Membumbui Dunia Lewat Program Spice Up The World di Google Arts & Culture

23 September 2021 17:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Rempah-rempah Foto: Shutterstock/Dionisvera
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Rempah-rempah Foto: Shutterstock/Dionisvera
ADVERTISEMENT
Indonesia sudah sejak lima ratus tahun lalu terkenal akan rempah-rempah yang mendunia. Ini karena, keanekaragaman budaya kuliner lokal dalam memadukan rempah-rempah yang membuat identitas gastronomi Indonesia semakin spesial.
ADVERTISEMENT
Untuk semakin mempromosikan kekayaan rempah di Indonesia telah hadir halaman Spice Up the World di platform Google Arts & Culture yang bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Indonesia Gastronomy Network.
Halaman “Spice Up The World” akan menampilkan tradisi, perdagangan dan sejarah, keragaman racikan rempah-rempah dari puluhan daerah, potret petani, pasar tradisional, dan ilustrasi budaya jajanan kaki lima karya ilustrator lokal.
Pada live streaming peluncuran halaman “Spice Up The World” di kanal YouTube Google Indonesia dan Kemenparekraf (23/9), Ryan Rahardjo, selaku Kepala Hubungan Publik Asia Tenggara di Google mengatakan bahwa inisiatif ini merupakan salah satu dari serangkaian upaya Google dalam membantu sektor pariwisata Indonesia pulih dari pandemi COVID-19.
Petani memetik buah andaliman di kawasan perkebunan Desa Ps Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO
Melalui teknologi digital diyakini dapat memberikan peluang bagi industri kuliner Indonesia untuk terus berkembang ke seluruh dunia. Inisiatif ini adalah salah satu aksi nyata kolaborasi bersama dalam mempromosikan kekayaan rempah dan kuliner Indonesia secara global.
ADVERTISEMENT
“Alam, sejarah, dan budaya semuanya membentuk budaya kuliner Indonesia. Keragaman geografis dan budaya yang sangat besar di seluruh Nusantara, telah berkontribusi pada masakan Indonesia yang kaya akan variasi dan rasa. Didukung oleh banyak mitra lainnya seperti Acaraki, Tempe Movement, Flavours of Indonesia by William Wongso, dan masih banyak lagi. Kami berharap inisiatif ini dapat membantu mempromosikan budaya kuliner Indonesia kepada dunia, membantunya bersaing secara global, dan yang terpenting, mewujudkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Vita Datau selaku Founder Indonesia Gastronomy Network.
Randy Jusuf selaku Managing Director Google Indonesia juga mengatakan bahwa pihaknya telah berkolaborasi dengan Kemenparekraf dalam mempersiapkan bisnis pariwisata, untuk dapat beradaptasi dengan kewajaran baru. Yaitu, dengan membantu menampilkan budaya kuliner Indonesia ke dunia melalui halaman tersebut.
live streaming peluncuran halaman Spice Up The World di YouTube Google Indonesia Foto: dok.GoogleIndonesia
Sejalan dengan hal itu, Menpar Sandiaga Uno menegaskan bahwa industri kuliner merupakan salah satu lokomotif kebangkitan industri kreatif Indonesia. Sandiaga juga optimis akan daya saing kuliner Indonesia, baik di pasar lokal maupun pasar dunia, yang terus didukung dengan inovasi dan teknologi digital.
ADVERTISEMENT
Melalui Google Arts & Culture ini tentu mendorong inisiatif dengan tujuan untuk menyediakan platform yang gratis, bisa diakses oleh siapa saja; baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Dengan harapan bisa menjadi tempat bercerita secara sederhana, namun dapat menginspirasi.
Melalui platform ini mereka juga mempersembahkan sebagian kecil budaya kuliner Indonesia dengan menampilkan lebih dari 40 karya yang dikurasi oleh para ahli. Serta 600 gambar beresolusi tinggi sehingga mampu menjadi daya tarik bagi siapa saja yang melihatnya. Terdapat pula resep-resep makanan khas Indonesia yang bisa dipraktikkan oleh para pengunjung Google Arts & Culture.
“Kami berharap dengan menyediakan platform digital global beserta cerita yang kaya dan impresif bagi masyarakat Indonesia kami dapat memperkuat kesadaran dan popularitas gastronomi Indonesia,” tutup Amit Sood, Direktur Google Arts & Culture.
ADVERTISEMENT
Reporter: Destihara Suci Milenia