Soal Penggajian Pemain, Persita Cuma Akan Bayar 10 Persen dari Upah Normal
ADVERTISEMENT
Satu demi satu klub Liga 1 mengeluarkan keputusan terkait penggajian pemain, pelatih, dan ofisial tim. Sebelumnya, PSSI memang sudah mengeluarkan surat keputusan (SK) terkait solusi pembayaran upah personel klub saat kompetisi harus berhenti karena pandemi virus corona .
ADVERTISEMENT
Dalam SK PSSI disebutkan bahwa klub Liga 1 dan Liga 2 dapat melakukan perubahan kontrak kerja yang telah disepakati antara klub dan pemain, pelatih, serta ofisial. Kewajiban pembayaran gaji pada bulan Maret, April, Mei, dan Juni akan dibayarkan maksimal 25 persen dari kewajiban yang tertera dalam kontrak kerja.
Pemotongan upah itu mendapat sambutan beragam, terutama dari pemain. Ada yang menyatakan bahwa 25 persen masih dirasa terlalu kecil. Ada pula yang ngikut saja keputusan PSSI.
Surat keputusan Persita yang ditandatangani Ahmed Rully Zulfikar—Presiden Klub—menyebut pembayaran gaji hanya sebesar 10 persen dari upah normal.
ADVERTISEMENT
“Memang berat, tapi kami sudah mengupayakan segala kemungkinan yang terbaik untuk pemain, pelatih, dan ofisial sebelum keputusan ini diambil. Kami juga sudah membayarkan gaji Maret secara penuh meski arahan PSSI menyebut klub bisa membayar gaji maksimal 25 persen sejak Maret,” ujar I Nyoman Suryanthara, Manajer Persita.
Ya, bagi Persita aturan gaji 10 persen itu berlaku sejak April hingga Juni. Di satu sisi, manajemen tak enak hati membayar upah sebesar 10 persen itu. Di sisi lain, manajemen mesti memastikan operasional klub ke depannya.
Pro dan kontra hadir sebelum manajemen membuat keputusan. Namun, dengan komunikasi yang baik, seluruh awak klub menerima.
“Bagaimanapun penghentian kompetisi sementara ini pasti berdampak kurang baik, terutama untuk pemasukan klub. Kami mau tidak mau harus menyesuaikan untuk bisa menjamin operasional tim ke depannya. Jadi, ini sudah kami perhitungkan secara matang.”
ADVERTISEMENT
“Pastilah ada pro dan kontra pada awalnya. Kami berusaha mengomunikasikan dengan baik kepada tim. Ini adalah keputusan yang terbaik meski berat. Insya Allah, tim bisa menerima dengan baik,” tutur Nyoman.
Persita coba mengambil keputusan realistis. Mereka pun sadar tak ada pemasukan yang diterima selama kompetisi berhenti. Toko merchandise resmi pun sudah ditutup sejak pekan lalu.
Demi mengakali agar tetap ada pendapatan, meskipun tak sebanyak biasanya, Pendekar Cisadane menjual merchandise secara dalam jaringan (daring). Manajemen memberlakukan promosi menarik semisal bebas ongkos kirim agar menarik peminat.
Beralih dari soal gaji, tim Persita diliburkan. Pemain menjalani latihan mandiri di kediaman masing-masing yang diberikan tim pelatih. Pemain juga berkewajiban mengirimkan video latihan sebagai bahan evaluasi tim pelatih.
ADVERTISEMENT
Rencananya Pendekar Cisadane akan kembali berkumpul pada 1 Juni mendatang. Itu pun dengan catatan status darurat pandemi virus corona sudah dicabut pemerintah. Namun, jika memang kondisi belum memungkinkan, langkah selanjutnya akan diinformasikan lebih lanjut oleh manajemen klub ke pemain, pelatih, dan ofisial.
---
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!