Pratinjau PSG vs Liverpool: Menangkal Gegenpressing Klopp

28 November 2018 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi usai pertandingan PSG vs Lyon. (Foto: AFP/FRANCK FIFE)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi usai pertandingan PSG vs Lyon. (Foto: AFP/FRANCK FIFE)
ADVERTISEMENT
"Takut? Tidak, saya tidak takut apa pun, tapi saya pasti merasakan tekanan di setiap laga (termasuk laga dini hari nanti)," demikian pernyataan Thomas Tuchel jelang duel penting Paris Saint-Germain (PSG) versus Liverpool di pentas Liga Champions Grup C, Kamis (29/11/2018) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
Kini PSG baru mengumpulkan lima angka, terpaut satu angka dari Napoli dan Liverpool di atasnya. Mengingat Napoli hanya akan bersua Crvena Zvezda di mathcday yang sama, artinya kemenangan jadi harga mati Les Parisiens agar lolos ke babak 16 besar.
Lantas, apakah Tuchel memang layak untuk yakin timnya akan meraup poin penuh di Parc des Princes?
Tuchel pimpin latihan PSG. (Foto: Thananuwat Srirasant/Getty Images )
zoom-in-whitePerbesar
Tuchel pimpin latihan PSG. (Foto: Thananuwat Srirasant/Getty Images )
Kabar gembira bagi para penggemar PSG, Neymar serta Kylian Mbappe sudah 100% fit dan sudah siap untuk mentas. Keduanya sempat mengalami cedera di jeda internasional tengah pekan lalu dan absen saat timnya menundukkan Toulouse di Ligue 1 pekan 14.
Ya, cuma kemenangan 1-0 yang mereka raih dari klub papan bawah itu. Apa lagi alasannya jika bukan karena absennya Neymar dan Mbappe yang kemudian memengaruhi produktivitas timnya? Padahal, rata-rata 3,4 gol dicetak PSG hingga Ligue 1 pekan 13. Sampai di sini cukup menggambarkan betapa pentingnya peran keduanya bagi Tuchel.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, kehadiran Neymar dan Mbappe tak lantas menggaransi kemenangan PSG atas Liverpool. Lihat saja bagaimana The Reds sukses menumpulkan agresivitas mereka di pertemuan pertama pada September lalu. Benar adanya bila kombinasi Neymar dan Mbappe berbuah satu gol ke gawang Liverpool. Namun, itu saja, tak lebih.
Hanya sekali keduanya melepaskan tembakan tepat sasaran. Masing-masing dari mereka juga kehilangan penguasaan bola sebanyak lima kali. Belum lagi dengan rendahnya persentase dribel sukses Neymar yang cuma 20% dan Mbappe sebesar 33%.
Redupnya pendar mereka kemudian merembet kepada Edinson Cavani sebagai penyerang tengah. Alih-alih rutin mengancam gawang Alisson Becker, distribusi bola kepadanya justru minim.
Liverpool menang besar di kandang Watford. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Liverpool menang besar di kandang Watford. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Adalah gegenpressing Liverpool yang membuat semuanya menjadi kacau bagi PSG. Selain build-up serangan yang tersendat, mereka juga tak bisa lama-lama menahan bola.
ADVERTISEMENT
Langkah Tuchel untuk menempatkan Marquinhos sebagai gelandang --bersama Adrien Rabiot dan Angel Di Maria juga tak berjalan mulus. Pasalnya, tekanan yang dilancarkan Liverpool membuat trio lini tengah PSG itu bermain terlalu dalam sehingga kesulitan untuk membangun serangan.
Secara garis besar, sistem pressing itulah yang melumpuhkan PSG, lantaran minimnya sokongan dari area sental. Itulah mengapa juara Ligue 1 tujuh kali itu amat bertumpu pada peran Marco Verratti nantinya, gelandang kreatif terbaik yang mereka punya.
Kini mantan penggawa Pescara itu sudah bisa kembali merumput dan akan berperan penting dalam mendistribusikan bola ke lini depan. Dengan begitu PSG tak hanya cuma mengandalkan sepasang full-back mereka untuk membangun serangan nantinya.
ADVERTISEMENT
****
Besar kemungkinan Liverpool akan menurunkan komposisi dan sistem yang sama seperti perjumpaan pertama. Juergen Klopp akan tampil menekan sejak peluit awal dibunyikan demi mencetak gol cepat. Semakin tinggi intensitas pressing, semakin besar pula kans para penggawa PSG untuk membuat kesalahan yang bakal dikonversi menjadi serangan balik.
Saat pertemuan di Anfield dua bulan lalu, Liverpool berhasil mengukir tiga shoot on target dalam 10 menit pertama. Gol pun seakan berkelindan setelahnya, seiiring pressing yang mereka canangkan.
Gol pembuka Daniel Sturridge diawali dari kesalahan Thiago Silva, sementara lesakan dari titik putih James Milner juga diakibatkan oleh kecerobohan Juan Bernat yang melanggar Georginio Wijnaldum di kotak penalti.
Cairnya lini depan juga menjadi senjata Klopp untuk melumpuhkan pertahanan PSG nanti. Mohamed Salah yang dalam dua laga diplot sebagai penyerang tengah akan mengisi pos sayap kanan. Lagipula, sektor kiri PSG cenderung rawan dalam mengantisipasi serangan lawan. Tengok saja dua gol Napoli yang bersarang ke gawang Alphonse Areola di matchday ketiga lalu yang semunya berawal dari sektor hunian Bernat tersebut.
ADVERTISEMENT
Para pemain Liverpool merayakan gol Mohamed Salah ke gawang Huddersfield Town di pekan kesembilan Premier League 2018/19. (Foto: REUTERS/Hannah McKay)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Liverpool merayakan gol Mohamed Salah ke gawang Huddersfield Town di pekan kesembilan Premier League 2018/19. (Foto: REUTERS/Hannah McKay)
Well, tak menutup kemungkinan Tuchel akan mengantisipasinya dengan mengaplikasi pakem tiga bek, menurunkan Silva, Marquinhos, dan Presnel Kimpembe sekaligus. Trik yang terbukti merepotkan Napoli di matchday keempat.
Itulah mengapa fluiditas serangan menjadi vital bagi Liverpool nantinya. Adalah Roberto Firmino yang berpotensi muncul sebagai pembeda saat Salah dimatikan. Pemain yang digaet dari Hoffenheim itu akan mengisi slot penyerang tengah --meski dirinya tetap diutus untuk bergerak vertikal demi mengover Salah dan Sadio Mane saat masuk ke area tengah lawan.
Wijnaldum juga bisa menjadi opsi lain dari lini kedua. Mengingat di antara dua gelandang lainnya, Milner dan Jordan Henderson, pemain kelahiran Rotterdam itu diberikan akses untuk menyentuh kotak penalti lawan. Sementara Xherdan Shaqiri nantinya akan difungsikan saat trisula lini depan Klopp mengalami kebuntuan.
ADVERTISEMENT
Liverpool bukannya bersih dari masalah. Kebugaran adalah faktor yang mungkin bakal memengaruhi performa mereka nanti. Kecuali Milner, Klopp menurunkan skuat terbaiknya saat melibas Watford di ajang Premier League akhir pekan lalu. Ya, kondisi yang berpotensi memengaruhi durasi dan efektivitas gegenpressing itu sendiri.