Kemenag Kudus: Jangan Dibenturkan seolah Sepak Bola Bertentangan dengan Islam

31 Agustus 2023 18:56
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salma Munawwaroh, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Kudus. Foto: Andi Sidiq/kumparan
ADVERTISEMENT
Sepak bola wanita mungkin memang tak sepopuler pria. Ada banyak alasan untuk itu, dari pengembangan yang memang terlambat, hambatan yang diberikan laki-laki seksis sebab takut tersaingi, sampai hambatan-hambatan kultural yang menjauhkan perempuan dari kesenangan bermain sepak bola.
ADVERTISEMENT
Salah satu hambatan kultural yang sering dihadapi perempuan, terutama di Indonesia, adalah larangan dari orang tua terhadap anaknya. Alasannya beragam, dari takut cedera, takut kulit rusak, sampai tidak sesuai adat ketimuran dan melanggar aturan agama.
Dua alasan yang terakhir memang cukup kompleks. Meski begitu, Salma Munawwaroh, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menilai bahwa tak ada alasan untuk menghalangi anak perempuan kita apabila pilihan hobinya memang di olahraga atau sepak bola.
“Selama masih pakai penutup aurat, masih salat pada waktunya, tidak ada masalah dengan itu,” ujarnya kepada kumparanBOLANITA, Rabu (30/8), di Kantor Kemenag Kudus, Jawa Tengah.
“Jadi jangan sampai dibenturkan hingga seakan-akan sepak bola itu bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, jangan sampai seperti itu,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
kumparanBOLANITA dan Salma mengobrol panjang soal hubungan yang rumit antara olahraga dan perempuan ini. Simak wawancara lengkap kami di bawah ini:
MI Muhammadiyah 2 melawan SD 6 Jekulo pada pertandingan hari pertama MilkLife Soccer Challenge Batch 2, Kamis (31/8/2023). Foto: Aji Nugrahanto/kumparan
Sepak bola putri di Indonesia kan belum terlalu banyak berkembang, banyak hambatannya, dari teknis sampai kultural. Segi teknis kan lapangan, SSB, dan sebagainya. Kalau kultural, masih banyak yang menganggap sepak bola wanita itu "cuma pamer paha", enggak sesuai dengan adat ketimuran, dan sebagainya. Tanggapan Anda?
Kalau menurut saya, yang namanya wanita itu kan tidak boleh terus harus tentang kecantikan. Saat ini nilai-nilai bergeser, kita butuh wanita-wanita yang tangguh, yang kuat. Jadi menurut saya jangankan sepak bola, bela diri aja itu perempuan sudah banyak luar biasa. Kalau sepak bola ya nggak jauh beda dengan itu, dan tidak ada masalah.
ADVERTISEMENT
Tidak ada nilai-nilai keagamaan Islam yang dilanggar dalam sepak bola putri. Selama masih pakai penutup aurat, masih salat pada waktunya, tidak ada masalah dengan itu.
Dari MI dan Kemenag sendiri, memandang olahraga dan hubungannya dengan anak perempuan bagaimana?
Jadi untuk menjadi sehat itu tidak dibedakan gender perempuan dan laki-laki. Bahkan kalau kita lihat sejarah itu kan Sayyidina Khadijah, Sayyidina Aisyah, itu naik ke Goa Hira yang luar biasa itu putri.
Di Islam sendiri seorang putri harus sehat juga, harus kuat juga. Kalau saat ini di Kementerian Kesehatan didorong dengan anti-stunting, ya salah satunya untuk mensupport putri-putri sehat ini yang nantinya akan menjadi ibu, kesehatan (dan olahraga) itu sangat penting sekali. Jadi olahraga untuk putri itu juga harus.
ADVERTISEMENT
Jadi memanah, berkuda, renang, itu tidak hanya putra saja, putri pun juga dianjurkan untuk belajar itu.
2019 lalu, di salah satu provinsi muncul pelarangan untuk sepak bola putri. Menurut Anda bagaimana? Apa memang sepak bola untuk putri lebih banyak mudaratnya?
Saat ini, kita memberi dukungan itu kan melihat dulu apa yang sudah dilaksanakan. Yang sudah dilaksanakan saat ini belum ada mudarat yang kami lihat dari beberapa kali turnamen dari MilkLife.
Dari segi aurat juga terjaga, segi nilai juga terjaga, bahkan mensupport sekali anak-anak untuk bisa lebih komunikatif sama temen-temennya, berkolaborasi itu banyak manfaatnya. Mudaratnya saya belum nemu.
Kami sempat ngobrol dengan beberapa orang tua, banyak yang mengira sepak bola putri enggak boleh pakai hijab, padahal tidak ada larangan demikian. Ada pesan nggak buat orang tua yang khawatir anaknya bermain sepak bola?
ADVERTISEMENT
Sepak bola itu tidak menjadi halangan kita untuk selalu menjunjung tinggi mengimplementasikan nilai-nilai yang kita yakini. Jadi jangan sampai sepak bola itu, misal dari segi kostum, pakaian, menjadi alasan dari kita tidak melaksanakan syariat.
Jadi sepak bola kegiatan yang positif ini (bisa) mendukung keislaman seseorang. Jadi bagaimana menjadi muslimah yang tangguh, bagaimana menjadi muslimah yang sehat jasmani-rohani.
Karena kita tahu al aqlu salim fil jismi salim. Jiwa yang sehat terletak di raga yang kuat. Artinya sepak bola ini sebagai pendukung kesehatan jiwa maupun raganya anak-anak yang muslimah ini.
Jadi jangan sampai dibenturkan hingga seakan-akan sepak bola itu bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, jangan sampai seperti itu.
Jadi kita tetap harus moderat, bagaimana membuat anak-anak kuat tapi tetap menanamkan tradisi-tradisi nilai-nilai keislaman, nilai-nilai budaya bangsa Indonesia ini biar tetap jalan. Jadi orang tua tidak usah sedih nanti kalau misal ikut sepak bola budayanya luntur, tidak usah khawatir seperti itu.
ADVERTISEMENT
Soal MilkLife Soccer Challenge, kan ada sekitar 40an madrasah ibtidaiyah (MI) yang ikut, itu kan tergolong banyak. Tanggapan Anda?
Saya senang sekali, pertama karena untuk meminta mereka ikut, saya tidak membutuhkan effort yang banyak. Saya cukup bilang, "Djarum ada ini (turnamen).”
Mereka semangat sekali. Saya bangga dengan MI ya, mereka responsif, karena kebutuhan untuk berprestasi di bidang non-akademis mereka sadari itu. Jadi budaya mutu, budaya berprestasi berarti ada di MI-MI kami, kami bangga dengan itu.