Berhenti Tambahkan Garam Berlebih, Ini Alasan dan Solusinya!

5 September 2022 11:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menambahkan garam dalam masakan Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menambahkan garam dalam masakan Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang mungkin sependapat bila menambahkan garam ke dalam masakan membuat rasanya menjadi lebih nikmat. Namun, jika dipikirkan lebih jauh, maka sebaiknya kamu berhenti melakukan kebiasaan tersebut, terlebih bila menambahkan dalam jumlah banyak.
ADVERTISEMENT
Hal ini karena garam yang ditambahkan secara berlebihan ke makanan, dikaitkan dengan rentang hidup yang lebih rendah dan risiko kematian dini lebih tinggi.
Mengutip CNN International, sebuah studi baru telah diterbitkan dengan mengamati lebih dari 500.000 orang di UK Biobank yang menanggapi kuesioner antara tahun 2006 dan 2010, tentang kebiasaan mengonsumsi garam dan frekuensi mereka menambahkannya ke dalam makanan.
Hasilnya, menurut temuan yang diterbitkan di European Heart Journal pada bulan Juli 2022, dengan menindaklanjuti para peserta sekitar sembilan tahun kemudian, menemukan bahwa semakin banyak garam yang ditambahkan ke dalam makanan, semakin besar peluang orang tersebut mengalami kematian dini.
Ilustrasi Pemeriksaan Tekanan Darah Foto: Shutterstock
Namun, orang-orang yang mengonsumsi garam tingkat tinggi ini dapat menurunkan risiko mereka dengan makan lebih banyak buah dan sayuran.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, American Heart Association merekomendasikan orang dewasa mengonsumsi tidak lebih dari 2.300 miligram garam per hari, dengan batasan ideal yaitu 1.500 miligram per hari. Menurut asosiasi tersebut, mengonsumsi terlalu banyak bumbu masak dengan cita rasa asin ini dapat meningkatkan tekanan darah, yang dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal.
Selain itu, menurut Lu Qi, penulis utama studi ini dan juga seorang profesor dari epidemiologi di Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine di New Orleans, mengatakan kalau sudah begitu banyak penelitian yang menunjukkan penggunaan garam berlebihan sangat berisiko bagi kesehatan.
com-Ilustrasi seseorang terkena serangan jantung. Foto: Shutterstock
“Lebih banyak bukti, terutama yang berasal dari uji klinis, diperlukan sebelum publik mengambil tindakan apa pun,” katanya. “Namun, temuan kami sejalan dengan penelitian sebelumnya yang secara konsisten menunjukkan bahwa asupan natrium yang tinggi terkait erat dengan berbagai hasil kesehatan, seperti hipertensi dan penyakit kardiovaskular,” kata Lu Qi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sebuah meta-analisis tahun 2020 dari 133 uji klinis acak tentang menurunkan asupan garam, menemukan bukti kuat bahwa mengurangi natrium makanan menyebabkan penurunan tekanan darah pada mereka yang memiliki hipertensi, dan bahkan pada yang belum berisiko.
Namun, perlu digaris bawahi bahwa penyebab dari natrium tinggi yang masuk ke dalam tubuh bukan hanya berasal dari taburan garam ke makanan. Akan tetapi, juga berasal dari makanan dengan tambahan garam untuk perasa, tekstur, dan pengawet yang ada dalam makanan produksi pabrikan.

Solusi mengurangi kelebihan asupan garam

Ilustrasi garam. Foto: Shutterstock
Lantas, bila tidak mengonsumsi garam, apa itu artinya kamu tidak bisa merasakan masakan enak lagi? Tentu jawabannya adalah tidak.
Carly Knowles, seorang ahli diet terdaftar yang juga seorang koki pribadi, doula berlisensi dan penulis buku masak “The Nutritionist's Kitchen”, mengatakan bahwa terdapat solusi dari permasalahan ini yaitu dengan menjadi koki bagi diri kamu sendiri.
ADVERTISEMENT
Kamu bisa memasak makanan di rumah dengan mengontrol takaran garam seminim mungkin yang diperlukan. Selain itu, kamu juga bisa mengganti campuran atau bahan masakan menggunakan rempah-rempah yang tidak mengandung garam atau natrium tinggi.
Nah, itulah alasan kenapa kamu harus berhenti menambahkan garam secara berlebih ke makanan. Kamu bisa mulai mengikuti solusi yang telah diberikan oleh para ahli di atas. Yuk, mulai langkah kecil demi kesehatan di masa depan!
Penulis: Riad Nur Hikmah