Produktivitas Lini Tengah Juventus Jeblok, Capai Angka Terendah dalam 9 Musim

21 Februari 2020 19:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Adrien Rabiot perkuat Juventus di laga vs Udinese. Foto: Reuters/Massimo Pinca
zoom-in-whitePerbesar
Adrien Rabiot perkuat Juventus di laga vs Udinese. Foto: Reuters/Massimo Pinca
ADVERTISEMENT
Ada suatu masa ketika Juventus kesulitan menggaet striker papan atas. Kala itu, di awal dekade 2010-an, Juventus sempat harus bergantung pada penyerang-penyerang kelas dua macam Mirko Vucinic dan Alessandro Matri.
ADVERTISEMENT
Kini, situasi sudah berubah. Sejak berhasil menggaet Carlos Tevez pada 2013, peruntungan Juventus dalam berburu striker membaik. Bahkan, mereka kini memiliki Cristiano Ronaldo, Paulo Dybala, dan Gonzalo Higuain sekaligus.
Meski begitu, ada sisi positif dari kesulitan Juventus dalam merekrut penyerang papan atas di awal dekade lalu. Dengan begitu, para gelandang mereka jadi harus lebih aktif dalam membobol gawang lawan.
Ketika itu, lini tengah Juventus memang jauh lebih baik ketimbang lini depan. Mereka memiliki pemain-pemain macam Arturo Vidal, Andrea Pirlo, Claudio Marchisio, sampai Paul Pogba.
Marchisio (kanan) bersama Arturo Vidal. Foto: Reuters
Pemain-pemain itu pun sukses mengangkat Juventus. Pada 2011/12 yang merupakan titik mula kebangkitan 'Si Nyonya Tua', para gelandang bisa berkontribusi atas terciptanya 41% gol keseluruhan tim di Serie A.
ADVERTISEMENT
Marchisio jadi pemain tengah paling produktif saat itu dengan torehan 10 gol. Catatan Marchisio itu sama dengan milik Matri dan Vucinic. Sementara, di bawah Marchisio ada Vidal yang mengemas 7 gol.
Apa yang terjadi di musim itu seperti menjadi template bagi Juventus di musim-musim sesudahnya. Bahkan ketika sudah berhasil mendatangkan penyerang papan atas pun, gelandang-gelandang mereka tetap produktif.
Pada 2013/14, misalnya. Di musim perdana Tevez itu, para pemain tengah Juventus mampu menghasilkan 29 gol, atau 36% dari total gol yang diciptakan. Kala itu Vidal sukses jadi pencetak gol terbanyak dengan koleksi 11.
Perlahan, jumlah gol para gelandang Juventus itu memang terus menurun, terutama setelah Massimiliano Allegri masuk sebagai pelatih pada 2014. Akan tetapi, data dari La Gazzetta dello Sport menunjukkan bahwa para gelandang Juventus selalu bisa bikin gol dua digit setiap musimnya.
ADVERTISEMENT
Setelah mencetak 28 gol di 2011/12 tadi, berikutnya secara berturut-turut para gelandang bisa menciptakan 29, 28, 18, 13, 17, dan 13 gol. Namun, rentetan itu kemungkinan besar bakal berakhir pada musim ini.
Sampai pekan ke-24, para pemain tengah Juventus baru bisa mencetak 4 gol. Keempat gol itu pun hanya datang dari dua pemain berbeda, yaitu Miralem Pjanic (3) dan Aaron Ramsey.
Juventus sendiri musim ini terlalu bergantung pada Ronaldo untuk urusan mencetak gol. Di Serie A, pemain Portugal itu sudah mencetak 20 gol atau 43% dari total keseluruhan gol Bianconeri.
Bahkan, saking dominannya Ronaldo, Dybala dan Higuain pun cuma kebagian masing-masing 6 dan 5 gol. Lalu, ada apa di balik anjloknya produktivitas pemain tengah Juventus di bawah asuhan Maurizio Sarri ini?
ADVERTISEMENT
Sistem adalah jawabannya. Sampai sekarang, Sarri belum bisa mengubah Juventus untuk bermain sesuai keinginannya. Koordinasi antarpemain masih lemah, pergerakan tanpa bola masih jauh dari kata sempurna.
Pemain Napoli, Fabian Ruiz,, mencoba menghalau tendangan penyerang Juventus, Cristiano Ronaldo. Foto: REUTERS/Alberto Lingria
Di situasi seperti ini, kualitas individual berbicara. Ronaldo, sebagai pemain terbaik di Juventus, mengambil alih tanggung jawab itu dan akhirnya jadi penentu kemenangan di banyak pertandingan.
Selain kehebatan individual Ronaldo, hal lain yang kerapkali menyelamatkan Juventus adalah eksekusi bola mati. Total, ada 16 gol yang berhasil diciptakan Juventus dari situasi demikian, termasuk penalti.
Dari set piece itu kemudian mencuatlah nama-nama bek sebagai pencetak gol. Matthijs de Ligt, Leonardo Bonucci, Merih Demiral, bahkan Giorgio Chiellini sudah mencatatkan namanya di papan skor.
Sejauh ini, dua solusi itu masih bisa mengangkat prestasi Juventus. Akan tetapi, untuk jangka panjang, keadaan ini tak bisa terus dibiarkan berlarut-larut. Lini tengah memang harus jadi target perombakan Juventus.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, tidak cuma kurang produktif, para gelandang Juventus juga tidak terlalu kreatif. Dari 46 gol yang dicetak Juventus di Serie A, hanya 11 yang lahir dari daya kreasi para gelandang.
Juventus 2019/20. Foto: AFP/Marco Bertorello
Rodrigo Bentancur jadi yang terdepan untuk urusan itu. Pemain Uruguay tersebut telah mencatatkan 6 assist dari 17 laga. Namun, pemain lain macam Pjanic (2) masih belum optimal.
Musim memang belum berakhir dan masih ada kans bagi para pemain tengah Juventus untuk memperbaiki penampilan. Sarri sendiri kabarnya telah mempersiapkan formula baru untuk memperbaiki penampilan tim secara keseluruhan.
Masih menurut Gazzetta, Sarri menyiapkan Dybala sebagai titik fokal serangan dengan diapit Ronaldo dan Juan Cuadrado. Keberadaan Dybala di area tengah ini berpotensi memantik kreativitas dan pergerakan para pemain tengah Juventus.
ADVERTISEMENT
Namun, semua masih harus dilihat buktinya. Di Serie A, mereka punya 14 laga untuk membuktikan. Selain itu, kesempatan juga ada di Liga Champions dan Coppa Italia.