Benarkah Mengganti Garam Dapat Kurangi Risiko Darah Tinggi? Begini Kata Ahli

14 September 2021 9:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi garam Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi garam Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Mulai mengurangi penggunaan garam bisa membawamu ke pola hidup yang lebih sehat, lho. Bukan hanya mengurangi, tetapi menggantinya dengan bumbu lain yang lebih alami dipercaya ampuh kurangi ragam serangan penyakit kronis. Sebut saja, stroke, jantung, dan darah tinggi.
ADVERTISEMENT
Umumnya, faktor utama timbulnya penyakit tersebut tidak lain karena aktivitas dan pola makan yang tinggi sodium. Tinggi sodium artinya banyak mengandung garam. Kandungan bumbu masakan asin itu memang terkadang memberi sejumlah khasiat baik. Kendati, bila cara konsumsinya tidak terkontrol memungkinkan pula timbulnya efek samping bagi kesehatan tubuh.
Namun, kini peneliti menemukan adanya bahan pengganti garam yang minim sodium, ternyata lebih aman untuk dikonsumsi. Mengutip Healthline, studi baru New England Journal of Medicine meneliti pengaruh bahan pengganti garam pada warga di beberapa pedesaan China. Peneliti melibatkan 21.000 peserta dari 600 wilayah desa yang ditargetkan.
Ada sebanyak 72 persen peserta yang mempunyai riwayat stroke. Sementara, 88 persennya lagi lebih memiliki riwayat darah tinggi. Mereka diminta mengganti garam dalam makanannya, lalu beralih ke pengganti bumbu masak yang memiliki komposisi 75 persen natrium klorida dan 25 persen kalium klorida.
Ilustrasi garam Foto: Shutter Stock
Satu hal yang perlu peserta pahami pula, mereka diminta untuk sebisa mungkin menggunakan pengganti garam dalam setiap masakan. Akan tetapi, jangan melebihi konsumsi 20 gram per hari. Jadi, mereka diajak pula perlahan untuk mulai meminimalisasi konsumsi garam dalam asupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa waktu, para peneliti menemukan titik terang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan rata-rata peserta usia 60 tahun ke atas dengan riwayat stroke maupun darah tinggi, memiliki risiko keparahan stroke yang lebih kecil.
“Studi ini memberikan wawasan tentang intervensi yang dapat dilakukan secara cepat. Praktik tersebut cukup efektif diterapkan di negara China, tapi ingat ini hanya di satu negara saja,” jelas Dr. Bruce Neal, peneliti utama di George Institute of Global Health, Sydney.
Seperti yang dibilang Bruce, memang sejauh ini efektivitas pengganti garam terhadap rendahnya risiko serangan penyakit baru terbukti di China. Lalu, apakah praktik ini dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat di berbagai negara?
Li Ziqi, YouTuber asal China Foto: YouTube/Liziqi
Perihal masalah ini, menurut Dr. Elizabeth Klodas, FAAC, ahli jantung di Minneapolis, pengganti garam juga bisa memicu efek samping. Terutama, bagi orang yang memiliki riwayat jantung atau penyakit kardiovaskular lainnya.
ADVERTISEMENT
“Saya akan mengatakan ini tidak efektif diterapkan pada sebagian besar populasi. Lantaran, tidak semua masyarakat di hampir semua negara, memiliki pola diet atau makan yang serupa dengan masyarakat di China,” ungkap Klodas.
Baginya, masyarakat China didukung dengan kebiasaan rutin makan asupan yang alami. Dalam artian, mereka sering memasak sendiri untuk makanan sehari-hari sehingga dapat mengontrol asupan natrium. Berbeda di belahan bumi barat, laiknya Amerika, di mana masyarakatnya lebih memilih makanan instan ataupun cepat saji yang mengandung tinggi garam.
Ilustrasi makanan cepat saji Foto: Pixabay
Penilaian serupa pun disetujui oleh Kimberly Gomer, MS, RD, LDN, direktur nutrisi Longevity Centre. Ia menjelaskan, meskipun pengganti garam minim sodium, kendati perlu diketahui kandungan substitusi tersebut berpotensi meningkatkan risiko kardiovaskular, sampai mengancam kesehatan ginjal.
ADVERTISEMENT
“Kalium klorida menjadi masalah utama bagi ginjal. Komposisi itu memperlambat fungsi kerja ginjal pada tubuh. Padahal ginjal adalah alat penyaringan utama, bila organ tersebut terkena zat yang memicu sensitivitasnya kemungkinan bisa berdampak buruk ke tubuh,” tutur Gomer.
Walau memang pengganti garam belum sepenuhnya diakui cocok menggantikan garam biasa, hampir semua peneliti menyetujui, cara terbaik guna menghindarkan semua penyakit mematikan, yaitu mengubah pola makan. Perbanyak makan sayur dan buah dapat menjadi investasi kesehatan terbaik di masa depan.
Reporter: Balqis Tsabita Azkiya