Tuntut Keadilan, Arema Ajukan Banding Terkait Hukuman Komdis PSSI

20 Mei 2019 13:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aremania. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aremania. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Komisi Disiplin Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (Komdis PSSI) menelurkan tiga putusan terkait laga PSS Sleman vs Arema FC. Dua di antaranya menghukum PSS dan satu lainnya mendakwa Arema.
ADVERTISEMENT
Komdis PSSI menjatuhi manajemen 'Singo Edan' dengan bayaran denda sebesar Rp 75 juta lantaran kelompok suporter mereka, Aremania, terlibat dalam aksi saling lempar dengan suporter PSS di Stadion Maguwoharjo, Rabu (15/5/2019) lalu.
Menyikapi putusan Komdis PSSI itu, Chief Excecutive Officer (CEO) Arema FC, Agoes Soerjanto, mengatakan bahwa hukuman yang diterima terbilang berat. Menurutnya, hukuman dengan nominal yang cukup besar mestinya diberikan kepada tuan rumah.
Agoes melanjutkan terlepas dari catatan-catatan minor panpel, manajemen Arema berniat mengajukan banding. Menurutnya aksi saling lempar yang akhirnya melibatkan Aremania adalah bentuk perlindungan diri karena jika bersikap diam maka akan semakin banyak korban berjatuhan.
Menurutnya, ada lebih dari 50 orang Aremania pulang ke Malang dengan kondisi terluka baik fisik maupun mental. Betapa tidak, selepas pertandingan, Aremania bahkan dilempari dengan cerawat, kembang api, dan sebagian kendaraan dirusak.
ADVERTISEMENT
Kericuhan suporter di laga PSS Sleman vs Arema. Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara
"Kami semata-mata mengajukan banding karena ingin mendapatkan perlakuan yang adil dan objektif. Kami juga ingin agar hukum sepak bola di Indonesia benar-benar tegas agar bermartabat dan berkualitas," ujar Agoes lewat keterangan resminya, Senin (20/5).
"Menurut kami, panpel (panitia pelaksana pertandingan) yang mestinya dipertanyakan kapasitasnya menjaga pertandingan. Mengapa saat laga berlangsung bisa timbul kericuhan? Padahal laga merupakan pembuka Liga 1 yang mestinya mereka sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari. Jika tak siap menggelar laga, mengapa tak ajukan penundaan saja?" lanjutnya.
Keributan yang terjadi di laga PSS vs Arema sejatinya bermula dari aksi provokator yang tak bertanggung jawab. Sebelum sepak mula dilakukan, ada sejumlah oknum yang bukan suporter PSS dan Arema terlibat keributan di luar stadion.
ADVERTISEMENT
Aksi tersebut kian memanas dan berlanjut ke dalam stadion. Saling lempar pecahan keramik dan botol menghujani sisi selatan tribune stadion berkapasitas 30 ribu kursi tempat duduk tersebut.
Nah, pada situasi ini, Agoes kembali mempertanyakan kesigapan panpel dalam mengamankan tim tamu yang menyaksikan pertandingan. Menurutnya, panpel tak menjalankan standar regulasi Liga 1 yakni menjamin keamanan suporter tim tamu.
"Yang menyaksikan pertandingan enggak cuma Aremania, lho, ada petinggi PSSI dan PT LIB dan pimpinan kepala daerah. Dan saya khawatir jika tidak ada perlindungan terhadap tim tamu dan suporter saat laga away semua akan abai," ucap Agoes.
"Mestinya panpel PSS mesti ditingkatkan untuk laga-laga ke depan. Meski telah menerima pelatihan dari PSSI nyatanya mereka masih belum mampu menjalankan materi-materi pelatihan," katanya.
ADVERTISEMENT