Sempat Unggul, City Akhirnya Tumbang di Tangan Leicester

27 Desember 2018 0:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Leicester merayakan gol. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Leicester merayakan gol. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Leicester City tampil ciamik. Menjamu Manchester City di Stadion King Power, Rabu (26/12/2018) malam WIB, dalam laga Boxing Day (pekan 19 Premier League musim 2018/19), Leicester sukses menang dengan skor 2-1. Sempat unggul lewat gol Bernardo Silva, City disengat balik lewat gol-gol Marc Albrighton dan Ricardo Pereira,
ADVERTISEMENT
Akibat kekalahan ini, posisi City turun satu tingkat ke posisi tiga, karena di laga lain Tottenham Hotspur sukses meraih kemenangan atas Bournemouth. Di sisi lain, kemenangan ini mengantarkan Leicester naik ke posisi 7 klasemen sementara dengan raihan 28 poin.
***
Pada laga ini, Leicester menurunkan susunan pemain inti yang lazim mereka turunkan. Di lini depan, ada nama Marc Albrighton, Jamie Vardy, dan James Maddison, disokong Hamza Choudhury, Nampalys Mendy, dan Wilfried Ndidi di lini tengah. Lini pertahanan dikomandoi oleh Wes Morgan dan Harry Maguire.
Manchester City juga melakukan hal serupa. Para pemain inti mereka turunkan di laga ini, seperti Sergio Aguero, Leroy Sane, dan Raheem Sterling di lini depan. Bernardo Silva, Kevin De Bruyne, dan Ilkay Guendogan dipasang di lini tengah, dengan sosok Aymeric Laporte dan John Stones sebagai duet di lini pertahanan.
ADVERTISEMENT
Sejak babak pertama dimulai, City yang bermain sebagai tim tamu langsung menekan lini pertahanan Leicester. Seperti yang mereka terapkan dalam pertandingan-pertandingan Premier League sebelumnya, City banyak menguasai bola, sehingga mereka bisa mengatur jalannya permainan sedemikian rupa.
Menghadapi City yang dominan sejak awal, tak ada pilihan lain bagi Leicester selain bertahan dengan baik. Di awal laga ini, mereka lebih banyak menunggu di lini pertahanan sendiri, sembari mencari celah untuk melakukan serangan balik. Seperti ketika melawan Chelsea, mereka berusaha untuk membendung City dengan cara ini.
Namun, City berbeda dengan Chelsea. Pergerakan pemain mereka, terutama di lini depan, jauh lebih cair. Tak jarang, pemain-pemain lini kedua macam De Bruyne dan Bernardo maju ke depan. Buktinya, lewat kerja sama apik dengan Aguero, Bernardo sukses membobol gawang Leicester pada menit 14.
ADVERTISEMENT
Tertinggal 0-1, Leicester masih mengandalkan gaya main yang sama. Mereka menunggu, dan menantikan celah terbuka di lini pertahanan City. Penantian mereka tidak sia-sia, karena pada menit 19 Leicester sukses membobol gawang Ederson Moraes. Albrighton menjadi pelaku dari bobolnya gawang City ini lewat sundulan yang ia lakukan, memanfaatkan umpan matang Vardy. Skor berubah 1-1.
Setelah kedudukan imbang, permainan tetap didominasi City. Masuk menit 25 babak pertama, kedua bek sayap City, terkhusus Fabian Delph, sudah mulai aktif membantu serangan. Tekanan kepada para pemain yang menguasai bola juga masih mereka lakukan dengan intens. Leicester sendiri hanya bisa menerima, dan akhirnya berupaya sebisa mungkin menyerang balik, kebanyakan lewat bola panjang.
Pemain Leicester dan City berduel. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Leicester dan City berduel. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Situasi ini terus berlangsung sampai babak pertama usai. Bersamaan dengan itu, skor 1-1 juga bertahan, karena kedua tim tak kunjung menambah angka.
ADVERTISEMENT
Memasuki babak kedua, City masih memegang kendali permainan. Persentase penguasaan bola mereka yang mencapai angka 68% (berbanding 32% milik Leicester) menunjukkan bahwa aliran bola masih berada di bawah kuasa mereka di babak kedua ini, meski secara tembakan, mereka kalah dengan total 5 berbanding 7.
Meski jarang menguasai bola, total tembakan yang lebih banyak dari City menunjukkan jika Leicester, walau hanya mengandalkan serangan balik, tetap mampu memberikan perlawanan. Ruang kosong di sayap, ditambah dengan jarak antar pemain bertahan yang jauh, menjadi santapan empuk para pemain Leicester dalam melakukan serangan balik, dipadukan kecepatan dari Vardy.
Bukan cuma itu, aliran bola City ke lini depan juga sedikit tersendat karena De Bruyne tampil buruk. Sadar akan hal tersebut, pelatih City, Pep Guardiola, memasukkan David Silva pada menit 70 untuk menggantikan De Bruyne. Hal ini juga jadi respons dari perubahan yang dilakukan Leicester pada menit 64, kala mereka memasukkan Demarai Gray.
ADVERTISEMENT
Selain memasukkan Gray, Leicester juga memasukkan Danny Simpson pada menit 78. Perubahan yang dilakukan oleh kedua pelatih ini membuat permainan lebih hidup. Usai masuknya Silva, aliran bola City jadi lebih lancar. Masuknya Simpson dan Gray juga membuat serangan balik Leicester tetap menggigit seperti halnya babak pertama.
Di sisa waktu 10 menit terakhir babak kedua, Leicester melakukan gebrakan. Menit 81, lewat skema sepak pojok, Ricardo Pereira menerima bola di sisi kanan pertahanan City. Dengan ancang-ancang yang matang, Pereira melepas tembakan keras ke gawang Ederson. Tendangan Pereira ini tak terhalau, membawa Leicester unggul 2-1 atas City.
Tertinggal di menit akhir, City berusaha keras mengejar ketertinggalan. Riyad Mahrez dimasukkan untuk menambah daya dobrak serangan, menggantikan Bernardo yang kehabisan bensin. Memang serangan City jadi lebih kuat, namun itu sia-sia, apalagi Delph mendapat kartu merah pada menit 89. Sampai laga usai, City tak mampu mengejar angka. Skor 2-1 untuk kemenangan Leicester tetap bertahan.
ADVERTISEMENT