Dampak Pandemi, Konsep Jualan Makanan Hampir Kedaluwarsa Jadi Populer di Jepang

5 Mei 2020 22:55 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bakery di Jepang Foto: flickr/ Chikako Nobuhara
zoom-in-whitePerbesar
Bakery di Jepang Foto: flickr/ Chikako Nobuhara
ADVERTISEMENT
Semakin mewabahnya virus corona ke berbagai tempat, makin banyak orang yang memilih #dirumahaja untuk mencegah penyebaran virus. Di sisi lain, restoran dan swalayan berusaha sekeras mungkin untuk meminimalisasi banyaknya barang yang tak terjual akibat menurunnya penjualan.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini lantas memunculkan sebuah gagasan baru, yakni layanan berbagi makanan. Layanan ini menghubungkan konsumen dengan para penjual, yang tak ingin membuang makanan yang belum terjual begitu saja.
Bagi konsumen, layanan berbagi makanan tak hanya menawarkan harga yang lebih rendah, tapi juga jadi sebuah cara untuk memangkas food waste, sambil terus mendukung toko favorit mereka.
Bakery di Jepang Foto: flickr/ Bill Green
Dilansir Nikkei Asian Review, konsep ini tengah populer di Jepang, dan ditawarkan oleh sebuah pihak ketiga bernama Tabete (berarti makan dalam bahasa Jepang). Layanan berbagi makanan tersebut telah bekerja sama dengan 620 restoran dan bakery yang kebanyakan berlokasi di wilayah Tokyo.
Mereka yang telah tergabung dalam Tabete bisa menjual makanan yang belum terjual, tapi masih dalam kondisi layak makan. Misalnya, dorayaki yang dibuat sehari lalu.
ADVERTISEMENT
Harganya pun jauh lebih murah, sekitar 20-30 persen lebih rendah dibandingkan harga aslinya.
Konsumen tinggal memilih barang yang mereka inginkan, membayarnya, lalu mengambilnya ke toko. Sang pengembang aplikasi --CoCooking-- menyebut pembelian makanan tersebut dengan istilah 'penyelamatan'.
Istilah tersebut ada benarnya; sebab, toko-toko mampu mempertahankan penjualan mereka, serta mencegah terbuangnya makanan sisa selama pandemi. Penjual juga mendapatkan kesempatan untuk menarik konsumen baru.
Bakery di Jepang Foto: flickr/ jessiewen
Konsep penjualan makanan yang sudah tak segar namun masih layak makan ini juga ditawarkan oleh sebuah situs retail Kuradashi.jp yang berbasis di Tokyo. Di situs tersebut, konsumen bisa membeli pasta dan makanan kalengan yang hampir mendekati tanggal kadaluwarsa.
Penjualan di website tersebut pun telah meningkat sebanyak dua kali lipat di bulan Maret, dengan jumlah pengguna baru yang bertambah tiga kali lipat.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan, hampir sebanyak 6,43 miliar ton makanan terbuang setiap tahunnya di Jepang. Jumlah tersebut setara dengan setiap orang Jepang yang membuang satu mangkuk nasi tiap harinya.
Dengan makin populernya konsep penjualan makanan layak santap ini, minat konsumen untuk meminimalisasi sampah makanan pun diperkirakan akan ikut meningkat.
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.