Voters PSSI soal KLB: Tambah Senyap dan Melempem

14 Maret 2019 19:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kongres PSSI 2018. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kongres PSSI 2018. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Isu penyelenggaraan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI ibarat ditelan Bumi. Tak ada kejelasan mengenai waktu dan tempat pelaksanaan KLB yang rencana penyelenggaraannya sudah diumumkan sejak 19 Februari 2019.
ADVERTISEMENT
Langkah federasi yang ingin berkonsultasi ke FIFA perihal KLB pun tak terdengar. Tak ada jejak kaki yang bisa ditelusuri soal persiapan KLB.
Federasi, dalam hal ini Komite Eksekutif PSSI sebagai pencetus KLB, tampak kompak meneriakkan satu suara: “Belum ada perkembangan.”
Kondisi itu membuat pemilik suara alias anggota PSSI bertanya-tanya. kumparanBOLA menghubungi salah satu voters, Esti Puji Lestari—Presiden Persijap Jepara, juga mengeluhkan soal kabar KLB.
Timnas Indonesia di PSSI Anniversary Cup. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
“Saya juga menunggu kabar dari PSSI. Saya sebagai salah satu anggota meminta KLB dilaksanakan segera. Saya ingin ada pengumuman di mana tempatnya, waktu kapan, sudah ada belum Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP), serta agendanya seperti apa. Namun, ini tidak ada kabar sama sekali,” kata Esti.
ADVERTISEMENT
Esti bahkan menyebut kerja federasi soal penyelenggaraan KLB ini ibarat operasi senyap. Presiden Persijap itu menuturkan bahwa semakin dicambuk kasus--seperti pengaturan pertandingan--PSSI malah makin tertutup.
“Sayang sekali. Padahal, ini saat paling penting memperbaiki citra mereka. Harusnya mereka mempersiapkan masa akhir jabatan dengan baik. Namun, saya lihat malah tambah senyap dan melempem,” ujar Esti.
Keinginan Esti membuat ‘pergerakan’ KLB tak lagi senyap dan segera dilaksanakan tampak dari pertemuan dengan beberapa voters. Ia bertemu dengan voters dari Solo, Sleman, Ngawi, dan Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Daerah Istimewa Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Namun, ide Esti untuk mendorong KLB digelar pada Maret 2019 tak mendapat respons positif dari PSSI. Federasi malah menganggap Esti tak tahu aturan, tak paham Statuta PSSI.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, dalam Statuta PSSI menyebut KLB harus diadakan dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah keputusan KLB tersebut. Hanya, Esti punya penafsiran lain soal waktu KLB.
“Saya menyarankan KLB digelar bulan Maret. Namun, malah ditertawakan. Dalam Statuta PSSI ‘kan disebut dalam waktu tiga bulan. Menurut saya itu selambat-lambatnya tiga bulan. Artinya, tidak boleh lebih dari tiga bulan dan kalau lebih cepat dari tiga bulan tetap bisa,” tutur Esti.
Esti sejatinya punya alasan mengapa ingin agar KLB digelar sesegera mungkin. Menurutnya, jika kepengurusan baru lebih cepat terpilih, maka jajaran pemegang kekuasan anyar di PSSI itu bisa mempersiapkan diri menggelar kompetisi musim 2019.
Ia dengan tegas menolak kalau KLB digelar setelah pemilihan presiden (pilpres). Bagi Esti, lebih cepat perbaikan, jauh lebih penting.
ADVERTISEMENT
“Memang isu yang kencang beredar KLB digelar setelah pilpres. Mau bagaimana lagi? Namun, menurut saya itu cenderung mau melecehkan aspirasi voters. Mau cari aman untuk mendapat restu presiden. Saya inginnya perbaikan segera beres,” jelas Esti.
“Pasalnya, hidup ini terus berlanjut. Sepak bola rodanya harus berputar lebih baik. Coba ditengok dengan akal sehat. Kompetisi Liga 1 rencana bergulir awal Mei. Lalu, sebelum itu ada KLB. Waktunya itu pendek. Kalau pengurus baru tidak siap, kompetisi bagaimana? Kalau segera melakukan KLB ‘kan punya waktu panjang untuk menggodok kompetisi,” kata Esti.
Presiden Persijap itu juga bertanya-tanya tentang niat PSSI berkonsultasi FIFA yang hingga kini belum dilakukan. Esti menyimpan keraguan soal alasan federasi belum berangkat ke Swiss—markas FIFA—lantaran menunggu jadwal FIFA untuk bisa berkonsultasi.
ADVERTISEMENT
Beberapa fakta tersebut tak membuat Esti gentar. Ia tetap ingin menyuarakan KLB digelar segera. Tak heran jika ia ingin melakukan pertemuan lagi dengan voters.
“Kumpul-kumpul berikutnya belum ada karena tampaknya tiarap. Mungkin ada yang cari aman atau melihat lebih enak setelah pilpres,” ujar Esti.
Bersikerasnya Esti untuk menggulirkan KLB sesegera mungkin itu mendapat tanggapan negatif dari federasi. Esti dianggap orang paling ngotot untuk masuk dalam organisasi PSSI. Namun, ia menampik respons federasi itu.
“Kalau PSSI orangnya sudah benar semua, saya mending di Persijap saja. Setiap saya melakukan sesuatu, saya dibilang ngotot ingin naik ke PSSI. Saya tidak ingin itu. Saya ingin sepak bola, khususnya induk organisasi, berjalan lebih baik,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari polemik KLB itu, Esti tak mempermasalahkan siapa calon Ketua Umum PSSI nanti. Intinya, ia hanya ingin orang yang mampu memajukan sepak bola Indonesia. Bahkan menurut Esti, PSSI harusnya tidak menutup pintu menghadirkan konsultan asing untuk membenahi organisasi.
“Saya lihat banyak calon. Nama-nama yang bergulir sekarang menurut voters paling ideal. Memang, pengurus baru tidak harus jago pemahaman sepak bola. Walau pengetahuannya sedikit soal sepak bola, tapi manajemen organisasi dan integritasnya bagus, tidak masalah. Toh, PSSI bisa mendatangkan ahli dari AFC atau FIFA. Federasi di negara-negara lain juga menghadirkan konsultan dari luar. Intinya, harapan saya, orang lama tidak naik lagi,” tuturnya.