Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Aditya Fahmi dan Rifki Dino hendak melangkah pulang. Dua mahasiswa itu baru saja menyelesaikan tugas mata kuliah fotografi arsitekturnya. Adit dan Rifki menjadikan Stadion Utama Riau sebagai objek fotografinya.
ADVERTISEMENT
Namun, langkah santai keduanya tiba-tiba dihentikan kalungan celurit di leher dan perut mereka. Benar, Adit dan Rifki jadi korban begal di stadion bernilai Rp 1,8 triliun tersebut. Padahal, hari masih sore kala itu.
Telepon genggam keduanya pun berpindah tangan. Begitu pula dengan satu kamera DSLR Canon 600 D. Kedua remaja nahas itu mengaku mengalami kerugian hingga Rp 12 juta.
Satu dari serangkaian peristiwa yang merebak sekitar 3-4 tahun silam itu setidaknya menjadi sepenggal gambaran betapa kelamnya nasib Stadion Utama Riau. Kabar tentang terbengkalainya Stadion Utama Riau juga sudah menjadi rahasia umum.
Setelah Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012, stadion berkapasitas 43 ribu penonton itu bahkan mati suri. Utang Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau kepada kontraktor sebesar Rp 264 miliar menjadi musababnya, sebelum akhirnya lunas pada dua tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Stadion Utama Riau sejatinya tak hanya lekat dengan kriminalitas. Pada malam hari, stadion yang berlokasi di Jl. Naga Sakti, Simpang Baru, Kec. Tampan, Kota Pekanbaru ini menunjukkan rupa buruk lainnya.
Rudi, satpam stadion, seketika menghentikan langkah kumparanBOLA saat hendak masuk ke Stadion Utama Riau pada Selasa (24/7/2019). Ia sempat bertanya tentang kepentingan kami.
Awalnya, Rudi bersikukuh melarang kami, apalagi untuk mengambil gambar. Akan tetapi, setelah menyebut bahwa kami sudah mengantongi izin dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Riau, barulah sikapnya melunak.
"Mohon maaf. penjagaan memang sedang kami perketat di sini. Maklum, suka ada pasangan yang kedapatan mesum kalau malam hari," ujar Rudi diselingi gelak tawa.
ADVERTISEMENT
Mendengar penjelasannya, kami pun ikut tertawa, tertawa getir lebih tepatnya. Karena menyadari stadion megah ini memang sudah kehilangan harga dirinya.
***
Dibangunnya Stadion Utama Riau tak lepas dari ditunjuknya Riau menjadi tuan rumah PON 2012. Tak hanya stadion utama yang merupakan venue pembukaan dan penutupan PON yang dibangun, Pemprov Riau juga memoles kompleks olahraga yang berlokasi di Rumbai.
Heningnya Stadion Utama Riau sejatinya agak mengherankan karena terletak tidak jauh dari Panam, salah satu daerah ramai di Pekanbaru. Akses menuju stadion juga cukup mudah dengan adanya Angkutan kota (Angkot) berwarna hijau dan Bus Trans Riau.
Sore itu, ketika berjalan memasuki Stadion Utama Riau, kami disambut tugu kapal Lancang Kuning. Sayang, cat berwarna putih itu tampak kusam. Tak hanya itu, coretan berwarna hitam dari tangan-tangan jahil semakin menambah kesan tak terawatnya lingkungan stadion ini. Sementara, kolam air mancur yang ada di sekitar tugu juga sudah tidak berfungsi.
ADVERTISEMENT
Aura kelam stadion semakin menyergap ketika kami melangkah makin dalam. Jalan masuk menuju Gerbang Utara sudah ditumbuhi oleh rumput liar dan ilalang di berbagai sudut. Genangan air sisa hujan juga tampak di beberapa tempat, diselipi oleh tembok-tembok yang lusuh.
Tak terawatnya stadion ini juga bisa dilihat dari sejumlah fasilitas yang rusak seperti dudukan lampu yang lepas maupun gerbang yang jebol. Sedangkan, jalur untuk masuknya bus menuju area ruang ganti pemain juga tergenang air sekitar 10-15 cm. Padahal, underpass itu menjadi ciri khas Stadion Utama Riau.
Namun, dari serangkaian pemandangan suram itu, satu hal yang paling menyita perhatian ialah kondisi atap stadion. Dari kejauhan, sudah terlihat atap stadion ini banyak berlubang.
ADVERTISEMENT
Kami kemudian memeriksa kondisi toilet. Bisa ditebak, banyak yang sudah tak berfungsi. Satu-satunya toilet yang masih berfungsi terletak di dekat pos satpam.
Kesan buram di luar stadion sedikit terobati ketika kami masuk melalui tribune barat (VIP dan VVIP). Ada suguhan yang bisa jadi nilai tambah stadion ini, yakni museum olahraga yang menceritakan mengenai seluk beluk cabang olahraga yang dipertandingkan di PON 2012.
Beranjak ke dalam stadion, secara keseluruhan kondisi rumput dan tribune lumayan terawat. Meski, tetap saja, kondisi lapangan tampak tak begitu rata dengan pertumbuhan rumput yang tak teratur. Di satu sisi tampak lebat, di sisi lainnya agak botak.
Lepas mengamati area dalam stadion, kami bergerak keluar stadion. Keadaan sepi pada siang hari, sontak berubah ramai menjelang petang. Banyak masyarakat yang berolahraga. Para pedagang makanan dan minuman juga bertebaran di area luar stadion.
ADVERTISEMENT
"Memang setiap hari kalau sore seperti ini. Kegiatan olahraga masyarakat ini yang bikin stadion jadi ramai. Kalau tidak ada yang olahraga yang seperti ini, stadion bakal sepi," ujar Rudi yang kembali menyapa kami.
“Kalau malam gimana, pak?” tanya kami setengah bercanda tanpa dipedulikan Rudi.
***
Kepala Dispora Riau, Doni Aprialdi, menolak bila pihaknya abai terhadap kondisi Stadion Utama Riau. Meski kini telah sepenuhnya menjadi milik Pemprov Riau, Doni menyatakan pihaknya terkendala keterbatasan dana.
Doni mengakui saat ini dana yang dimiliki oleh Dispora hanya sanggup untuk merawat bagian dalam stadion, yakni area lapangan dan tribune.
"Jadi sebenarnya kami bisa memelihara, tapi dana pemeliharaannya itu ‘kan besar. Butuh dana besar. Kalau kami kalkulasikan semua, minimal kami butuh anggaran Rp 3-4 miliar. Sekarang kami hanya punya anggaran untuk cleaning service dan pangkas rumput," ujar Doni saat kami temui di Kantor Dispora Riau.
ADVERTISEMENT
"Biaya cleaning service supaya rapi, itu hanya di dalam (stadion). Kemudian keamanan juga ada terus, supaya tidak jadi tempat maksiat. Jadi, satpam itu jaga setiap malam di sekitaran Stadion Utama. Tapi, di area luar pagar, mereka tidak tahu. Karena areanya besar. Areanya 67-an hektare semuanya," ucap Doni.
Ya, sejak 2016, Dispora menempatkan satpam untuk mengamankan Stadion Utama Riau, terutama pada malam hari karena --seperti ucapan Rudi-- "suka ada pasangan yang kedapatan mesum". Akan tetapi, hal itu juga tak lepas dari penerangan lingkungan stadion yang amat minim.
Pemandangan remang-remang terlihat dominan pada malam hari sehingga gerak-gerik para pemburu maksiat itu tak terpantau. Begitu banyak sudut-sudut stadion yang tak terjamah binar-binar lampu.
ADVERTISEMENT
Menurut Doni, dengan besarnya dana pemeliharaan tersebut, pihaknya mencoba mengajak pihak ketiga untuk mengelola stadion. Salah satu pihak yang potensial ialah PSPS Riau, tetapi saat ini kondisi keuangan klub Liga 2 ini juga masih kembang-kempis.
Manajer PSPS Riau, Ary Nugroho, mengakui pihaknya tergiur dengan megahnya Stadion Utama Riau. Apalagi, stadion ini pernah menjadi markas Timnas Indonesia saat menggelar babak Kualifikasi Piala Asia U-23 2013.
“Sayang kalau disia-siakan, tapi memang harus ada yang dijual di sana sebagai hiburan. Stadion Utama besar dan megah, saya pikir harusnya bisa buat event-event skala nasional maupun internasional. Cuma ‘kan penggunaannya bagi kami selaku penggiat sepak bola di Pekanbaru belum sampai ke sana, karena kemampuan finansial kami belum sampai," kata Ary.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan manajemen, suporter PSPS Riau yakni Asykar The King justru berharap klub kebanggaan mereka bisa bermarkas di Stadion Utama Riau kelak. Sekjen Asykar The King, Wahyu, mengungkapkan bahwa ia yakin akan banyak suporter yang datang jika PSPS main di Stadion Utama.
"Kalau misal lihat animonya, antara Stadion Utama dan Stadion Rumbai, animo masyarakat sebenarnya lebih ke Stadion Utama. Karena satu sisi Stadion Utama itu lebih dekat dengan kota daripada ke Kabupaten. Tapi, PSPS ini banyak yang lebih cinta dari Kabupaten," kata Wahyu.
"Bahkan itu (di Stadion Utama) lebih ramai. Kalau di Rumbai yang datang sekitar 2000-5000 orang. Sedangkan, waktu itu di Stadion Utama bahkan pernah sampai 10 ribu-an orang yang nonton. Banyak kok yang bakal datang," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Begitulah, Stadion Utama Riau tampak belum bisa menjadi yang utama bagi masyarakat Riau dan sekitarnya. Perawatan yang menjadi syarat utama kelayakan stadion masih tersendat hingga saat ini.