Pratinjau: Umpan Tarik UEA Bisa Mematikan Timnas U-19

24 Oktober 2018 13:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi pemain Timnas U-19 pasca kebobolan. (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi pemain Timnas U-19 pasca kebobolan. (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
ADVERTISEMENT
Posisi Timnas U-19 Indonesia di klasemen Grup A Piala Asia U-19 terhimpit. Asa 'Garuda Nusantara' untuk berangkat ke Piala Dunia U-20 2019 tak cuma ditentukan kaki mereka sendiri, tetapi juga nestapa tim lain.
ADVERTISEMENT
Timnas U-19 akan menjalani partai pamungkas fase grup dengan melawan Uni Emirat Arab (UEA) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu (24/10/2018) pukul 19:00 WIB. Kemenangan menjadi wajib bagi Egy Maulana Vikri dan kolega. Pascakeok dari Qatar pada Minggu (21/10) lalu, kans Timnas U-19 melaju ke perempat final terpangkas.
Jika kalah dari UEA, Timnas U-19 tersingkar. Bila imbang, nasib Timnas U-19 ditentukan oleh hasil laga Taiwan vs Qatar. Persoalannya, UAE adalah tim kuat. Itu terlihat dari dua kemenangan dan surplus 8 gol. Belum lagi status mereka sebagai pemimpin klasemen Grup A berbekal 6 poin.
Mengacu aspek historis, UEA lebih baik ketimbang Timnas U-19. UEA tercatat sudah berpartisipasi dalam 13 edisi. Trofi Piala Asia U-19 musim 2008 terpajang di lemari piala UEA. Sementara, pada 1985 dan 1996, UEA mengakhiri turnamen di tempat ketiga.
ADVERTISEMENT
UEA semakin di atas angin mengingat pada Piala Asia 2014 di Myanmar, Timnas U-19 asuhan Indra Sjafri kalah dengan skor 1-4. Kendati begitu, peluang Timnas U-19 untuk mendapatkan hasil positif masih menyala. Performa impresif pada laga pertama plus motivasi berlipat skuat menghadirkan keyakinan buat Timnas U-19.
Waspada Umpan Tarik UEA
UEA bermain trengginas kala lawan Taiwan. Delapan gol berhasil dilesakkan skuat asuhan Ludovic Batelli itu sepanjang 90 menit. Jika ditilik lebih detail, separuh gol UEA berawal dari penetrasi kedua sayap yang diakhiri dengan umpan tarik.
Kala melawan Taiwan, Batelli memakai pola 4-3-3. Namun, formasi tersebut bertranformasi. Dalam mode bertahan, skema UEA menjadi 4-5-1. Dua sayap di depan akan menyejajarkan diri dengan tiga gelandang demi menutup ruang yang bisa dimanfaatkan winger maupun full-back lawan untuk membangun serangan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, kala menyerang, pola menjadi 4-2-4. Satu gelandang akan berdiri sejajar dengan striker dan masuk ke dalam kotak. Dua pemain tengah lainnya bertugas mengover area tengah manakala lawan melancarkan serangan balik.
Dengan menggunakan empat pemain untuk mencetak gol, UEA dapat merangsek ke dalam kotak dan membuka pertahanan seteru sebelum mengakhiri serangan. Sekiranya, beginilah skema serangan UEA. Striker dan satu gelandang akan berada di kotak saat pemain sayap melakukan penetrasi.
Jika serangan dibangun dari sisi kanan, sayap kiri akan masuk ke dalam kotak dan membuat segitiga dengan striker. Bila serangan berawal di sisi kiri, maka sayap sebrang akan melakukan hal yang sama.
Ketika pemain yang memegang bola berhasil mengelabui bek sayap lawan, tiga pemain yang berada di kotak akan membuat jarak. Itu dilakukan guna meregangkan barisan bertahan lawan. Efeknya, pemain UEA yang berdiri di kotak bakal mempunyai ruang tembak.
ADVERTISEMENT
Untuk mematikan skema tersebut, Timnas U-19 mesti mematahkan bola-bola silang datar UEA. Salah satu caranya yakni memangkas jarak dan memperbaiki koordinasi antarpemain, terutama dua bek tengah yang nanti diturunkan, di dalam kotak.
Jangkar Timnas U-19, M. Lutfhi dan Syahrian Abimanyu, kudu ikut andil menutup lubang di pertahanan sendiri dan membatasi ruang gerak striker UEA. Dengan begitu, Timnas U-19 bukan tak mungkin bisa meredam gelombang acaman UEA yang selalu berpangkal dari kedua sayap.
Todd Rivaldo Ferre (22) bermain gemilang ketika Timnas U-19 kalah dari Qatar U-19 dengan skor 5-6 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (21/10). (Foto: Dok. AFC)
zoom-in-whitePerbesar
Todd Rivaldo Ferre (22) bermain gemilang ketika Timnas U-19 kalah dari Qatar U-19 dengan skor 5-6 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (21/10). (Foto: Dok. AFC)
Timnas U-19 Mematikan via Bola Mati
Barisan bertahan UEA begitu tangguh. Rasio 1 kebobolan per laga yang mereka catatan adalah yang terbaik di grup A. Itu tak lepas dari sejumlah pemain belakang yang punya postur tinggi dan pandai membaca arah bola.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari situ, Indra patut memaksimalkan kelincinan Egy, Todd Rivaldo Ferre, dan Witan Sulaeman, untuk mengacaukan barisan bertahan UEA. Hal itu dilakukan supaya Timnas U-19 mendapatkan sejumlah situasi menguntungkan via bola mati.
Mendorong pemain UEA untuk melakukan pelanggaran di sekitar pertahanan menjadi saran yang logis. Dengan begitu, sederet eksekutor Timnas U-19, sebut saja Saddil Ramdani dan Lutfhi, bisa mencatatkan nama di papan skor seperti melawan Qatar. Ya, tiga dari lima gol Timnas U-19 ke gawang Qatar berpangkal dari skema bola mati.
Semakin banyak bola mati didapatkan Timnas U-19, semakin besar juga kans skuat asuhan Indra itu untuk mencetak gol dan mengakhiri laga sebagai pemenang. Kemenangan 1-0 atas UEA, sudah cukup bagi Timnas U-19 untuk memastikan diri menjejak perempatfinal.
ADVERTISEMENT