LIPSUS Sport Riau, Stadion Utama Riau

Sport Tourism, Rencana Masa Depan Stadion Utama Riau

2 Agustus 2019 14:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Stadion Utama Riau tampak dari luar. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Stadion Utama Riau tampak dari luar. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Stadion Utama Riau adalah permata yang terselip di tengah ramainya kota Pekanbaru. Namun, laiknya permata yang harus dirawat agar tetap mengilap, stadion ini juga mesti dirawat agar ia tetap hidup.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, dalam beberapa tahun ke belakang, Stadion Utama Riau ini malah terabaikan. Selepas ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012, stadion ini jarang digunakan untuk event atau pertandingan, baik itu skala nasional maupun internasional.
Tercatat, hanya ada beberapa laga yang pernah dihelat di stadion ini, seperti Kualifikasi Piala Asia U-23 pada 2013 maupun laga persahabatan antara PSPS Riau All-Stars menghadapi Indonesia All-Stars pada 2018. Bahkan PSPS Riau, tim yang bermarkas di kota Pekanbaru, lebih memilih bermarkas di Stadion Rumbai daripada di Stadion Utama.
Saat kumparanBOLA menngunjungi stadion ini pada Rabu (24/7/2019), tampak bahwa kondisi stadion memang sudah tidak terawat. Rumput liar dan ilalang tumbuh di sana-sini, ditambah lagi dengan adanya beberapa genangan sisa air hujan. Tembok-tembok juga sudah kumuh, berikut kondisi toilet yang beberapa di antaranya sudah tidak berfungsi.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, bukan berarti tidak ada hal yang positif dari stadion ini. Area dalam stadion, tepatnya lapangan dan tribune, masih terawat. Kondisi lapangan--walau kerap dihinggapi burung dan sedikit keras--masih bisa digunakan. Lampu stadion juga masih berfungsi, ditambah dengan tribune yang nyaman untuk diduduki.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Riau, Doni Aprialdi, mengaku anggaran yang ada sekarang hanya cukup untuk merawat area dalam stadion. Bicara area luar, seperti jalan masuk, pintu masuk ke tribune, maupun fasilitas-fasilitas lain yang ada di luar, masih belum tertampung dana dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau.
Anak bersepeda di area luar Stadion Utama Riau. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Kalau kamai kalkulasikan semua, minimal kami butuh anggaran Rp 3-4 miliar itu (untuk pemeliharaan stadion). Besar itu. Sekarang kita hanya punya anggaran untuk cleaning service dan pangkas rumput. Biaya cleaning service supaya rapi, itu hanya di dalam saja," ujar Doni saat kami temui di Kantor Dispora Riau.
ADVERTISEMENT
Sadar tidak memiliki dana, Doni bersama pihak Pemerintah Provinsi Riau, mengaku sudah melakukan berbagai langkah agar stadion ini tidak terabaikan. Salah satunya adalah dengan berupaya menggandeng pihak ketiga untuk mengelola stadion.
Sebagai upaya awal, Gubernur Riau Syamsuar sudah pernah mengadakan pameran di Senayan City, Jakarta Pusat, pada 2018 untuk mengundang investor agar mau menanamkan investasi di Riau, salah satunya adalah mengelola Stadion Utama Riau.
Namun, untuk mengajak investor menanam investasi, tentu diperlukan rayuan tersendiri. Satu konsep yang coba dikedepankan Pemprov Riau untuk Stadion Utama Riau ialah menjadi sport tourism. Mungkinkah?
***
Secara harfiah, sport tourism sendiri terdiri dari dua padanan kata, yakni sport (olahraga) dan tourism (pariwisata). Dari arti dua padanan kata itu, sport tourism dapat diartikan sebagai perjalanan wisata yang dilakukan seseorang untuk terlibat dalam suatu event olahraga.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sport tourism juga bisa diartikan sebagai upaya menjadikan sebuah venue olahraga menjadi sebuah destinasi wisata suatu daerah. Konsep sport tourism sebenarnya bukan konsep anyar karena sudah hadir sejak 1966 silam.
Penggemar vespa ekstrim di area luar Stadion Utama Riau. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ketika itu, seorang peneliti bernama Don Anthony mengungkapkan kemungkinan keterlibatan olahraga dalam dunia pariwisata sebuah daerah. Ide ini ia tuangkan dalam jurnalnya berjudul "Sport and Tourism" yang dikirimkan untuk "Central Council of Physical Recreation" di Inggris.
Konsep sport tourism kemudian mulai dilirik banyak pihak, hingga akhirnya pada 2011 silam, World Tourism Organization (WTO) mengangkat tema "Sport and Tourism:1st World Conference" dalam konferensi yang digelar di Madrid.
Sampai saat ini, sudah banyak negara yang menerapkan konsep dari sport tourism, salah satunya Indonesia. Sudah banyak konsep sport tourism yang diterapkan di Tanah Air seperti Tour de Singkarak, Bali Marathon, Tour de Flores, maupun Mekaki Marathon. Semua event olahraga itu memadukan unsur olahraga dan pariwisata sebuah daerah.
ADVERTISEMENT
Selain konsep sport tourism, ada juga konsep sport tourism teraktual yang diterapkan Bali United, yakni tur stadion. Sejak mengambil alih pengelolaan Stadion Kapten I Wayan Dipta pada 2017 silam, Bali United menelurkan sebuah program bernama tur stadion. Paket tur Stadion I Wayan Dipta ini bisa dicek di situs resmi Bali United.
Dalam paket itu, pengunjung akan diantarkan berkeliling I Wayan Dipta. Pengunjung berkesempatan mengunjungi sudut-sudut Stadion I Wayan Dipta, seperti Bali United TV Room, Royal Box, ruang konferensi pers, ruang ganti, serta area lapangan. Bukan cuma itu, pengunjung juga berkesempatan mengunjungi Mega Store Bali United dan Play Land.
Kombinasi konsep industrial & sepak bola di BUC. Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan
Konsep sport tourism milik Bali United inilah yang rencananya ingin ditiru oleh PSPS. Doni mengungkapkan bahwa ia punya mimpi yang besar menjadikan Stadion Utama Riau ini sebagai salah satu destinasi wisata di kota Pekanbaru. Bukan cuma itu, ia juga ingin menjadikan komplek Stadion Utama Riau sebagai komplek olahraga kedua di Riau setelah Rumbai.
ADVERTISEMENT
"Saya punya mimpi nanti Stadion Utama itu seperti GBK (Gelora Bung Karno). Ada macam-macam fasilitas seperti mal kecil, kolam renang, lapangan badminton, serta trek lari. Jadi tidak hanya Stadion Utama saja," ujar Doni.
"Kami berharap Stadion Utama jadi tempat destinasi pariwisata, jadi dia bisa disebut sport tourism. Jadi, kami ingin lingkungan itu nanti ramah anak, ramah lansia, ramah ibu hamil, ramah orang tua, ramah perempuan, bisa juga kita olahraga setiap sore di sana. Kami mau seperti itu."
"Nanti kelak di area Stadion Utama akan ada pohon rindang. Anak-anak bisa bermain di situ, anak-anak bisa membaca juga di situ. Ada tempat-tempat hiburan di situ yang bisa live music. Yang sifatnya mengedukasi dan olahraga. Cita-cita saya nggak muluk-muluk, kok," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Jika menilik luas area komplek Stadion Utama Riau, potensi untuk diolah sejatinya sangat besar. Apalagi, setiap sore hari, di area itu masyarakat ramai-ramai berolahraga, Bukan cuma itu, banyak juga pedagang yang menggantungkan hidupnya dengan menjajakan dagangannya di area Stadion Utama.
Jika pemerintah atau kelak pihak ketiga ingin memanfaatkan segala potensi yang ada ini, Doni yakin wilayah tersebut akan hidup. Toh, masalah utang yang sempat melilit stadion itu sudah selesai pada 2017 silam.
Sejumlah pedagang di sekitar Stadion Utama Riau. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pemprov Riau telah membayar hutang senilai Rp 244 miliar rupiah kepada kontraktor Stadion Utama, PT Adhi Karya. Karena itu, Doni pun mengajak kepada perusahaan-perusahaan, baik yang berasal dari Riau maupun daerah lain, untuk tidak segan menanamkan investasi di Riau.
ADVERTISEMENT
Konsep sport tourism yang ingin ia angkat ini, selain menghidupkan wilayah di sekitar Stadion Utama, juga kelak akan menyajikan keuntungan tersendiri bagi pengelolanya kelak.
"Silakan datang ke Riau. Investasi terbuka di sini, karena saya ingin menjadikan itu sport tourism itu tadi. Sekarang 'kan itu (Stadion Utama) macam hutan, macam tak bermanfaat. Tapi kalau itu disentuh, saya yakin jadi bagus. Tapi, memang untuk itu perlu dana besar. Untuk membangun komplek seputaran itu, mungkin butuh dana lebih dari Rp 1 triliun," katanya.
"Namun, biar mereka datang silakan, mau investasi 30 tahun, tambah 30 tahun lagi, pemerintah daerah pasti rela. Karena kami sendiri tidak mampu menyediakan dana sebesar itu. Jadi, kasih tahu teman-teman semua, ayo silakan investasi di Riau, di Stadion Utama, ada sekitar 67-an hektare luasnya. Kan bisa itu," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Warga beraktivitas di sekitar Stadion Utama Riau. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dari sekian banyak pihak ketiga, PSPS sejatinya cukup potensial untuk mengelola Stadion Utama Riau. Lalu, mengapaa mereka tidak dilibatkan?
"Belum mampu mereka. Itu (pengelolaan stadion) butuh dana besar. PSPS saja sampai hari ini masih ada kesulitan keuangan itu. Lagi sulit mereka," tegasnya.
***
Sport tourism ini memang sebuah konsep yang menarik. Beberapa stadion di Eropa, termasuk stadion La Bombonera di Argentina (markas Boca Juniors) juga sudah menerapkan konsep stadion sebagai tempat wisata ini. Tur stadion kadang sudah masuk dalam paket liburan jika Anda berkunjung ke negara-negara itu.
Nah, sekarang konsep itulah yang masih diusahakan oleh Doni. Namun, ia sadar bahwa pelaksanaan dari konsep itu tidak bisa memakan waktu yang sebentar. Butuh waktu lama agar kelak konsep ini menjadi nyata. Meski begitu, Doni tidak menyerah. Ia yakin bahwa akan ada masanya Stadion Utama Riau hidup dan menjadi ramai.
ADVERTISEMENT
Potret udara Stadion Utama Riau, Jalan Naga Sakti, Simpang Baru, Kec. Tampan, Pekanbaru, Provinsi Riau. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Walaupun kelak saya bukan jadi Kadispora Riau lagi, tapi saya punya mimpi seperti itu, sport tourism. Jadi ada salah satu destinasi pariwisata baru di Riau. Sambil nonton bola, olahraga lain dan fasilitas lain juga," ujar Doni.
"Jadi kalau kita mau olahraga, cukup bawa pakaian saja satu, sampai di sana yang penting cukup bawa ATM saja. Kepengin makan bisa, olahraga bisa, berenang bisa, nonton bisa. Jadi hiburan itu banyak, dan bisa sambil olahraga. Jadi kita enggak sempet juga mikir hal yang negatif kayak narkoba, atau apapun itu," ucapnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten