Real Madrid sebagai Langit Ketujuh untuk Eden Hazard

11 Agustus 2019 10:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain baru Real Madrid, Eden Hazard, beraksi di hadapan para suporter Real Madrid di Stadion Santiago Bernabeu, Spanyol. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Pemain baru Real Madrid, Eden Hazard, beraksi di hadapan para suporter Real Madrid di Stadion Santiago Bernabeu, Spanyol. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Kalimat 'The Old France is Magic' yang ditulis orang-orang Prancis adalah penghormatan kepada Zinedine Zidane kala berlaga di final Piala Dunia 2006.
ADVERTISEMENT
Yang dilawan Zidane di pertandingan itu bukan hanya Timnas Italia. Ia juga turun arena demi melawan wabah rasialisme yang lama kelamaan makin ganas.
Perjuangan itu berujung ironis baginya. Zidane tak mengangkat trofi Piala Dunia di akhir laga. Ia malah harus meninggalkan gelanggang lebih cepat akibat kartu merah.
Piala Dunia Zidane. Foto: ROBERTO SCHMIDT / AFP
Tandukan kepada Marco Materazzi dan kartu merah itu adalah kisah muram yang sengaja dibiarkan hidup. Bukan untuk mengorek luka lama, tapi sebagai pengingat bahwa di atas lapangan bola sana, ada orang-orang yang memberontak pada ketidakberdayaan.
Zidane seperti itulah yang sekarang melatih Eden Hazard. Di Real Madrid, Zidane dan Hazard bersinergi. Yang satu merancang taktik, yang satu mengimplementasikan rancangan taktik.
ADVERTISEMENT
"Salah satu idola saya waktu kanak adalah Zinedine Zidane. Saya memajang posternya di dinding kamar. Sekarang saya memiliki kesempatan untuk dilatih langsung olehnya," ujar Hazard kepada Corriere dello Sport.
Zidane memang pantas dijadikan idola. Sebagai pemain, ia ikut mempersembahkan enam trofi kepada Madrid dalam lima musim. Rasanya sulit melupakan gelar juara Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 yang dibawanya pulang ke Prancis.
Timnas Prancis kala menjuarai Piala Dunia 1998. Foto: GABRIEL BOUYS / AFP
Maginya bertambah gila ketika ia duduk di kursi kepelatihan. Sembilan gelar juara dalam 2,5 musim ia berikan untuk publik Santiago Bernabeu.
Tiga di antaranya bahkan tiga trofi 'Si Kuping Besar' dalam tiga musim beruntun yang masyhur itu. Tak mengherankan jika Hazard berulang kali menyebut dilatih Zidane terasa seperti mimpi.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Hazard adalah penyerang impian Madrid. Enam mahkota yang direngkuhnya untuk Chelsea mungkin tak ada apa-apanya dengan deretan trofi Madrid. Tapi, Hazard tiba dengan nama besar sebagai tulang punggung Chelsea.
Berkaca dari musim 2018/19 saat bermain sambil melawan isu tak sedap saja, Hazard tetap jadi yang terbaik hampir di seluruh aspek. Ia sukses membuat rata-rata 2,7 umpan kunci per laga, 2,3 tembakan per laga, dan 4,1 dribel per laga.
Ia juga membuat 21 gol dan 17 assist dalam 52 laga. Semua atribut menyerang itu merupakan yang tertinggi dibandingkan pemain Chelsea yang lain.
Hazard mencetak gol perdana untuk Madrid. Foto: REUTERS/Leonhard Foeger
Dalam konteks yang lebih luas, Hazard mencetak 55 gol dan 37 assist dalam 147 laga di tiga musim terakhirnya di Chelsea, di bawah asuhan Antonio Conte dan Maurizio Sarri.
ADVERTISEMENT
Sebagus-bagusnya cerita tujuh musim di Chelsea, Hazard sudah angkat kaki. Ia sudah sah buat disebut sebagai kepergian yang mutlak bagi Chelsea.
"Ketika Real mengetuk pintu, satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan adalah membuka pintu. Saya menghabiskan waktu-waktu yang tak terlupakan di Chelsea. Tapi sekarang saya ada di Madrid, di langit ketujuh," jelas Hazard.
Entah apa yang ada di langit ketujuh. Kata orang-orang, di sana ada surga. Kalau begitu Hazard tak perlu khawatir. Surga tak akan runtuh seandainya ia gagal menjadi topskorer atau tak bisa tampil impresif.
Tapi, Hazard mesti hati-hati. Jika itu yang terjadi, bisa-bisa ia yang diusir dari surga.