Spalletti, Conte, dan Potensi Deep Throat di Internal Inter Milan

14 Mei 2019 7:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi kekecewaan Spalletti di laga Inter vs Roma. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi kekecewaan Spalletti di laga Inter vs Roma. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
ADVERTISEMENT
Bagi pelatih Inter Milan, Luciano Spalletti, dirinya sudah seperti Richard M. Nixon. Ya, Presiden Amerika Serikat (AS) yang mengundurkan diri gara-gara skandal Watergate itu.
ADVERTISEMENT
Stori tentang pergulatan politik Nixon sempat dituangkan dalam film bertajuk 'All the President's Men'. Di film ini, aktor Robert Redford mengambil peran Bob Woodward yang berprofesi sebagai jurnalis Washington Post.
Sungguh heroik kiprah Woodward di dunia jurnalistik. Melalui laporannya, dia mengungkap skandal yang akhirnya memaksa Nixon mundur dari kursi orang nomor satu AS.
Kesuksesan Woodward tak lepas dari bantuan informan dengan nama samaran Deep Throat. Sejak itulah, Deep Throat menjadi istilah jurnalistik untuk orang dalam yang membocorkan informasi dalam proses investigasi.
Spalletti juga mengendus kebocoran informasi dari manajemen ke jurnalis media-media teras Italia. Topiknya menyoal masa depan Spalletti dan rumor kedatangan Antonio Conte.
Luciano Spalletti di laga melawan Sassuolo. Foto: REUTERS/Jennifer Lorenzini
Bahkan, menjelang laga Inter vs Chievo, Selasa (14/5/2019) dini hari WIB, dia menuding bahwa para wartawan Negeri Piza berlagak bak Redford di film 'All the President's Men'. Karena seolah-olah karya jurnalistik mereka mampu menjatuhkan Spalletti dari kursi pelatih, seperti halnya Woodward menjatuhkan Nixon.
ADVERTISEMENT
Pun demikian selepas laga yang dimenangi Inter dengan skor 2-0 itu. Pertanyaan tentang nasibnya di kursi pelatih Inter membuat Spalletti semakin jengah. Dia pun mengendus kemungkinan bahwa jurnalis-jurnalis Italia telah mendapatkan informasi dari orang penting di internal I Nerazzurri.
"Selama tiga bulan terakhir, La Gazzetta dello Sport selalu menuliskan berita serupa. Anda (jurnalis) juga mengajukan pertanyaan sama selama dua tahun dan menjadi setiap hari dalam tiga bulan ke belakang. Maka, para jurnalis pasti mengetahui sesuatu," kata Spalletti seperti dilansir oleh Football Italia.
"Semua bukan cuma tentang saya. Rumor semacam ini sangat kuat di Inter selama tujuh tahun. Bahasa yang dituangkan sangat menyinggung perasaan dan buruk. Hal serupa tak terjadi di klub lain," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa detail informasi penting yang dimaksud Spalletti? Dan, siapa yang memainkan peran Deep Throat di kubu Inter?
Spalletti tentu tak berbicara lebih jauh soal itu. Satu pertanyaan yang menyinggung masa depannya saja sudah membuat dia kesal. Apalagi pertanyaan yang lebih dalam.
Yang pasti, masa depan Spalletti ada di tangan Beppe Marotta selaku CEO Inter. Marotta sendiri sempat menerima pertanyaan tentang potensi pergantian pelatih oleh Sky Sport Italia.
Marotta secara tak langsung menampik kabar kedatangan Conte yang sudah santer diwartakan media-media Italia. Bagi sang patron, Spalletti telah menunjukkan kinerja bagus dengan membawa Inter berada di zona tiga besar Serie A sementara ini.
"Isu soal masa depan Spalletti sama sekali tak membantu. Pola komunikasi zaman sekarang memang menyebarkan informasi begitu mudah dan menghadirkan distraksi," ucap Marotta.
ADVERTISEMENT
Kata distraksi juga perlu digarisbawahi. Pasalnya, penting bagi Marotta sebagai representasi manajemen supaya meredam isu-isu yang bisa mengganggu konsentrasi tim. Terlebih lagi, Inter masih membutuhkan minimal satu kemenangan dalam dua laga sisa demi mengunci tiket ke Liga Champions musim depan.
Nah, atas dasar itu, penuturan terakhir Marotta bisa saja sekadar kamuflase akan nasib Spalletti yang mungkin sudah ditetapkan sebelum kompetisi berakhir.