news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Siapa Paling 'Berdosa' Atas Bobrok Arsenal, Pemain atau Pelatih? Ini Ulasannya

23 Agustus 2021 16:08 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi pemain Arsenal saat kalah melawan Brentford pada pertandingan Premier League di Stadion Brentford Community, London, Inggris. Foto: David Klein/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi pemain Arsenal saat kalah melawan Brentford pada pertandingan Premier League di Stadion Brentford Community, London, Inggris. Foto: David Klein/REUTERS
ADVERTISEMENT
Arsenal terpuruk di awal Liga Inggris 2021/22. Orang-orang lantas bertanya-tanya, di mana letak akar masalah pasukan Mikel Arteta sebenarnya?
ADVERTISEMENT
Arteta awalnya dianggap sebagai pelatih muda yang akan membawa Arsenal ke fase kejayaan baru. Raihan trofi Piala FA dan Community Shield pada 2020 membuat para penggemar naik kepercayaan pada pelatih asal Spanyol itu.
Namun demikian, performa Arsenal pada musim 2020/21 jeblok. Mereka nirgelar, finis kedelapan di Liga Inggris, dan gagal masuk kompetisi Eropa mana pun.
Situasi tak kunjung membaik di musim baru. Pada dua laga pertama Liga Inggris 2021/22, Arsenal kalah 0-2 dari tim promosi Brentford dan Chelsea. Kini, mereka terjerembab di zona degradasi.
Pemain Chelsea Romelu Lukaku berebut bola dengan pemain Arsenal Pablo Mari pada pertandingan lanjutan Liga Inggris di Stadion Emirates, London, Inggris. Foto: David Klein/REUTERS
Jadi, Arsenal ini salahnya di mana? Apakah pelatihnya atau pemainnya?
Jonathan Liew dari The Guardian membuat ulasan terkait Arsenal usai 'Tim Gudang Peluru' itu kalah dari Chelsea pada Minggu (22/8). Ia menyoroti kejanggalan permainan Arsenal, terutama saat gol pertama yang dicetak Romelu Lukaku usai memanfaatkan umpan silang datar Reece James dari sisi kiri pertahanan.
ADVERTISEMENT
"Saat Chelsea mengerahkan serangan pertama mereka, semua pemain [Arsenal] tiba-tiba mulai melakukan hal-hal aneh. Kehadiran Lukaku pada bola seolah menyeret sekitar empat bek ke arahnya. Kieran Tierney entah kenapa memutuskan untuk mengubah dirinya sebagai bek tengah," tulisnya.
"Pablo Mari mencoba untuk mengadang Lukaku dan terlempar begitu saja, seperti pasir di pantai. Saat James melepas umpan silangnya, bisa dibilang tidak ada satu pun pemain Arsenal yang berada di posisi yang tepat," tambahnya.
Saat melawan Chelsea, Arsenal memakai formasi dasar 4-2-3-1. Namun, dalam pemaparan di The Guardian itu, masalahnya bukan di formasi, lebih kepada tidak ada individu yang cukup cakap saat bermain di lapangan.
"Tidak ada formasi yang menyembuhkan penyakit seperti ini. Dan itu bukan hanya gol, Arsenal melakukan ini (keanehan) sepanjang sore [di laga kontra Chelsea]," heran Liew.
ADVERTISEMENT
"Siapa yang seharusnya melindungi Tierney ketika dia maju? Mengapa Nicolas Pepe (winger kanan) mengejar bola sampai ke sayap kiri? Apa sebenarnya posisi Bukayo Saka? Mengapa Granit Xhaka berada 40 yard di depan rekannya di lini tengah, Albert Sambi Lokonga?".
"Dan mengapa manajer penuh waktu Arsenal Football Club (Mikel Arteta) tidak melakukan apa-apa tentang semua ini sampai setelah jam kerja?" tambahnya.
Pemain Chelsea Reece James menendang bola ke arah gawang Arsenal pada pertandingan lanjutan Liga Inggris di Stadion Emirates, London, Inggris. Foto: David Klein/REUTERS
Intinya, ini adalah kesalahan yang berulang. Serangan yang tumpul, pengambilan keputusan yang buruk, cara kebobolan yang memalukan dari Arsenal tak pernah bisa diperbaiki.
"Dan itulah yang mereka lakukan: Mengejar bola, tanpa akal, dan tanpa pandang bulu, tanpa terlebih dahulu memikirkan bentuk atau bagaimana lari mereka dapat memengaruhi rekan yang berada di belakang," ujar Liew.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan, jawaban dari pertanyaan di mana letak akar masalah Arsenal adalah kompleks. Pelatih dan pemain sama-sama harus bertanggung jawab dan berbuat lebih baik.
***