa jalur serangan Ajax cenderung intens mengalir dari sisi kiri. Ya, gol semata wayang mereka juga berasal dari sektor tersebut.
Sementara Hakim Ziyech diberikan peran free-role. Alasannya, karena ia menunaikan tugas sebagai pelontar tembakan. Gol yang dibuat Ziyech pada menit 75 itu juga diawali dari pergerekannya untuk masuk ke kotak penalti Madrid dan menyambut umpan mendatar Neres.
ADVERTISEMENT
Menilik manjurnya ramuan false-nine di leg pertama, besar kemungkinan Ten Hag bakal mengadopsi pakem yang sama nanti dengan tipu daya pemain nomor 9. Terlebih, fluiditas lini depan yang terfokus ke sisi sayap bakal lebih efektif untuk mengancam barisan pertahanan Madrid. Mengingat aktifnya sepasang full-back mereka dalam membantu serangan.
Bila Tadic, Neres, Tagliafico, dan Ziyech yang jadi kreator di sisi tepi, maka Frenkie de Jong, Lasse Schoene, serta Donny van de Beek ditugaskan untuk mencari celah dari lini tengah. Dua nama yang disebut belakangan berhasil mencatatkan 8 umpan kunci bila dikalkulasi.
Aksi Hakim Ziyech ketika memperkuat Ajax Amsterdam. Foto: REUTERS/Wolfgang Rattay
Menilik besaran ancaman yang mungkin dituai Ajax, tak ada alasan bagi Santiago Solari untuk tidak menurunkan skuat terbaiknya. Trio Casemiro, Luka Modric, dan Toni Kroos bakal mengisi lini gelandang. Ketiganya merupakan kombinasi ideal untuk menyeimbangkan sektor tengah, baik itu untuk urusan bertahan dan menyerang.
ADVERTISEMENT
Namun, Solari mengalami sedikit gajalan. Sergio Ramos mesti diparkir lantaran suspensi. Nacho Fernandez menjadi alernatif nomor wahid untuk menggantikan posisinya sebagai bek sentral, bertandem dengan Raphael Varane.
Di posisi full-back, besar kemungkinan Solari bakal memilih Sergio Reguilon ketimbang Marcelo. Agresivitas sisi sayap Ajax yang jadi dasarnya. Pemain berusia 22 tahun itu relatif lebih baik untuk melakukan aksi bertahan daripada Marcelo.
Menurut WhoScored, keduanya sama-sama mengukir 1 tekel per laga di Liga Champions. Namun, Reguilon unggul jauh soal intensitas intersep, 2,7 berbanding 0,5. Itulah mengapa menepikan Marcelo menjadi langkah yang bijak bagi Solari. Toh, perkara agresivitas, Madrid bisa bersandar kepada Carvajal yang sukses menyumbang assist di Johan Cruyff Arena lalu.
ADVERTISEMENT
Aspek yang paling layak dikhawatirkan oleh Madrid adalah produktivitas mereka sendiri. Cuma 2 gol yang mampu mereka buat dalam 3 pertandingan terakhir. Parahnya lagi, semuanya berawal dari titik putih. Well, cukup merepresentasikan betapa buruknya ketajaman mereka.
Jika boleh mengesampingkan Karim Benzema maupun Gareth Bale, mungkin ini saatnya untuk berharap lebih kepada Vinicius Junior. Oke, pemuda yang diboyong dari Flamengo itu memang belum mengukir satupun gol di Liga Champions. Akan tetapi, ia berhasil menjadi penawar bagi minimnya penterasi sisi tepi Madrid sepeninggal Cristiano Ronaldo.
Di pertemuan pertama lalu misalnya, Vinicius menjadi ancaman Ajax dari sektor kanan pertahanan mereka. Gol pembuka yang dihasilkan Benzema juga diawali dari menuvernya di sisi tepi. Selain itu, Vinicius juga tampil impresif dalam El Clasico akhir pekan lalu karena menjadi pemain teraktif dalam memproduksi umpan kunci sebanyak 3.
ADVERTISEMENT
Vinicius Junior merayakan gol bersama Alvaro Odriozola. Foto: Reuters/Susana Vera
Pada dasarnya yang dibutuhkan Los Blancos untuk menyiasati minimnya produktivitas mereka adalah dengan memperkaya alternatif jalur serangan. Dengan begitu, mereka tak perlu memaksa trio gelandang Casemiro, Kroos, serta Modric untuk aktif bergerak ke depan dan bisa lebih fokus untuk menjaga stabilitas lini tengah Madrid.