Sepak Bola Indonesia yang Masih Terpuruk di Penghujung Pandemi

25 Februari 2021 10:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Persebaya Surabaya Muhammad Hidayat (kanan) berebut bola dengan pemain Persija Jakarta Feby Eka Putra (kiri) dalam lanjutan Liga 1 Indonesia di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Persebaya Surabaya Muhammad Hidayat (kanan) berebut bola dengan pemain Persija Jakarta Feby Eka Putra (kiri) dalam lanjutan Liga 1 Indonesia di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Pandemi yang melanda dunia memberi dampak besar ke seluruh sektor. Tak hanya bagi keberlangsungan dunia kesehatan dan ekonomi, tapi juga olahraga. Sepak bola menjadi salah satu cabor yang mendapat pukulan paling keras.
Menilik setahun ke belakang, tepatnya sejak Maret 2020, liga pertandingan dunia dan lokal pun harus ditunda sampai dengan waktu yang belum pasti demi memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Ya, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) memutuskan untuk menghentikan sementara seluruh jalannya kompetisi sepak bola dengan, termasuk liga 1 dan 2 terhitung dari pada 27 Maret 2020.
Pada 2020, gelaran kompetisi sepak bola tertinggi itu kembali ditunda dari awal September hingga Oktober 2020. Polri memutuskan tidak akan memberikan izin keramaian akibat kasus COVID-19 yang semakin membeludak. Hingga akhirnya melalui keputusan rapat Komite Eksekutif (Exco), PSSI menunda seluruh kompetisi Liga 1, 2, dan 3 di sepanjang 2020.
Penghentian sementara kompetisi hingga waktu yang terus-menerus mengalami perpanjangan ini tentu saja menjadi mimpi buruk. Tak hanya bagi anggota klub sepak bola, tapi juga penggemar setianya.
Berhentinya kompetisi otomatis menurunkan penghasilan klub-klub sepak bola secara drastis yang imbasnya juga terasa ke pelatih dan official beserta stafnya. Mereka juga harus rela melakukan berbagai efisiensi demi menjaga stabilitas tim hingga pertandingan diizinkan kembali.
Melalui SKEP/48/III/2020 yang terbitkan pada 27 Maret 2020, PSSI mengeluarkan kebijakan bahwa tim wajib membayar gaji pemain, pelatih, dan dan staf maksimal 25 persen dari nilai kontrak awal. Ini artinya, mereka bisa saja mendapatkan pemotongan gaji hingga 75 persen.

Angin segar bagi dunia sepak bola yang terpuruk

Pemain Timnas U-23 Indonesia Sani Rizki saat pertandingan final sepak bola putra SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Selasa (10/12). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Di sisi lain, untuk liga-liga Top Eropa, mereka sudah mulai bergerak cepat mengembalikan stabilitas kompetisi sepak bola. Sejak pandemi COVID-19, federasi sepak bola Eropa gencar melakukan berbagai peraturan untuk menyelenggarakan pertandingan yang aman dengan protokol ketat. Salah satunya dengan adanya pertandingan tanpa penonton.
Di Indonesia, angin segar pun mulai terasa bagi keberlangsungan klub sepak bola Tanah Air. PSSI terus merancang jalannya pertandingan di tengah pandemi dengan mengacu pada regulasi prokes dari FIFA, WHO, dan Federasi Sepak Bola Jerman (DFB), serta aktif berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sinyal positif juga datang dari pihak Polri untuk gelaran kompetisi pramusim. Sinyal perizinan pertandingan dari kepolisian semakin terbuka lebar melalui pernyataan dari Kapolri Listyo Sigit Prabowo, usai bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, di Mabes Polri, Kamis (18/2).
"Di dalam rapat kita sepakat untuk berikan kesempatan dengan catatan penegakan aturan terkait prokes itu jadi syarat utama. Tentunya dengan adanya kesepakatan tersebut, kita harus sama-sama menjaga komitmen, baik klub, pemainnya, dan suporter, penegakan aturan prokes jadi prioritas," ujar Listyo.
Menindaklanjuti hal tersebut, PSSI segera bergerak cepat dengan merancang turnamen pramusim 2021. Salah satu pokok perhatian adalah suporter. Nantinya, para pendukung klub-klub peserta kemungkinan akan dilarang menonton pertandingan sehingga diimbau untuk menyaksikannya di layar kaca atau secara daring.
Para pemain aktif juga terus melakukan latihan mandiri demi stamina yang prima saat turnamen kembali diadakan. Harapannya, kompetisi bisa selenggarakan kembali dalam waktu dekat dengan protokol yang aman bagi semua pihak.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Lifebuoy