news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Soal Pemain 'Gratisan': Apa yang Bisa Ditawarkan Ramsey dan Rabiot?

2 Juli 2019 13:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aaron Ramsey dan Adrien Rabiot, dua jagoan baru lini tengah Juventus. Foto: AFP/Composite
zoom-in-whitePerbesar
Aaron Ramsey dan Adrien Rabiot, dua jagoan baru lini tengah Juventus. Foto: AFP/Composite
ADVERTISEMENT
Juli sudah tiba dan itu artinya jendela transfer sudah dibuka. Pada hari pertama bursa transfer musim panas 2019 Juventus langsung mengumumkan dua rekrutan anyarnya sekaligus: Luca Pellegrini dan Adrien Rabiot. Dua pemain ini menjadi awal dari deretan nama yang bakal diumumkan dengan seragam hitam-putih.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya bukan cuma Pellegrini dan Rabiot yang kedatangannya ke Juventus telah resmi. Aaron Ramsey pun begitu. Namun, Ramsey sudah diresmikan sejak jauh-jauh hari karena kesepakatan telah tercapai pada pertengahan musim 2018/19. Hanya, baru pada 1 Juli lalu pemain asal Wales itu bisa dengan mantap mengumumkan dirinya telah menjadi pemain baru Juventus.
Di antara tiga nama tersebut, hanya Pellegrini yang didatangkan Juventus dengan biaya transfer. Sementara, Ramsey dan Rabiot didatangkan secara 'gratis'. Mereka menjadi penerus tradisi pemain 'gratisan' yang didatangkan Juventus sejak pindah ke stadion baru pada 2011 silam. Mereka berdua pun diharapkan bakal jadi pembeda di skuat Bianconeri musim depan.
Ketika kita bicara soal transfer 'gratisan', sesungguhnya tidak ada yang gratis dari transfer tersebut. Ya, Juventus memang tidak perlu memberi uang sepeser pun pada Arsenal dan Paris Saint-Germain, klub tempat Ramsey dan Rabiot bermain musim lalu. Namun, 'Si Nyonya Tua' tetap saja harus merogoh kocek untuk mendatangkan mereka dalam wujud signing-on fee dan agent fee.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, terlepas dari itu semua, tentu saja biaya yang harus dikeluarkan Juventus untuk merekrut Ramsey dan Rabiot jauh lebih miring ketimbang harga pasar. Menurut data dari Transfermarkt, jika direkrut dalam kondisi normal, Ramsey dan Rabiot bisa membuat Juventus 'kehilangan' setidaknya 75 juta euro, belum termasuk signing-on fee, agent fee, serta gaji.
Artinya, mau dilihat seperti apa pun, Juventus sudah untung besar dengan merekrut Ramsey dan Rabiot sebagai free agent, setidaknya dari segi finansial. Apalagi, kemampuan Ramsey dan Rabiot sebagai pemain tengah sudah tak perlu diragukan lagi. Sebelum memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak dan 'diasingkan' dari tim, mereka berdua adalah andalan utama di mantan klubnya masing-masing.
Lalu, apa yang bisa diberikan Ramsey dan Rabiot kepada Juventus? Seberapa menguntungkankah transfer 'gratisan' ini di lapangan hijau nanti? Apakah mereka berdua sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan Juventus atau haruskah La Vecchia Signora bergerak lagi di lantai bursa?
ADVERTISEMENT
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita mau tidak mau harus berbicara soal Maurizio Sarri dan Sarriball-nya. Musim depan, pria asal Naples itulah yang akan membesut Juventus dan perubahan radikal bakal terjadi di Allianz Stadium.
Setidaknya dalam dua musim terakhir, Juventus sebenarnya sudah akrab dengan pakem 4-3-3 yang merupakan andalan Sarri. Massimiliano Allegri sudah menjadikan pakem itu andalannya dalam dua musim terakhir dan hasilnya masih bisa dirasakan dengan keberhasilan menyegel dua titel Serie A serta satu Coppa Italia.
Pelatih Napoli, Maurizio Sarri. Foto: Reuters/Alberto Lingria
Namun, dengan menunjuk Sarri, artinya Juventus ingin lebih. Mereka tidak puas hanya dengan gelar domestik. Mereka ingin berjaya di level kontinental dan sepak bola ala Sarri dianggap lebih cocok untuk mencapai target tersebut. Juventus tidak lagi mau bermain reaktif. Mereka bakal berusaha untuk lebih proaktif dalam memainkan Si Kulit Bulat.
ADVERTISEMENT
Dengan sepak bola ala Allegri yang reaktif, Sami Khedira dan Blaise Matuidi sudah cukup untuk menjadi pemain inti. Khedira adalah pemain cerdas serta memiliki determinasi. Sementara, Matuidi adalah seorang pekerja keras yang bisa memburu lawan sampai sudut lapangan mana pun. Mereka berdua, dalam taktik Allegri, sudah pas untuk jadi pendamping Miralem Pjanic di lini tengah.
Namun, tidak dengan sepak bola Sarri. Khedira dan Matuidi tidak memiliki apa yang dibutuhkan Sarri. Khedira tidak memiliki kecepatan, teknik, serta stamina, sementara kapabilitas teknikal Matuidi pun sangat terbatas. Kedua pemain ini pun saat ini diperkirakan bakal dilepas oleh Juventus.
Dalam 4-3-3 Allegri, Khedira bermain di sisi kanan, Matuidi di kiri, dan Pjanic di tengah sebagai regista. Fungsi yang dijalankan Khedira dan Matuidi di situ sangatlah sederhana. Mereka menjadi gelandang box-to-box yang bertugas melindungi Pjanic dan sesekali membantu serangan.
ADVERTISEMENT
Dalam sistem milik Sarri, fungsi dua gelandang itu bakal sangat berbeda. Di Napoli dulu Sarri memiliki Marek Hamsik di sisi kiri untuk menjadi katalis serangan. Dengan kemampuan teknikalnya, Hamsik mampu berkolaborasi dengan Faouzi Ghoulam dan Lorenzo Insigne untuk memimpin serangan Napoli.
Selebrasi Allan Marques bersama Marek Hamsik. Foto: Getty Images/Francesco Pecoraro
Di sisi seberang, Allan Marques menjadi gelandang sapu jagad yang lebih difokuskan untuk melindungi sang regista, Jorginho. Meski demikian, Allan juga memiliki kapabilitas untuk memimpin serangan balik cepat. Dia punya kemampuan defensif bagus yang dipadukan dengan kegesitan serta kemampuan dribel untuk menjalankan peran tersebut.
Ramsey dan Rabiot memiliki apa yang diperlukan Sarri untuk mengeksekusi rencananya. Ramsey punya teknik, kecerdasan, dan determinasi untuk menjalankan peran ala Hamsik. Rabiot, sementara itu, adalah gelandang komplet yang tahan banting, punya teknik bagus, dan sudah biasa menjadi pemimpin transisi permainan.
ADVERTISEMENT
Dalam diri Ramsey, Juventus melihat sosok yang amat mereka perlukan di lini tengah. Fakta bahwa pemain 28 tahun itu sudah direkrut sejak pertengahan musim lalu menunjukkan bahwa Juventus memang sadar lini tengahnya miskin teknik dan daya kreasi. Pjanic adalah satu-satunya pemain yang bisa menawarkan itu tetapi dengan porsi terbatas.
Pjanic, sejak awal, memang sudah diplot untuk menjadi suksesor Andrea Pirlo. Artinya, area operasi pemain Bosnia-Herzegovina itu pun terbatas di depan para pemain bertahan. Pjanic tidak cepat, tidak kuat, dan tidak punya kemampuan dribel bagus. Namun, dia adalah pengumpan jempolan yang bisa mengatur permainan dari kedalaman.
Di bawah asuhan Sarri nanti pun Pjanic akan menjalankan peran itu. Dia akan menjadi pengganti Jorginho yang kali ini harus rela ditinggal sang bos di Chelsea. Ramsey, ketika direkrut dulu, sudah dipandang sebagai sebuah solusi untuk membantu Pjanic menyalurkan daya kreasinya ke berbagai pelosok lapangan.
ADVERTISEMENT
Dengan kemampuannya membawa bola dan berkolaborasi di ruang-ruang sempit dengan pemain-pemain lain, Ramsey adalah sosok ideal untuk mengantarkan ide Pjanic sampai ke area pertahanan lawan. Itulah mengapa dia tidak disebut sebagai playmaker tim. Playmaker tim Juventus ini tetap Pjanic. Sementara, Ramsey adalah katalis yang akan membawa bola ke tujuan.
Rabiot pun pada dasarnya direkrut dengan objektif sama. Juventus kekurangan teknik dan pemain Prancis ini dipandang mampu menjadi solusi. Hal itu tidak salah, tetapi Rabiot sesungguhnya mampu menawarkan jauh lebih banyak dari sekadar teknik.
Fisik adalah keunggulan utama Rabiot. Dia punya tubuh tegap yang sangat menguntungkan dalam skirmish-skirmish perebutan bola. Keunggulan ini tak hanya dia gunakan untuk menyetop lawan, tetapi juga memburu mereka di area permainannya sendiri. Rabiot adalah mesin counter-pressing yang bisa dengan mudah mengubah arah permainan.
ADVERTISEMENT
Lalu, soal teknik, Rabiot adalah ahli kontrol bola jarak dekat. Selain piawai menekan lawan, dia pun pandai meloloskan diri dari tekanan lawan dengan gocekan-gocekannya yang merangsang. Dalam sistem permainan Sarri, Rabiot bisa menjadi Allan dan N'Golo Kante versi 2.0.
Meski demikian, Ramsey dan Rabiot pun menyimpan risiko tersendiri. Ramsey adalah pemain yang rentan akan cedera, sementara Rabiot punya ego luar biasa tinggi yang sering dikipasi oleh ibu sekaligus agennya, Veronique. Dua hal itulah yang berpotensi mengganjal perkembangan mereka berdua di Juventus.
Gelandang Juventus, Rodrigo Bentancur, merayakan gol ke gawang Fiorentina. Foto: Reuters/Alberto Lingria
Jika salah satu saja dari mereka yang akhirnya ngadat, Juventus sebenarnya tidak perlu pusing karena masih ada Emre Can dan Rodrigo Bentancur sebagai pelapis. Bentancur adalah pemain yang sangat piawai dalam melakukan pass and move sehingga bisa dijadikan alternatif Ramsey. Sedangkan, Can yang lebih menonjol kemampuan defensifnya itu adalah pengganti yang cukup bagus untuk Rabiot.
ADVERTISEMENT
Namun, apabila Ramsey dan Rabiot sama-sama tidak berfungsi, artinya Juventus akan membutuhkan pemain lain. Untuk melakukan itu, Khedira dan Matuidi harus benar-benar disingkirkan, terutama agar Juventus punya anggaran gaji yang cukup.
Sergej Milinkovic-Savic disebut-sebut masih menjadi target Juventus dan pemain asal Serbia ini punya kapabilitas yang cukup untuk menjalankan peran Ramsey. Selain itu, Paul Pogba juga belum sepenuhnya lepas dari pantauan. Akan tetapi, kemungkinan dua pemain ini datang tidak terlalu besar karena Juventus membutuhkan dana besar untuk memboyong Matthijs de Ligt.
Dengan demikian, Juventus tetap masih harus bergerak di bursa transfer tetapi mereka harus mencoba mencari pemain yang lebih murah. Merekrut pemain muda potensial macam Bentancur bisa jadi opsi. Gelandang Empoli, Hamed Junior Traore, bisa menjadi alternatif yang menarik bagi Juventus.
ADVERTISEMENT
Namun, terlepas dari kekhawatiran yang ada, Ramsey dan Rabiot tetaplah rekrutan brilian bagi Juventus. Dalam diri dua pemain itu mereka menemukan sesuatu yang hilang dari tim sejak kepergian Pogba dan Claudio Marchisio. Dalam diri mereka Juventus mendapatkan suntikan teknik, tenaga, dinamika, dan determinasi. Di atas kertas, mereka bakal mampu membawa Juventus ke level yang lebih tinggi.