Seperti Roger Federer, Real Madrid Sudah Bangkit dari Keterpurukan

25 Februari 2020 19:52 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cristiano Ronaldo di pertandingan terakhir bersama Real Madrid. Foto: AFP/Paul Ellis
zoom-in-whitePerbesar
Cristiano Ronaldo di pertandingan terakhir bersama Real Madrid. Foto: AFP/Paul Ellis
ADVERTISEMENT
Kepergian Cristiano Ronaldo ke Juventus membuat Real Madrid sempat goyah. Hal itu diakui oleh Toni Kroos. Akan tetapi, pemain asal Jerman itu menyatakan bahwa timnya saat ini sudah 'bangkit seperti Roger Federer'.
ADVERTISEMENT
Ronaldo menghabiskan sembilan musim bersama Real Madrid dan berhasil mempersembahkan 15 trofi, termasuk empat titel Liga Champions yang tiga di antaranya diraih secara beruntun.
Selama sembilan musim itu, Ronaldo bermain dalam 438 pertandingan dengan sumbangsih 450 gol. Dengan demikian, rata-rata selama satu musim pemain asal Portugal itu bisa mencetak 50 gol.
Kepergian Ronaldo membuat Real Madrid kehilangan semua itu. Terbukti, pada musim 2018/19 mereka sempat kesulitan, terutama ketika masih ditangani Julen Lopetegui dan Santiago Solari pada paruh pertama.
Setelah itu, Zinedine Zidane kembali dan performa El Real kembali menanjak. Peningkatan itu berlanjut sampai ke musim ini, di mana Real Madrid masih berpeluang menjadi juara di La Liga serta Liga Champions.
Zinedine Zidane di laga El Clasico. Foto: Reuters/Sergio Perez
Berbicara kepada The Athletic, Kroos mengakui bahwa mengatasi kepindahan Ronaldo bukanlah perkara gampang. Namun, perlahan Real Madrid mampu bangkit menuju level tertinggi lagi.
ADVERTISEMENT
"Banyak dari kami yang tidak memainkan sepak bola terbaik musim lalu. Setelah tiga gelar Liga Champions beruntun memang pasti ada penurunan dan kami harus menyesuaikan diri tanpa kontribusi 40-50 gol yang biasanya disumbangkan Ronaldo," kata Kroos.
"Tapi, di Real Madrid itu tidak bisa diterima. Ketika kami disingkirkan Ajax, banyak yang beranggapan tim ini sudah tamat. Kami dicoret oleh semua orang, tetapi itu justru jadi motivasi tersendiri untuk membuktikan bahwa mereka sudah salah melakukan itu."
"Apa yang terjadi mengingatkanku pada bagaimana orang melihat Federer. Ketika berusia 34 tahun, semua orang yakin bahwa kariernya sudah habis. Begitu pula waktu berusia 36. Namun, dia terus bermain seakan-akan usianya baru 28 tahun. Kualitas bakal selalu ada. Lagi pula, kami belum setua itu, kok."
ADVERTISEMENT
Menurut Kroos, rahasia kebangkitan Real Madrid ada pada Zidane. Tak cuma karena keberadaannya, tetapi juga bagaimana pria Prancis itu menerapkan taktik yang sesuai dengan karakteristik pemain Real.
Gelandang andalan Real Madrid, Toni Kroos. Foto: AFP/Javier Soriano
"Dia punya karisma yang natural, sama sekali tidak dibuat-buat. Di tim seperti Real Madrid, sangat penting bagi seorang pelatih untuk mendapat dukungan pemain. Mereka harus merasa dihargai," jelas Kroos.
"Di bawah Zidane, filosofi kami turut berubah. Ketika aku datang pada 2014, kami lebih banyak memainkan serangan balik. Sekarang, dia ingin agar kami selalu menguasai bola. Kalau bola hilang, kami harus merebutnya secepat mungkin."
"Aku lebih suka cara bermain seperti itu. Aku lebih memilih lawanlah yang mengejar. Aku pribadi sangat terbantu dengan taktiknya. Kami semua begitu. Dia layak mendapat kredit karena sudah berhasil mengubah gaya bermain dan mengintegrasikan semua pemain dalam gaya tersebut," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Real Madrid saat ini berada di posisi dua klasemen La Liga dengan selisih dua poin dari Barcelona yang ada di puncak. Kedua kesebelasan ini bakal bersua di El Clasico, Senin (2/3/2020) dini hari WIB nanti. Jika menang, Los Blancos akan mengudeta Barcelona.
Namun, sebelum itu, Real Madrid harus menjalani partai leg I 16 besar Liga Champions menghadapi Manchester City terlebih dahulu. Laga ini akan dihelat di Santiago Bernabeu, Kamis (27/8) dini hari WIB.