Diet Pritikin, Pola Makan 1970-an yang Dipercaya Cegah Penyakit Jantung

31 Maret 2022 8:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi makan steak makanan berlemak tinggi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makan steak makanan berlemak tinggi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Selama beberapa abad, para dokter di dunia telah menegaskan bahwa pola diet yang baik dan jika kita sering bergerak (olahraga) akan meningkatkan kesehatan tubuh. Tak hanya itu, bahkan bisa mengurangi risiko penyakit mematikan.
ADVERTISEMENT
Mengutip US News, sejak tahun 1970-an lembaga medis memberi tahu orang-orang yang memiliki penyakit jantung untuk memperbanyak waktu santai dan menurunkan intensitas olahraga. Mereka mengumumkan cara ini dapat mengurangi risiko serangan jantung, dan menurunkan kadar kolesterol meskipun sedikit. Hal tersebut sebagai upaya sebelum obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit ini datang di awal tahun 1980-an.
Beberapa peneliti turut meyakini bahwa pola makan dan gaya hidup seseorang akan berdampak pada kesehatan. Adapun Nathan Pritikin seorang insinyur yang telah menjadi ahli gizi, ia berpikir kalau makanan yang dikonsumsi tentu berhubungan dengan apa yang dirasakan seseorang.
Pritikin memang berkontribusi besar dalam penanganan penyakit jantung dan sebagainya. Sampai saat ini pun, diet pritikin masih dijalankan oleh sebagian orang yang terkena penyakit jantung. Hal inilah yang akhirnya menjadi gagasan dalam membatasi asupan makanan saat memasuki abad ke-20.
Ilustrasi sakit jantung Foto: Shutterstock
Di mana orang-orang disarankan untuk mengurangi asupan lemak, yang diyakini dapat mengurangi risiko penyakit jantung, menurunkan kolesterol, dan aspek kesehatan lainnya. "Ini adalah diet yang sangat rendah lemak, tinggi karbohidrat, tinggi serat yang berfokus pada makanan utuh," ujar Lori Chong yang merupakan ahli gizi dari Ohio State University Wexner Medical Center di Columbus.
ADVERTISEMENT
Diet ini menekankan untuk mengonsumsi makanan utuh tanpa tambahan makanan olahan, dan gula. Adapun makanan ini dibagi menjadi tiga kelompok. Misalnya, kode hijau adalah untuk kelompok sayuran, buah, biji-bijian. Biji-bijian termasuk gandum, oatmeal, beras merah, dan sebagainya. Sayuran umbi seperti kentang, jagung, dan ubi menjadi sayuran yang bisa dikonsumsi dalam diet ini. Kacang panjang dan buncis juga jangan lupa, ya.
Selain itu, makanan kalsium tanpa lemak; seperti susu tanpa lemak, susu kedelai, dan yoghurt. Adapun makanan laut, seperti ikan yang kaya akan omega 3 sangat baik untuk kamu yang memiliki kolesterol tinggi; adapun daging merah yang baik seperti daging rusa karena tidak memiliki lemak.
Ilustrasi susu kedelai. Foto: Shutterstock
Lebih lanjut, makanan yang perlu kamu hindari saat memiliki penyakit jantung atau kolesterol juga ada. Misalnya seperti, makanan yang berminyak, garam terlalu banyak, makanan bergula, roti, dan nasi putih, adalah makanan yang harus kamu hindari. Makanan tersebut dapat memicu penyakit kolesterol tinggi, gula darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan kanker. Makanan yang mengandung keju dan daging olahan juga tidak dibolehkan, karena termasuk makanan kode merah.
ADVERTISEMENT
Makanan ini telah terbukti secara substansial meningkatkan risiko obesitas dan atas masalah kesehatan yang sama, seperti yang tercantum di atas, menurut laporan Pritikin Central. Kimberly Gomer selaku direktur nutrisi di Pritikin Longevity Center, mengatakan bahwa diet sehat ini diperuntukkan oleh orang yang bisa datang selama seminggu atau lebih. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pendidikan dan dukungan yang sesuai, agar beralih ke gaya hidup yang lebih sehat.
Penulis: Ade Naura Intania