Ricuh di GBK, Apa Ancaman Sanksi bagi Indonesia?

6 September 2019 17:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesepak bola timnas Indonesia Alberto Goncalves (kiri) berebut bola dengan pesepak bola timnas Malaysia saat pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G Zona Asia di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
zoom-in-whitePerbesar
Pesepak bola timnas Indonesia Alberto Goncalves (kiri) berebut bola dengan pesepak bola timnas Malaysia saat pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G Zona Asia di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
ADVERTISEMENT
Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah kalah dari rival bebuyutan macam Malaysia, Indonesia masih harus menanggung malu akibat kericuhan yang dibikin suporter sendiri.
ADVERTISEMENT
Pertandingan Indonesia vs Malaysia tidak hanya bicara soal bagaimana 'Garuda' diterkam 'Harimau', tetapi juga bagaimana suporter Indonesia melakukan provokasi dan menyerang para pendukung Malaysia.
Selain melakukan pelemparan botol air mineral ke tribune pendukung Malaysia, sejumlah suporter Indonesia juga turun dari tribune dan melakukan provokasi di depan tribune suporter Malaysia. Insiden ini membuat pertandingan terhenti selama beberapa menit pada babak kedua.
Karo Ops Polda Metro Jaya Kombes Pol Albert Teddy Benhard Sianipar mengatakan, satu orang suporter ditangkap karena diduga memprovokasi pendukung lainnya untuk melempar botol.
"Satu orang (diamankan). Tapi, itu saat di tribune, ya," kata Albert.
Kericuhan juga terjadi di luar stadion. Begitu pertandingan selesai, sekelompok suporter terlihat melemparkan batu ke polisi di area pintu 1. kumparanBOLA juga melihat sekelompok suporter bernyanyi menyuarakan kekecewaan mereka pada PSSI di depan pintu tribune utama Stadion Utama Gelora Bung Karno.
ADVERTISEMENT
Insiden tersebut sempat membuat pendukung Malaysia tertahan di dalam stadion. Setelah situasi terkendali, barulah polisi mempersilakan para pendukung Malaysia meninggalkan stadion.
Melihat kericuhan tersebut Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria mengaku kecewa. Terlebih, saat ini Indonesia tengah mengikuti proses bidding menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
"Kami yang mengurusi ini semua pasti lebih nelongso, hampa, dan saya amat menyesalkan hal yang terjadi pada pertandingan (sekelas) Pra-Piala Dunia," ujar Tisha.
Sejumlah suporter melompati pagar pembatas saat pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia pada laga perdana Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Namun, Tisha enggan mencari pelaku atas kejadian tersebut. Tisha berharap semua bisa evaluasi diri dan bisa menerima apa pun hasil dari pertandingan sepak bola.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olah Raga Malaysia Syed Saddiq menyebut akan memprotes Pemerintah Indonesia atas penyerangan pendukung Timnas Malaysia.
ADVERTISEMENT
"Ini menyedihkan, mengingat industri sepak bola harusnya dijadikan media pemersatu," kata Saddiq seperti dikutip dari The Star, Jumat (6/9).
Ia menambahkan, Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) akan melaporkan kericuhan ini ke FIFA.
Merespons ucapan Saddiq, pemerintah Indonesia melayangkan permintaan maaf kepada Malaysia. Permintaan maaf itu disampaikan langsung Menpora Imam Nahrawi saat bertemu dengan Saddiq.
“Kehadiran saya untuk menyampaikan langsung permohonan maaf atas nama masyarakat dan pemerintah Indonesia atas peristiwa tidak mengenakkan atas ulah oknum suporter yang semalam kita lihat bersama,” kata Imam, Jumat (6/9).
Imam berjanji pemerintah Indonesia akan segera mengirimkan surat permohonan maaf kepada pemerintah Malaysia sebelum Timnas Indonesia bertandang ke Malaysia pada November 2019 mendatang.
Saddiq pun menyambut dengan positif. Meski begitu, ia meminta agar para oknum suporter yang membuat kerusuhan ditindak tegas.
ADVERTISEMENT
“Kami ucapkan terima kasih atas pendirian tegas Pak Imam sendiri sudah pastikan bahwa keadilan akan datang. Dia juga telah terhubung dengan pihak polisi untuk memastikan tindakan tegas yang akan diambil,” katanya.
Soal protes ke FIFA, Tisha hanya bisa pasrah. "Sebagai satu organisasi olahraga, prinsip kami adalah fair play. Kita harus bisa menerima kekalahan dan menghargai kemenangan. Kalau kita salah, kita harus akui kesalahan itu, kita harus terima itu," tambah Tisha saat ditemui di Hotel Fairmont, Jumat (6/9).
Seorang suporter diamankan petugas kepolisian saat pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia pada laga perdana Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Sebagai gambaran, pertandingan Indonesia vs Malaysia merupakan laga Kualifikasi Piala Dunia yang berada di pengawasan FIFA. Secara kategori, pertandingan tersebut masuk kategori A. Untuk itu, Tisha menyerahkan semuanya kepada aturan yang berlaku.
ADVERTISEMENT
Tisha menyebut, ada seorang match commissioner yang akan menindaklanjuti insiden yang terjadi di GBK tersebut kepada FIFA.
Pertanyaannya sekarang, sanksi seperti apa yang menanti Indonesia. Jika merujuk Disciplinary Code Edisi 2019 FIFA di Artikel 16 par 2 ada beberapa hal yang layak menjadi perhatian. Di antaranya:
Semua asosiasi dan klub bertanggung jawab atas perilaku tidak pantas supporter. Perilaku tersebut tunduk pada kode kedisiplinan kecuali pihak organisasi bisa membuktikannya tidak adanya perilaku yang tak pantas tersebut. Perilaku yang dimaksud adalah:
a) invasi (memasuki) atau percobaan invasi bidang permainan;
b) melempar benda;
c) menyalakan kembang api atau benda sejenisnya;
d) penggunaan laser pointer atau perangkat elektronik serupa;
e) penggunaan gerakan, kata-kata, objek atau cara lain untuk mentransmisikan pesan yang tidak sesuai untuk acara olahraga, terutama pesan yang bersifat politis, ideologis, religius, atau menyinggung;
ADVERTISEMENT
f) tindakan kerusakan;
g) menyebabkan gangguan ketika lagu kebangsaan dikumandangkan;
h) kurangnya ketertiban atau disiplin lain yang diamati di atau sekitar stadion.
Jika terbukti, langkah pendisiplinan tersebut diatur dalam skema untuk perorangan dan organisasi adalah sebagai berikut:
a) peringatan;
b) teguran;
c) denda
d) pengembalian penghargaan;
e) penarikan title;
Sementara itu, ancaman sanksi atas pelanggaran untuk legal person (organisasi/asosiasi) bisa berupa:
a) larangan transfer;
b) memainkan pertandingan tanpa penonton;
c) memainkan pertandingan dengan jumlah penonton terbatas;
d) memainkan pertandingan di wilayah netral;
e) larangan bermain di stadion tertentu;
f) pembatalan hasil pertandingan;
g) pengurangan poin;
h) degradasi ke divisi yang lebih rendah;
i) pengusiran dari suatu kompetisi yang sedang berlangsung atau dari kompetisi yang akan datang;
ADVERTISEMENT
j) dihapuskan;
k) memutar ulang pertandingan;
l) implementasi rencana pencegahan.
Dengan begitu, ada kemungkinan Indonesia mendapatkan sanksi bermain tanpa penonton. Lalu, bagaimana dengan denda? FIFA menyebut sanksi denda tidak boleh kurang dari CHF 100 (sekitar Rp 1,4 juta) atau lebih dari CHF 1.000.000 (sekitar Rp 14 miliar).
Selain itu, sanksi yang dijatuhkan juga bisa berasal dari gabungan berbagai hal. Jadi, ada kemungkinan Indonesia dijatuhkan denda dan larangan bermain tanpa penonton sekaligus.