Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Ucapan Kontroversial Ketua PSG yang Bandingkan Perang Ukraina-Rusia dengan ESL
31 Maret 2022 12:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Presiden Paris Saint-Germain (PSG), Nasser Al-Khelaifi, menolak dengan keras adanya European Super League (ESL). Al-Khelaifi menyebut, ESL hanya membuang-buang waktu, tenaga, dan uang.
ADVERTISEMENT
Sehingga, mewujudkan ESL sebagai kompetisi legal adalah hal yang paling tidak penting dilakukan saat ini. Terlebih, masih banyak hal yang perlu dilakukan, salah satunya terkait cara menghentikan konflik Ukraina dan Rusia yang masih berkecamuk.
“Sejujurnya, saya benci membicarakan perihal European Super League. Mereka [Real Madrid, Barcelona, Juventus] tahu tidak memiliki banyak peluang, tetapi terus memaksa mewujudkannya,” kata Al-Khelaifi kepada BBC International, Rabu (30/3).
“Apakah mereka tidak melihat adanya konflik Rusia-Ukraina. Di mana banyak masyarakat yang harus menjadi korban. Bahkan, yang selamat pun tidak memiliki tempat berteduh. Namun, kalian tetap memperjuangkan European Super League?” tambah Al-Khelaifi dengan nada kesal.
Sebelumnya, pentolan ESL sekaligus presiden Real Madrid, Florentino Perez, memang telah mendeklarasikan adanya pembentukan kompetisi tersebut tahun lalu. Namun, penolakan serta ancaman yang diberikan UEFA dan FIFA membuat pijakan ESL tak stabil.
ADVERTISEMENT
Mulanya, ada 12 klub yang menyetujui adanya pembentukan ESL. Namun, 9 klub terpaksa mundur akibat ancaman yang dilayangkan dan hanya menyisakan 3 klub yang terus memperjuangkan ESL hingga kini.
PSG sendiri sejak awal memang tidak tergabung ke dalam kubu Perez. Meski diajak, Al-Khelaifi secara tegas menolak hal tersebut karena ESL tak memiliki visi yang matang.
“Sejak awal, ESL memiliki masalah. ESL tak memiliki stabilitas yang baik. Mereka juga tidak memiliki visi keuangan jangka panjang. Walau begitu, mereka terus menggemborkan ESL dan mencari celah untuk melegalkannya,” ungkap pria berusia 48 tahun itu.
“Padahal, sepak bola adalah kontrak sosial. Di mana olahraga ini bersentuhan langsung dengan para penggemar. Jadi, kontrak legal di atas kertas bukanlah segalanya.”
ADVERTISEMENT
“Saya bisa saja mengambil keputusan untuk bergabung bersama mereka saat ditawari pertama kali. Saya bahkan bisa memberikan cek sebesar 400 juta euro (Rp 6,4 miliar) saat itu juga. Namun, saya dengan tegas menolaknya,” tandas Al-Khelaifi.