Soal Prancis yang Hobi Buang-buang Peluang

15 Oktober 2019 20:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gestur pemain Prancis, Olivier Giroud dan Antoine Griezmann, usai Turki mencetak gol. Foto: REUTERS/Umit Bektas
zoom-in-whitePerbesar
Gestur pemain Prancis, Olivier Giroud dan Antoine Griezmann, usai Turki mencetak gol. Foto: REUTERS/Umit Bektas
ADVERTISEMENT
Misi Prancis untuk mendapatkan satu tempat di putaran final Piala Eropa 2020 tertunda. Menjamu Turki di Stade de France, Les Bleus cuma bermain imbang 1-1.
ADVERTISEMENT
Jangankan menyabet tiket lolos otomatis ke Piala Eropa, Prancis saja kini masih nangkring di posisi kedua dengan 19 angka --kalah head to head dari Turki sebagai pemuncak klasemen.
Masalah paling mendasar Prancis ada di lini depan; soal bagaimana kematangan mereka dalam menyelesaikan peluang.
Saat melawan Turki, Prancis sebenarnya sukses melancarkan 23 tembakan yang 9 di antaranya menemui sasaran. Namun, ya, tadi, cuma sebiji yang berhasil dikonversi jadi gol. Sebagai pembanding, jumlah tersebut jauh lebih mubazir ketimbang Turki yang cuma mendulang satu shot on target dan berakhir gol.
Pemain Prancis, Antoine Griezmann, diadang oleh pemain Turki. Foto: REUTERS/Benoit Tessier
Kemandulan Prancis tak cuma terpapar di sana. Matchday ketujuh versus Islandia jadi salah satu buktinya. Prancis mencatatkan 6 tembakan tepat sasaran dari total 22 upaya. Hasilnya? Cuma satu gol. Itu pun dari eksekusi penalti Olivier Giroud.
ADVERTISEMENT
Artinya, Prancis membutuhkan 55 tembakan untuk menciptakan dua gol. Ini berpotensi jadi masalah. Iya, kalau mereka punya kans untuk melepaskan banyak tembakan, kalau tidak? Jadi, bisa dibayangkan betapa repotnya Prancis andai berhadapan dengan Jerman, Belanda, Spanyol, dan Belgia.
Bila ditelaah lagi, Didier Deschamps memang tak memiliki penyerang tengah yang ajek. Apalagi setelah Kylian Mbappe kudu absen karena cedera.
Untuk lini kedua, sih, masih aman. Ada Antoine Griezmann dan Kingsley Coman yang bila ditotal sudah menyumbangkan 5 gol.
Lha, sektor penyerang? Cuma Giroud yang paling tokcer dengan koleksi 5 golnya. Ironis, sih, mengingat penyerang 33 tahun itu sudah tak lagi dalam performa terbaiknya. Di Chelsea saja ia cuma sekali tampil sebagai starter.
ADVERTISEMENT
Didier Deschamps (kiri) berbahagia atas gol Olivier Giroud (kanan). Foto: REUTERS/Charles Platiau
Deschamps bukannya tanpa alternatif. Ia memanggil Wissam Ben Yedder yang moncer bersama AS Monaco. Sayang, baru 2 gol yang dibuat pemain berusia 29 tahun itu dari 5 laga di babak kualifikasi.
Masih ada juga Alassane Plea, penyerang yang sudah mengemas 4 gol dan 4 assist bersama Borussia Moenchengladbach di Bundesliga. Namun, belum sekalipun Deschamps menurunkannya sepanjang laga kualifikasi.
Sejatinya masih ada Karim Benzema, sih. Akan tetapi, Benzema telah absen membela Prancis sejak 2015, tepatnya usai skandalnya dengan Mathieu Valbuena.
Karim Benzema, striker komplet yang bisa melakukan segalanya. Foto: Reuters/Susana Vera
Deschamps menyebut bahwa dasar utamanya tak memanggil Benzema adalah untuk kepentingan tim.
"Saya tidak berpikir bahwa pengembalian (Benzema) akan menjadi keputusan terbaik tim Perancis. Saya membuat keputusan berdasarkan apa yang saya pikir terbaik untuk tim, dan apa artinya bermain untuk Prancis," French TV.
ADVERTISEMENT
Suka tak suka, dia adalah penyerang Prancis paling produktif saat ini. 6 gol yang dibuatnya membuat Benzema nangkring di daftar topskorer La Liga.
Deschamps boleh idealis untuk memilih penyerang. Namun, kembali lagi, bahwa kemandulan lini depan jadi masalah besar buat Prancis dan tak bisa selamanya bergantung kepada Mbappe dan Giroud.