Bukan Cuma Diabetes, Gula dalam Minuman Ringan Bisa Merusak Kesehatan Usus

1 Desember 2020 12:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi diabetes Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi diabetes Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
Tidak dapat dipungkiri, konsumsi gula berlebih erat kaitannya sebagai penyebab diabetes. Tak hanya itu, termasuk menyebabkan obesitas, penyakit jantung, hingga kerusakan gigi. Namun, sebuah penelitian baru menemukan bahwa konsumsi gula berlebihan juga berpengaruh pada kesehatan usus, lho!
ADVERTISEMENT
Mengutip Science Daily, peneliti dari UT Southwestern melakukan percobaan dengan memberikan tikus makanan manis dalam jumlah yang tinggi. Mereka menemukan bahwa tikus yang diberi makan makanan tinggi gula mengembangkan kolitis yang lebih buruk. Para peneliti yang memeriksa usus besar mereka juga menemukan lebih banyak bakteri yang dapat merusak lapisan pelindung lendir usus.
"Kolitis adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama di AS dan di negara Barat lainnya," ungkap Hasan Zaki, Ph.D., yang memimpin penelitian ini.
Usus besar dan saluran pencernaan manusia. Foto: Elionas2 via pixabay
Kolitis ulseratif, atau sejenis penyakit radang usus (IBD), dapat menyebabkan diare terus menerus, sakit perut, dan pendarahan rektal. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), jumlah orang dewasa Amerika yang menderita IBD melonjak dari 2 juta pada 1999, menjadi 3 juta pada 2015. Selain itu, penyakit ini menjadi penting diteliti karena kolitis mulai muncul pada anak-anak; yang secara historis tidak menderita kolitis, kata Zaki.
ADVERTISEMENT
Karena jumlah penyakit yang jauh lebih tinggi di negara-negara Barat, para peneliti juga melihat pola makan mereka; yang ternyata tinggi lemak, gula, serta protein hewani. Hal tersebut menjadi salah satu dari faktor risiko kolitis. Zaki juga mengungkapkan kalau peran gula lebih kontroversial ketimbang diet tinggi lemak yang juga ditemukan memicu IBD.

Sumber gula yang ditemukan dalam minuman ringan menjadi faktor utama

Ilustrasi minuman soda mengandung banyak gula Foto: dok.shutterstock
Studi baru ini menunjukkan gula sebagai tersangka utama —terutama glukosa yang ditemukan dalam sirup jagung fruktosa tinggi, dan banyak digunakan untuk mempermanis minuman ringan dan makanan lain. Para peneliti memberi tikus larutan air dengan konsentrasi 10 persen dari berbagai gula makanan (glukosa, fruktosa, dan sukrosa) selama tujuh hari.
ADVERTISEMENT
Mereka menemukan bahwa tikus yang secara genetik cenderung mengembangkan kolitis, atau yang diberi bahan kimia yang menyebabkan penyakit tersebut, mengalami gejala yang lebih parah saat mereka diberi gula. Dengan teknik urut gen untuk mengidentifikasi jenis bakteri, para peneliti juga menemukan bahwa tikus yang diberi makan sukrosa, fruktosa, dan terutama glukosa, menunjukkan perubahan signifikan pada populasi mikroba dalam usus.
Bakteri yang menghasilkan enzim pengurai lendir, seperti Akkermansia, ditemukan dalam jumlah yang lebih banyak. Sementara beberapa bakteri baik dan biasa ditemukan di usus, seperti Lactobacillus, jumlahnya berkurang. Dari sana, para peneliti melihat fenomena menipisnya lapisan lendir yang melindungi lapisan usus besar —serta tanda-tanda kemungkinan infeksi oleh bakteri lain.
"Kelimpahan yang lebih tinggi dari bakteri pengurai lendir, termasuk Akkermansia muciniphila dan Bacteroides fragilis, pada tikus yang mengonsumsi glukosa, merupakan risiko potensial untuk lapisan lendir usus,” jelas penelitian tersebut.
Ilustrasi minuman soda Foto: Shutter Stock
"Karena pengikisan lapisan lendir, bakteri usus berada di dekat lapisan epitel usus besar pada tikus. Ketika bakteri menembus lapisan epitel usus besar, di sana akan terjadi peradangan usus."
ADVERTISEMENT
Penemuan penting lainnya adalah mengenai gula. Meskipun glukosa memiliki efek terbesar, "ketiga gula sederhana itu sangat mengubah komposisi mikrobiota usus," laporan studi tersebut.
Setelah menemukan perubahan mikrobiota usus pada tikus yang diberi makan gula, para peneliti memberi makan kotoran dari tikus yang diberi gula ke tikus lain. Tikus lain itu bahkan mengembangkan kolitis yang lebih buruk —menunjukkan kerentanan akibat glukosa terhadap kolitis dapat ditularkan bersamaan dengan mikrobiota usus.
Reporter: Natashia Loi