Tentang (Gol) Giroud yang Selalu Dianggap Remeh

24 Oktober 2017 20:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Olivier Giroud usai mencetak gol. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Olivier Giroud usai mencetak gol. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berawal dari aksi Lucas Perez memotong bola yang dilanjutkan dengan umpan kepada Hector Bellerin, Arsenal memulai serangan balik ke pertahanan Crystal Palace. Umpan Bellerin pun diteruskan oleh Olivier Giroud yang secara berturut-turut mengalirkan kepada Granit Xhaka, Alex Iwobi, dan Alexis Sanchez.
ADVERTISEMENT
Giroud sudah memberi isyarat kepada Alexis Sanchez untuk segera diberi bola. Perkaranya, umpan Alexis tak setepat apa yang ia perkirakan. Dan, di luar perkiraannya juga, bola tersebut justru ia sapu dengan kaki kirinya dan berbuah menjadi gol.
Gol tersebut menjadi babad bersejarah dalam karier Giroud. Usai gol tersebut, ia mengaku bahwa gol tersebut adalah salah satu yang terbaik sepanjang kariernya. “Aku pikir itu adalah salah satu yang terbaik. Alexis memberiku bola sedikit telat dan aku mencoba melakukan backheel dan aku begitu beruntung.”
Kegembiraan Giroud soal gol tersebut semakin lengkap. Selasa (24/10/2017) dini hari WIB, Giroud menerima penghargaan Puskas Award alias gol terbaik pada The Best FIFA Football Awards 2017 yang digelar di London.
ADVERTISEMENT
Gelar tersebut seakan menambah deretan kesuksesan individual Giroud untuk Arsenal. Pasalnya, sebulan yang lalu, pemain berpaspor Prancis ini sukses menorehkan 100 gol untuk Arsenal dalam 237 pertandingan resmi.
Bersama Arsenal, Giroud memang tak bisa dilepaskan dari banyak kritikan. Meski datang dengan status pencetak gol terbanyak Ligue 1 dengan 21 gol, ia bukan produk dari akademi sepak bola besar.
Lahir di Chambery, Giroud dibesarkan oleh dua akademi sepak bola medioker di Prancis, Fogres dan Grenoble. Dari kedua akademi tersebut, Giroud tak mendapatkan apa pun kecuali cibiran dan makian. Di akademi milik Grenoble, Giroud bahkan lebih akrab disapa "12" karena lebih banyak absen karena cedera ketimbang bermain.
Nama Giroud mulai berkembang ketika ia memilih bergabung Tours. Di sana, Giroud berkembang dari seorang penyerang lemah dan mudah cedera menjadi penyerang mematikan di depan gawang lawan. Dua musim di sana, Giroud total mencatatkan 30 gol dari 61 penampilan. Catatan tersebut membuatnya menjadi bidikan beberapa kesebelasan besar, meski pada akhirnya hanya Montpellier yang menunjukkan keseriusan.
ADVERTISEMENT
Ketajaman Giroud mulai benar-benar tercium ketika ia didatangkan Montpellier. Setelah mencuri perhatian dengan mencetak gol pada laga debutnya, nama Giroud semakin tenar ketika ia membobol gawang Paris Saint-Germain pada laga puncak Piala Liga 2010/11. Berbekal niat besar untuk sembuh total dari cedera, namanya semakin melonjak.
Penampilan apik kembali disajikan oleh Giroud pada periode keduanya di Montpellier. Kerja kerasnya di tempat latihan membuat Rene Girard menaruh kepercayaan besar padanya. Giroud membalas dengan penampilan apik di atas lapangan. Total 21 gol dan gelar juara Ligue 1 ia berikan untuk Montpellier. Pada musim panas 2012, Giroud pun diangkut oleh Arsenal.
Bulan demi bulan, musim demi musim, dijalani oleh Giroud di Arsenal. Meski begitu, sebagai penyerang tengah, apa yang diberikan oleh Giroud untuk Arsenal seakan tak pernah memuaskan pendukungnya. 100 gol dari 237 pertandingan dirasa begitu sedikit.
ADVERTISEMENT
Kekecewaan pendukung Arsenal kepada Giroud soal torehan golnya memang cukup wajar. Namun demikian, mereka setidaknya harus sedikit paham bahwa Giroud adalah seorang penyerang tengah yang pasti selalu dijaga oleh lawan setiap pekannya dan ia bukan penyerang yang memiliki kemampuan teknik di atas rata-rata.
Mencetak gol memang menjadi tugasnya, tetapi jika sudah demikian, mau bagaimana lagi? Akan lebih baik jika berharap bahwa Giroud tak lagi cedera ketimbang ia tak puasa mencetak gol, karena ketika tampil, ia tak pernah mengecewakan.
Gol ke gawang Palace adalah salah satu bukti dari cara Giroud untuk tidak mengecewakan pendukung Arsenal. Sebagai seorang penyerang tengah, ia bahkan mau turun lebih dalam ketimbang Xhaka, Iwobi, dan Alexis. Belum lagi semangatnya untuk terus memacu langkahnya di antara pergerakan cair lini depan Arsenal.
ADVERTISEMENT
Jika masih ada yang meracau soal ketidaklayakan gol tersebut mendapatkan Puskas Award, rasanya mereka perlu bertanya ke orang yang memilih gol tersebut. Pasalnya, gol tersebut bukan hanya dipilih oleh jurnalis—yang secara tidak langsung bisa kenal dengan Giroud—, melainkan juga melibatkan kapten dan pelatih tim nasional seluruh dunia.
Gol tersebut memang tak lebih ketimbang apa yang dilakukan oleh Deyna Castellanos atau Masuluke Oscarine, tetapi, ya, itu tadi: gol ini dipilih oleh jurnalis yang kredibel dan kapten serta pelatih tim nasional yang jelas-jelas objektif dalam menentukan pilihan mereka. Gol ini, seperti Giroud, pada akhirnya memang layak mendapatkan pujian.