Untuk Kalahkan Liverpool, Man United Masih Bisa Pakai Resep Musim Lalu

13 Desember 2018 17:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain-pemain Manchester United merayakan gol ke gawang Fulham. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain-pemain Manchester United merayakan gol ke gawang Fulham. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Jose Mourinho marah-marah lagi. Sesudah Manchester United dikalahkan Valencia 1-2 di laga penutup fase grup Liga Champions, Kamis (13/12/2018) dini hari WIB, pria Portugal itu secara tidak langsung menyalahkan pemain-pemain yang turun atas kekalahan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Aku berharap banyak dari pemain-pemainku, terutama mereka yang setiap minggu merengek minta dimainkan. Penampilan tim baru membaik ketika aku memasukkan pemain-pemain yang sebenarnya tak mau kumainkan dan itu betul-betul bikin frustrasi," kata Mourinho dalam konferensi pers pascalaga.
United memang turun dengan komposisi berbeda pada pertandingan di Mestalla itu. Dengan sudah dipastikannya satu tempat di 16 besar, Mourinho menurunkan sejumlah pemain cadangan seperti Sergio Romero, Marcos Rojo, Fred, dan Andreas Pereira.
Ada alasan mengapa Mourinho melakukan itu. Sebab, sudah ada lawan menyebalkan yang menunggu mereka di akhir pekan: Liverpool. Buruknya penampilan para pelapis itu pun membuat Mourinho kesal karena pemain-pemain inti yang dia harapkan bisa bermain dalam kondisi 100% melawan Liverpool jadi harus terpakai.
ADVERTISEMENT
Saat ini Liverpool berada di posisi yang sangat diidam-idamkan Manchester United. Mereka memuncaki Premier League tanpa pernah tersentuh kekalahan. Selain itu, secara umum cara bermain Liverpool lebih kerap menuai pujian dibanding cara milik United. Jika disejajarkan, United dan Liverpool saat ini bagaikan bumi dan langit.
Romelu Lukaku (tengah) berupaya merebut bola dari penguasaan bek lawan. (Foto: JOSE JORDAN/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Romelu Lukaku (tengah) berupaya merebut bola dari penguasaan bek lawan. (Foto: JOSE JORDAN/AFP)
Namun, Liverpool bukannya tidak punya cela. Jika mereka betul-betul sempurna, tentunya tiga kekalahan di Liga Champions tidak akan mereka derita, bukan? Apalagi, satu kekalahan yang dimaksud mereka derita dari debutan Liga Champions era modern, Crvena Zvezda. Cepat atau lambat, kelemahan Liverpool yang tampak di Liga Champions itu bakal menular ke Premier League.
Kelemahan-kelemahan Liverpool itu memang tidak selalu sama di satu laga dengan lainnya. Saat melawan Napoli, misalnya, kelemahan Liverpool adalah kegagalan melepaskan diri dari pressing ketat dan sempitnya area permainan. Di laga itu Liverpool tak mampu mencatatkan satu pun tembakan tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pada pertandingan menghadapi Crvena, kedalaman skuat menjadi masalah dengan buruknya penampilan para pelapis. Di laga itu Liverpool juga terlihat loyo dengan hanya berlari 107 km. Sebagai pembanding, musim lalu mereka rata-rata bisa berlari 115 km per pertandingan.
Terakhir, pada laga kontra Paris Saint-Germain, Liverpool kekurangan kreativitas terutama di lini tengah dan ini erat kaitannya dengan pemilihan pemain. Jordan Henderson, Gini Wijnaldum, dan James Milner tidak cukup cerdik untuk melepaskan diri dari pressing PSG yang sengaja diarahkan ke sana. Hasilnya, Liverpool pun melempem.
Neymar Junior rayakan gol ke gawang Liverpool (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
zoom-in-whitePerbesar
Neymar Junior rayakan gol ke gawang Liverpool (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
Menghadapi Manchester United nanti, masalah terbesar Liverpool ada di lini belakang dan depan. Di lini belakang, Liverpool mengalami krisis pemain karena cedera yang dialami Joe Gomez, Joel Matip, Trent Alexander-Arnold, dan Nathaniel Clyne. Padahal, musim lalu United bisa mengalahkan Liverpool karena sukses memanfaatkan kelemahan di lini belakang.
ADVERTISEMENT
Cederanya Matip dan Gomez bakal memaksa Juergen Klopp memainkan Dejan Lovren sebagai pendamping Virgil van Dijk. Musim lalu Lovren adalah salah satu biang kekalahan Liverpool. Kegagalannya mengalahkan Romelu lukaku dua kali dalam duel udara membuat United bisa leluasa mencetak gol.
Namun, mengadali Lovren saja tidak cukup karena bola dari kepala Lukaku itu kemudian diarahkan ke sayap kiri untuk menjadi milik Marcus Rashford. Rashford sendiri kala itu berhadapan dengan bek kanan terbaik Liverpool, Alexander-Arnold.
Di laga menghadapi Unied nanti Alexander-Arnold kemungkinan tidak akan bermain, begitu pula dengan Clyne dan Gomez. Ketiganya harus absen lantaran cedera. Maka, Klopp pun rasanya takkan punya pilihan selain memainkan Fabinho Tavares di sana.
Fabinho berduel dengan Ross Barkley saat Liverpool menghadapi Chelsea di Piala Liga Inggris. (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Fabinho berduel dengan Ross Barkley saat Liverpool menghadapi Chelsea di Piala Liga Inggris. (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
Fabinho bukannya tidak bisa bermain sebagai bek kanan. Ketika memperkuat Real Madrid dan Monaco dulu dia menghuni pos tersebut. Namun, menjadi bek kanan tak membawanya ke mana-mana. Akkhirnya, setelah menjajal pos gelandang bertahan, Fabinho pun melejit.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Fabinho yang tidak punya kecepatan bagus itu bisa menjadi malapetaka bagi Liverpool karena artinya dia akan menghadapi Rashford atau Anthony Martial. Dengan situasi semacam ini, boleh jadi taktik musim lalu bakal digunakan kembali oleh Mourinho untuk mengalahkan Liverpool.
Untuk mengalahkan Liverpool, menyerang saja tidak cukup. United yang sudah kemasukan 26 gol dari 16 pertandingan itu juga harus benar-benar berbenah di belakang. Saat ini Liverpool punya Mo Salah yang sudah kembali panas. Namun, produktivitas Salah ini tidak dibarengi oleh pemain-pemain depan lain.
Salah saat ini sudah mencetak 10 gol di Premier League dan menjadi topskorer sementara bersama Pierre-Emerick Aubameyang. Jumlah gol Salah ini cuma tertinggal tiga dari jumlah gol kombinasi milik Bobby Firmino, Sadio Mane, dan Xherdan Shaqiri. Artinya, ada ketergantungan yang tak bisa disepelekan.
ADVERTISEMENT
Sujud Syukur Salah. (Foto: REUTERS/Peter Nicholls)
zoom-in-whitePerbesar
Sujud Syukur Salah. (Foto: REUTERS/Peter Nicholls)
Ketergantungan inilah yang bisa dieksploitasi United. Jika mampu menghentikan Salah, United akan punya kesempatan menang lebih besar. Lagi-lagi, hal ini sudah berhasil dilakukan 'Iblis Merah' pada musim lalu. Memainkan Ashley Young sebagai inverted full-back jadi solusi itu untuk menghentikan Salah si inverted winger. Di pertemuan nanti, Young yang punya rata-rata 5,8 aksi defensif per laga semestinya bisa diandalkan kembali.
Jika pertandingan akhir pekan nanti berjalan dengan narasi yang sama dengan pertandingan musim lalu, jangan terkejut. Sebab, baik Manchester United maupun Liverpool sebenarnya belum berubah banyak.
Liverpool memang sekarang lebih sabar dalam bermain, tetapi prinsip sepak bola mereka tidak berubah. Terlebih, di laga nanti mereka akan turun dengan personel yang tak utuh sehingga kelemahan-kelemahan akan semakin terasa. Meski demikian, laga nanti akan berlangsung di Anfield, salah satu stadion terangker di dunia. Suka tidak suka, faktor non-teknis inilah yang kemungkinan besar bisa menutupi segala kelemahan tadi.
ADVERTISEMENT
=====
Liverpool akan menjamu Manchester United di Anfield pada laga Premier League pekan ke-17, Minggu (16/11/2018) malam pukul 23:00 WIB