Konsumsi Makanan Hampir Kedaluwarsa Makin Tren di China, Sukses Cegah Food Waste

5 Juni 2021 14:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi makanan kedaluwarsa Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makanan kedaluwarsa Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
Makanan hampir kedaluwarsa umumnya akan berujung dalam tempat sampah. Banyak orang melakukan hal ini sebagai antisipasi guna menghindari konsumsi makanan hampir basi tersebut. Bukan tanpa alasan, cara tersebut dilakukan pula untuk menjaga tubuh terhindari dari penyakit akibat makanan tak sehat.
ADVERTISEMENT
Tapi, bagaimana kalau ternyata konsumsi makanan kedaluwarsa itu menjadi sebuah tren baru?
Terdengar aneh, namun fenomena ini terjadi di China. Kebiasaan baru tersebut bermula dari seorang mahasiswi asal Guangzhou bernama Lily. Ia diketahui sering membeli produk makanan yang hampir kedaluwarsa.
Lily berpendapat, kalau makanan hampir basi punya harga yang lebih murah. Ia lantas merekomendasikannya pada beberapa teman dekat. Tetapi, banyak dari mereka menolak karena alasan kesehatan.
Merasa temannya tak terbujuk, Lily beralih dengan cara membuka komunitas online berisikan 57.000 orang. Di sana, ia berbagi tips membeli makanan kedaluwarsa. Tak disangka, banyak orang yang memiliki kebiasaan serupa.
Ilustrasi belanja di supermarket. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
“Saya melihat orang-orang ikut membeli makanan seperti saya. Saya pun yakin kalau tidak ada yang salah dari perilaku ini,” tutur Lily, dikutip dari South China Morning Post.
ADVERTISEMENT
Selama beberapa tahun terakhir, tren ini dianggap sebagai suatu yang baru dan menarik. Apalagi, di China undang-undang anti food-waste telah disahkan sejak April lalu. Membuat restoran dan beberapa tempat makan, tak bisa menyajikan dalam porsi besar, agar tak ada makanan sisa yang terbuang begitu saja.
Menurut laporan tahun 2020 dari Kongres Rakyat Nasional, kota-kota di China telah membuang 18 juta kilogram makanan setiap tahunnya. Kendati demikian, sebelum peraturan resmi itu rilis, sejumlah supermarket telah menyortir makanan supaya tak terbuang percuma.
Salah satunya supermarket Yongwang di Shenzhen. Karyawan di sana menyediakan troli khusus di setiap lorong, untuk menampung produk-produk yang hampir kedaluwarsa. Semua produk yang mendekati tenggat waktu, akan dijual dengan diskon 70 persen.
ADVERTISEMENT
Langkah ini diterapkan supaya swalayan tak harus membuang makanan utuh sembarangan. Bila produk dijual dengan diskon tinggi, diharapkan banyak pelanggan yang berminat membelinya.
Ilustrasi makanan kaleng Foto: dok.shutterstock
Kembali ke Lily, terkadang perempuan itu kerap bertanya-tanya, apakah konsumsi produk hampir basi ini aman untuk kesehatan? Tapi, mengingat harganya jadi jauh lebih murah, ia merasa akan aman dan tidak ada yang perlu disalahkan.
Hal serupa ikut disampaikan oleh beberapa orang di komunitas online tersebut. Mereka mengatakan kalau tidak salah juga untuk menghemat pengeluaran, lagipula hal semacam ini bisa membantu menghentikan food-waste.
Di kota-kota besar laiknya Shanghai dan Beijing, sudah banyak ditemukan toko khusus penyimpanan makanan kedaluwarsa. Tempat atau toko semacam itu hadir karena tingginya minat masyarakat akan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Salah satunya yaitu HotMaxx, toko eksklusif menjual produk hampir kedaluwarsa yang dibanderol dengan diskon 50-80 persen. Mereka kemudian berkembang pesat hanya dalam waktu satu tahun, sejak resmi dibuka, tepatnya tahun 2020.
Menyimpan makanan sisa Foto: Shutter Stock
Produk yang didapatkan juga tidak berasal dari sembarang tempat. Diketahui, HotMaxx telah bekerja sama dengan lebih dari 200 merek makanan terkenal. Termasuk cokelat Ferrero Italia serta camilan ringan Want Want Taiwan.
Tak hanya itu, dukungan media setempat serta kampanye terkait food-waste pun ikut meningkat. Bulan Mei lalu, kampanye anti sampah makanan tengah digaungkan. Lily juga ternyata ikut di dalamnya.
Menariknya, fenomena viral tersebut menarik perhatian 10.000 orang. Terlebih semenjak undang-undangan tersebut disahkan, semakin banyak orang yang berkontribusi mensukseskannya. Hal ini pun dinilai cukup berhasil dalam mengubah rasa acuh masyarakat China terhadap permasalahan food-waste.
ADVERTISEMENT
Reporter: Balqis Tsabita Azkiya