Mengubah Pola Makan Bisa Kurangi Risiko Kanker Prostat? Begini Penjelasan Ahli

6 November 2021 11:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kanker prostat pada laki-laki. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker prostat pada laki-laki. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kanker prostat adalah jenis kanker yang menyerang laki-laki. Sejatinya beberapa kanker prostat mungkin memerlukan pengobatan minimal, atau bahkan tanpa pengobatan. Tetapi jenis lain bisa saja bersifat agresif dan menyebar dengan cepat. Oleh karena itu, penting untuk kita selalu menjaga kesehatan, misalnya memperhatikan pola makan.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini sebuah penelitian dari Cleveland Clinic yang muncul pada jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention, mengatakan bahwa perubahan pola makan bisa mengurangi risiko penyakit kanker prostat.
Para peneliti studi tersebut melakukan penelitian dengan mengumpulkan data dari uji coba skrining kanker Prostate, Lung, Colorectal and Ovarian (PLCO). Uji coba kontrol acak itu berasal dari 148.000 orang. Hal ini melibatkan penyaringan sebanyak 76.685 laki-laki yang memiliki usia antara 55-74 dengan riwayat penyakit kanker prostat. Kemudian, dilanjut dengan memantau mereka hingga 13 tahun.
Selanjutnya, para peneliti menganalisis tingkat dasar nutrisi makanan dan metabolit tertentu dari sekitar 700 orang laki-laki. Dari jumlah tersebut, diketahui 173 di antaranya meninggal karena kanker prostat. Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel awal hingga kematian bagi mereka yang mengalami kanker prostat mematikan, adalah sekitar 12 tahun lamanya.
Ilustrasi kanker prostat. Foto: NCBI
"Laki-laki dengan tingkat molekul terkait pola makan tertentu yang lebih tinggi, lebih mungkin mengembangkan kanker prostat agresif,” ujar Dr. Nima Sharifi, MD, Direktur, Pusat Penelitian Keganasan Genitourinaria, Ketua Keluarga Kendrick untuk Penelitian Kanker Prostat, Klinik Cleveland, sekaligus peneliti utama dalam penelitian ini, seperti dikutip dari Medical News Today.
ADVERTISEMENT
Untuk melakukan penelitian ini juga, para peserta diminta untuk memberikan sampel darah mereka. Dari situlah para peneliti menemukan beberapa perbedaan metabolisme, di antaranya dibentuk oleh bakteri usus dari asupan diet sehat seseorang. Mereka pun membandingkan dengan hasil sampel darah peserta yang meninggal karena kanker prostat.
Para peneliti menemukan hubungan antara kanker prostat yang lebih agresif dengan tiga metabolit; yaitu phenylacetylglutamine, choline, dan betaine. Diketahui phenylacetylglutamine diproduksi ketika bakteri usus memecah fenilalanin, asam amino esensial. Sementara choline dan betaine ada di dalam beberapa makanan, serta dibentuk oleh bakteri usus.
Fenilalanin ada di dalam makanan berprotein tinggi; seperti susu, daging, unggas, kedelai, ikan, kacang-kacangan, dan soda diet yang dimaniskan dengan aspartam. Ini adalah bagian penting dari banyak protein dan enzim dalam tubuh, dan ketika diubah menjadi tirosin atau asam amino dalam tubuh, yang digunakan untuk membuat neurotransmitter dopamin, yaitu senyawa kimia yang berperan sebagai penghantar stimulus (pesan berupa rangsangan) ke sel saraf, baik di otak maupun di otot.
ADVERTISEMENT
Sementara choline ditemukan terutama pada produk hewani. Seperti daging, ikan, telur, dan susu. Tetapi hal ini juga termasuk dengan beberapa sumber makanan vegan, seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Sedangkan, makanan tinggi betain itu seperti kerang, gandum, bayam, dan bit.
com-Ilustrasi Protein Foto: Shutterstock
Tak hanya itu, para peneliti juga menemukan, laki-laki dengan peningkatan phenylacetylglutamine dalam serum darah mereka, mengalami 2,5 kali lebih mungkin meninggal karena kanker prostat daripada mereka yang memiliki kadar terendah. Selain itu, laki-laki dengan peningkatan kolin atau betaine mengalami hampir dua kali lipat risiko terkena kanker prostat mematikan.
“Temuan kami menunjukkan bahwa asupan makanan memiliki interaksi yang kompleks dengan bakteri usus untuk memengaruhi risiko kanker prostat yang mematikan,” ujar Dr. Sharifi
Menurut studi yang tertera pada jurnal Archives of Internal Medicine, mengurangi asupan daging dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan kanker; khususnya kanker prostat.
ADVERTISEMENT
Ini karena metabolit yang terkait dengan kanker prostat telah ditemukan pada daging. “Umumnya, metabolit yang terkait dengan kanker prostat yang mematikan ditemukan diperkaya dalam daging dan produk hewani,” ujar Dr. Sharifi.
Meskipun penelitian ini hanya menunjukkan hubungan antara tiga metabolit dengan kanker prostat, dan tidak menunjukkan sebab-akibat. Namun Dr. Sharifi dan timnya sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan bagaimana metabolisme pada manusia berinteraksi dengan kanker prostat.
Reporter: Destihara Suci Milenia